Thursday 27 December 2018

The Pirate (大海盜, 1973)

Jika masyarakat Eropa mengenal sosok Robin Hood sebagai Penjahat Berhati Mulia, maka di Tiongkok juga ada sosok yang sama bernama Cheung Po Tsai (张保仔 - Zhang Bao Zai). Sebenarnya dia adalah seorang Bajak Laut yang hidup antara tahun 1783 - 1822. Meski demikian, Zhang Bao - nama panggilannya - menjadi legendaris karena dia selalu merampok kapal para penjajah (waktu itu Portugis), lalu membagikan harta rampokannya pada penduduk miskin. Itulah sebabnya Zhang Bao mendapat banyak dukungan dari masyarakat, meski Pemerintah memperlakukannya sebagai Pelaku Kejahatan.

Sepak terjang Cheung Po Tsai ini menjadi inspirasi dan kemudian diangkat ke layar lebar menjadi film The Pirate (大海盜 - Da Hai Dao) produksi Shaw Brothers. Film ini disutradarai oleh Chang Cheh, Pao Huseh Li, dan Wu Ma. Sedangkan para aktor pendukung film ini diantaranya Ti Lung (sebagai Cheung Po Tsai), David Chiang, Dean Shek, Tin Ching, dan Fan Mei Shang.

Dirilis perdana tanggal 27 Juli 1973, film berdurasi 96 menit ini mengisahkan sepak-terjang Cheung Po Tsai yang kerap merampok kapal milik orang Barat. Pasca menjalankan aksinya, Po Tsai tidak serta-merta mengambil semua hasil rampokan untuk kepentingannya sendiri. Justru semua harta dibagikan kepada para penduduk yang miskin dan tertindas oleh perilaku pejabat pemerintahan yang korup.

Pemerintah menganggap tindakan Cheung Po Tsai adalah tindakan kriminal, sehingga mereka menyelengarakan sayembara : Barangsiapa yang bisa menangkap Cheung Po Tsai hidup ataupun mati, akan mendapatkan hadiah. Beberapa orang berusaha menangkap Cheung Po Tsai. Namun setelah mengetahui latar-belakang tindakan Po Tsai, mereka justru membela Po Tsai.

Hal ini membuat Pemerintah makin kesal, sehingga mereka mengutus Jendral Wu Yee (David Chiang) - Pejabat Pemerintahan Qing - untuk mencari tahu keberadaan Po Tsai dan menghabisinya. Wu Yee berhasil menemukan tempat persembunyian Po Tsai dan melakukan duel dengannya. Keduanya memiliki ilmu yang sepadan. Meski demikian, Wu Yee kemudian juga mengetahui latar belakang tindakan kriminal yang dilakukan Po Tsai. Akhirnya Wu Yee memutuskan untuk melepaskan Po Tsai, serta ikut mendukung perjuangan Po Tsai dalam menolong penduduk yang tertindas.

Banyak kritikus film yang memuji film ini. Meski tidak bisa dikatakan sebagai film bergenre bajak-laut, namun sebagai film eksyen, The Pirate mengusung tema yang sangat membumi dan menarik. Tokoh yang diusung pun merupakan tokoh nyata yang cukup dikenal masyarakat sebagai legenda, sehingga menjadi alasan tersendiri mengapa banyak orang menyukai film ini.



DO YOU KNOW? 
Seperti yang sudah diulas di awal, Cheung Po Tsai merupakan Bajak Laut yang pernah hidup di masa Dinasti Qing (1783 - 1822). Menurut catatan sejarah, Cheung Po Tsai bernama asli Cheung Po / Zhang Bao (張保) dan merupakan kelahiran desa Xinhui, Jiangmen, China. Dia berasal dari keluarga Nelayan di desa tersebut.

Di saat berusia 15 tahun, Zhang Bao diculik oleh Zheng Yi, seorang bajak laut paling berpengaruh dari Guang Dong dan menguasai Laut China Selatan di masa itu. Zheng Yi kemudian memaksa Zhang Bao menjadi bajak laut. Rupanya Zhang Bao memiliki bakat menjadi seorang bajak laut, sehingga dalam waktu singkat dia menguasai semua kemampuan Zheng Yi. Zhang Bao akhirnya diangkat menjadi anak Zheng Yi.

Setelah Zheng Yi meninggal tahun 1807, Zhang Bao mengambil alih tampuk pemerintahan Bajak Laut. Bersama istrinya Cai Qian Ma (蔡牵妈) dan Jendral Cai Qian (蔡牵 ) - seorang Pedagang yang juga ditengarai sebagai salah seorang Jendral dari Istana - mereka bertiga menjadi pemimpin Bajak Laut yang sangat ditakuti. Cai Qian Ma dikenal sebagai wanita yang sangat cerdas, menguasai bahasa Inggris, dan paham persenjataan orang Barat. Wajar jika di masa Zhang Bao berkuasa, banyak orang yang takut padanya.

Cheung Po Tsai merupakan Bajak Laut yang paling ditakuti, terutama oleh Pasukan Portugis karena mereka paling sering diserang oleh kelompok Po Tsai. Pada bulan November 1809, pasukan Cheung Po Tsai melakukan pertempuran melawan Pasukan Portugis di wilayah perairan yang dikenal dengan nama Tiger's Mouth (wilayah Macau). Dalam perang besar tersebut, Cheung Po Tsai mengalami kekalahan yang cukup hebat dan membuatnya kabur. Inilah kali pertama pasukan Cheung Po Tsai berhasil dikalahkan. Perang hebat tersebut kemudian dikenal dengan sebutan "The Battle of The Tiger's Mouth" (Batalha da Boca do Tigre).

Pada tanggal 20 April 1810, pasukan Portugis berhasil mendesak Tsang Po Tsai dan memaksanya menyerah. Po Tsai akhirnya takluk dengan menyerahkan 2,000 pucuk senjata, 280 kapal, dan 25,000 orang pengikutnya. Pasca menyerah, Po Tsai dan pasukannya diserahkan kepada Pemerintah Guangdong untuk dieksekusi karena tindakan kriminalmnya. Tapi alih-alih dieksekusi, Pemerintah Guangdong justru memberikan amnesti dan mengangkat Cheung Po Tsai menjadi Kapten Angkatan Laut Kekaisaran Qing.

Sosok Cheung Po Tsai sering menjadi inspirasi dan sudah beberapa kali diangkat ke cerita film layar lebar maupun serial televisi. Kisah perjuangannya pertama kali diadaptasi ke dalam film The Pirate (1973).
Dick Wei as Cheung Po Tsai (Project A)

Pada taun 1983, Jackie Chan membuat film Project A, di mana Cheung Po Tsai (diperani Dick Wei) menjadi sosok antagonis yang berhadapan dengan Jackie Chan.

Pada tahun 1994, dalam film Once Upon a Time in China V, sosok Chang Po Tsai ditampilkan sebagai salah satu musuh Wong Fei Hung (Vincent Zhao).

Pada tahun 2007, di film barat Pirates of the Caribbean : At World's End, sosok bajak laut Sao Feng (diperani Chow Yun Fat) merupakan adaptasi dari sosok Cheung Po Tsai. Latar belakang Sao Feng pun banyak menggunakan referensi dari kisah hidup Cheung Po Tsai.

Tahun 2015 silam, TVB pernah membuat serial televisi bergenre eksyen-fiksi ilmiah berjudul Captain of Destiny (張保仔), di mana dalam serial tersebut dikisahkan seorang polisi dari abad 21 bernama Wong Tai Mui (diperani Grace Chan) tiba-tiba berpindah ke abad 19 di mana dia bertemu dengan Bajak Laut Cheung Po Tsai.

Wednesday 26 December 2018

A Chinese Ghost Story (倩女幽魂, 1987)


Kisah cinta antara manusia dengan mahluk supranatural merupakan salah satu cerita yang cukup disukai para penyuka cerita klasik Tiongkok. Salah satu kisah klasik yang cukup melegenda adalah kisah cinta Siluman Ular Putih yang sudah dibuat hingga berkali-kali, baik dalam versi serial televisi maupun layar lebar.

Selain kisah Siluman Ular Putih, ada juga kisah klasik yang cukup melegenda, yaitu kisah cinta manusia dengan Siluman Jejadian berjudul A Chinese Ghost Story (倩女幽魂 - Chien Ni Yu Hun). Film yang disutradarai Chung Siu Tung dan diproduseri Tsui Hark ini diperani oleh Leslie Cheung, Joey Wong, dan Wu Ma. Ceritanya sendiri merupakan adaptasi dari cerita pendek dari Dinasti Qing berjudul Nie Xiao Qian (聶小倩) karya Penulis Pu Song Ling yang terangkum dalam kumpulan cerita misteri berjudul Liao Zhai Zi Yi (聊齋誌異).

Pada tahun 1960, kisah ini sebenarnya pernah diadaptasi oleh studio film Shaw Brothers berjudul The Enchanting Shadow (倩女幽魂). Meski sama-sama sukses, namun film A Chinese Ghost Story-lah yang menjadi legenda. Bahkan film ini duduk di peringkat 50 di jajaran Best 100 Chinese Motion Pictures versi Hong Kong Film Awards (2005). Selain sukses di Hong Kong, A Chinese Ghost Story juga meraih kesuksesan yang luar biasa di negara lain, termasuk Jepang dan Korea. Berkat film ini, nama Leslie Cheung dan Joey Wong menjadi sangat populer di kedua negara tersebut.

Kesuksesan film A Chinese Ghost Story kemudian memunculkan tren film-film bertema kisah cinta manusia dan hantu yang cukup populer di era 1980an.

Film ini mengisahkan tentang Ning Choi San (Leslie Cheung), seorang penagih hutang yang melakukan melakukan tugasnya sampai ke desa-desa pelosok. Satu ketika, dia tiba di sebuah desa terpencil. Karena hari sudah larut malam, dia pun memutuskan untuk tinggal di sebuah kuil. Celakanya, kuil tersebut ternyata dihuni oleh hantu penggoda bernama Nie Xiao Qian (Joey Wong). Rupanya Xiao Qian adalah budak dari Siluman Pohon dan memaksanya untuk menggoda serta menjebak para pria agar mereka nantinya bisa jadi makanan Siluman Pohon.

Choi San yang lugu mengira kalau Xiao Qian adalah gadis baik-baik. Namun setelah diperingati Pendeta Tao Yin Chik Ha (Wu Ma), Choi San akhirnya menyadari kalau Xiao Qian adalah Hantu. Setelah mengetahui latar-belakang Xiao Qian, Choi San berusaha menyelamatkan Xiao Qian. Malangnya, kekuatan Siluman Pohon sangat kuat, sehingga dia berhasil mengenyahkan Choi San dan menghukum Xiao Qian dengan mengurung rohnya ke Dunia Orang Mati.

A Chinese Fairy Tale (2011)
Choi San tidak patah semangat. Dibantu Pendeta Yin, mereka berhasil membuka portal Dunia Orang Mati untuk menyelamatkan Xiao Qian. Setelah melalui pertarungan yang berat, akhirnya mereka berhasil menyelamatkan Roh Xiao Qian dari Dunia Orang Mati. Setelah itu, Xiao Qian dimakamkan agar dia bisa reinkarnasi menjadi manusia baru.

Pasca kesuksesan film ini, A Chinese Ghost Story kemudian sekuelnya hingga menjadi trilogi. Seri kedua melanjutkan kisah A Chinese Ghost Story, sedangkan seri ketiganya bisa dikatakan merupakan reboot karena mengangkat cerita yang sama dengan seri pertama. Namun agar terkesan punya korelasi dengan dua seri pertamanya, A Chinese Ghost Story 3 mengisahkan kejadian 100 tahun pasca kejadian seri pertama dan kedua.

Pasca kesuksesan film A Chinese Ghost Story, kisahnya diadaptasi kembali dalam versi animasi berjudul sama. Film ini kemudian dibuat ulang kembali pada tahun 2011 dengan judul A Chinese Fairy Tale dengan sutradara Wilson Yip, dan diperani Louis Koo, Liu Yi Fei, Kara Hui, serta Louis Fan.

Eternity : A Chinese Ghost Story (2003)
Film ini pun pernah diadaptasi menjadi serial televisi pada tahun 2003. Adalah stasiun televisi Taiwan CTS yang mengadaptasi film ini menjadi serial televisi berjudul Eternity : A Chinese Ghost Story. Serial ini diperani Barbie Shu, Daniel Chan, Jesica Hsuan, dan Jacky Wu, diproduksi dengan total 40 episode.

Theme song film ini berjudul Chien Ni Yu Hun (倩女幽魂) dan dinyanyikan oleh Leslie Cheung. Seiring dengan kesuksesan filmnya, theme song ini pun ikut sukses dan sangat populer.



DO YOU KNOW? 
Ide pembuatan film ini sebenarnya sudah muncul sejak tahun 1978. Adalah Tsui Hark yang berencana memproduksi kisah cinta manusia dan hantu ini. Dia telah membuat skrip A Chinese Ghost Story waktu itu dan menawarkannya kepada TVB untuk diproduksi dalam bentuk serial televisi. Namun ide ini ditolak TVB karena dianggap tidak sesuai untuk tayangan televisi.

Tsui Hark kemudian merubah skripnya menjadi skenario film layar lebar. Dia kemudian mengontak Ching Siu Tung untuk berkolaborasi mewujudkan skrip itu menjadi film. Meski sudah sering bekerja sama dengan Tsui Hark, Ching Siu Tung tidak serta-merta menerima ajakan Tsui Hark. Terlebih skrip yang disodorkan Tsui Hark adalah skrip yang "serba tanggung" : tidak cocok disebut film drama, tidak cocok sebagai film komedi, tidak cocok pula sebagai film horor.

Tsui Hark akhirnya memutuskan hanya sebagai Produser dan menyerahkan sepenuhnya pada Ching Siu Tung - sebagai Sutradara - untuk mengolah skrip yang dibuatnya. Ching Siu Tung akhirnya memutuskan untuk mengedepankan unsur drama-percintaan di skrip A Chinese Ghost Story.

Untuk pemeran wanitanya, Tsui Hark memilih Joey Wong ( 王祖賢 - Wang Zu Xian) yang waktu itu dikenal sebagai pemain basket profesional dan model Hong Kong. Saat itu dia sama sekali belum punya pengalaman berakting. Pasca kesuksesan film A Chinese Ghost Story, Joey Wong banyak mendapat tawaran bermain film dan mendapat julukan "The Goddess of the East" karena kecantikannya.

Sementara untuk pemeran prianya, Tsui Hark memilih Leslie Cheung. Sebelumnya, Tsui Hark sudah pernah bekerja sama dengan Leslie Cheung di film A Better Tomorrow dan A Better Tomorrow 2 di mana di kedua film itu, Tsui Hark juga bertindak sebagai Produser Film.

Saat dirilis perdana tanggal 18 Juli 1987, film ini meraih sukses yang luar biasa. A Chinese Ghost Story meraup keuntungan lebih HK$ 18 juta dan menjadikannya sebagai Film Hong Kong dengan Penghasilan Terbesar tahun 1987. Film ini pun meraih banyak penghargaan, baik lokal dan internasional.





Tuesday 25 December 2018

Legenda Lima Jendral Harimau TVB


Di era 1980-an, pertelevisian Hong Kong berada di puncak kejayaannya di mana banyak serial televisi produksi negara tersebut sukses besar. Serial yang kebanyakan diproduksi stasiun televisi TVB - Hong Kong tersebut tidak saja sukses secara domestik, tetapi juga merambah secara internasional, termasuk ke Indonesia.

Nah, di masa itu, ada 5 orang aktor TVB di masa itu yang menjadi "super-star" dan diidolakan banyak penonton. Kelima aktor tersebut adalah : Michael Miu (苗僑偉 - Miao Qiao Wei) , Kent Tong (汤镇业 - Tang Zhen Ye), Felix Wong (黃日華 - Wong Yat Wa / Huang Je Hua) , Andy Lau (刘德华 - Liu De Hua), dan Tony Leung (梁朝伟 - Liang Chao Wei).

Kelima artis tersebut merupakan lulusan dari Sekolah Akting Artiste Traning Academy - Hong Kong, di mana Kent Tong mulai sekolah tahun 1978, Michael Miu dan Felix Wong tahun 1979, Andy Lau tahun 1980, Tony Leung tahun 1981. Pasca lulus dari sekolah itu, kelima artis tersebut melamar dan mendapatkan pekerjaan di Jaringan Televisi TVB.

Ki-Ka : Andy Lau, Felix Wong, Michael Miu, Tony Leung, Kent Tong
Sama seperti kebanyakan artis pemula, kelima orang tersebut mengalami perjuangan yang tidak mudah. Mereka merangkak sebagai artis pendukung dan cameo, sebelum akhirnya mendapat kepercayaan untuk menjadi pemeran utama di serial televisi TVB.

Adalah Kent Tong menjadi yang pertama mendapat kesempatan bermain sebagai pemeran utama di serial televisi This Land is Mine (風雲, 1980) dan The Adventurer's (衝擊, 1981). Kedua serial bergenre drama-keluarga tersebut ternyata menjadi hit dan disukai banyak penonton.

Selanjutnya Felix Wong dan Michael Mui mendapat kesempatan bermain sebagai pemeran utama di serial The Lonely Hunter (過客, 1981). Serial ini langsung mengangkat nama kedua aktor tersebut dan menjadi salah satu serial paling populer di masa itu.

Andy Lau sendiri baru meraih kesuksesannya setelah mendapat kesempatan untuk menjadi pemeran utama di drama sitkom Hong Kong '81 (1981).

Dan terakhir Tony Leung baru mendapatkan kesempatan menjadi pemeran utama di tahun 1982 di serial televisi Soldier of Fortune (香城浪子). Di serial tersebut, Tony Leung beradu akting dengan dua orang sahabatnya : Felix Wong dan Kent Tong.

Meski sudah pernah menjadi pemeran utama dan serial televisi yang mereka perani meraih rating yang tinggi, namun tidak serta-merta membuat nama mereka langsung melambung cepat. Pada masa itu, TVB memiliki 2 orang aktor kawakan - Adam Cheng dan Chow Yun Fa - yang masih menjadi "Raja Serial Televisi Hong Kong". Jadi meski kesuksesan sudah diraih dan mulai memiliki fans-base, tetap saja kelima artis tersebut masih kalah pamor dengan kedua aktor tersebut.

Keberuntungan mulai mendekati kelima "aktor baru" TVB tersebut manakala Adam Cheng dan Chow Yun Fa memutuskan untuk hengkang dari TVB tahun 1983. Dengan kepergian kedua aktor tersebut, praktis TVB kehilangan artis dianggap mumpuni dan mampu mengangkat rating acara mereka. Kekuatiran TVB cukup beralasan. Selain harus bersaing dengan stasiun lokal, mereka pun sedang bersaing ketat dengan acara televisi Korea dan Jepang yang waktu itu mulai mendominasi acara televisi Hong Kong.

Guna mencari pengganti kedua aktor tersebut, TVB kemudian mengadakan acara All Star Challenge (1983) yang bertujuan mencari aktor dan artis baru Hong Kong yang diharapkan mampu diangkat sebagai artis papan atas untuk menggantikan posisi Adam Cheng dan Chow Yun Fat.
Wajah personel Lima Jendral Harimau TVB saat ini

Michael Miu, Kent Tong, Felix Wong, Andy Lau, dan Tony Leung tidak menyia-nyiakan kesempatan. Mereka berlima bekerja sama menjadi satu tim dan tampil di acara tersebut dengan menyanyi dan menari. Aksi mereka ternyata menarik perhatian media-massa, terutama produser TVB. Bahkan media kemudian memberikan julukan kepada mereka "Lima Jendral Harimau TVB" (無綫五虎將) karena kemampuan mereka tersebut. Sejak itulah, julukan "Lima Jendral Harimau TVB" melekat di kelima artis tersebut.

Pasca acara tersebut, karir kelima artis tersebut melesat cepat bak meteor. Hampir semua serial televisi yang mereka perani selalu meraih rating tinggi. Untuk mendongkrak rating sebuah serial televisi, beberapa dari mereka dipertemukan dalam satu serial televisi. Strategi ini terbukti ampuh mendongkrak rating.


Sepanjang karir mereka sejak terbentuk tahun 1983, Kelima "Jendral Harimau TVB" tersebut hanya 2 kali dipertemukan sekaligus, yaitu di film layar lebar The Tigers (1991) dan serial televisi The Yang's Saga (1985). Selebihnya, paling 2-4 orang saja yang dipertemukan dalam 1 serial televisi.

Berdasarkan usia, Michael Miu merupakan yang paling senior diantara kelimanya, sehingga dia sering dijuluki Si Harimau Besar (Big Tiger) / Kakak Tertua. Selanjutnya secara urutan : Kent Tong (Harimau Kedua), Felix Wong (Harimau Ketiga), Andy Lau (Harimau Keempat), dan Tony Leung (Harimau Kecil).

Sayang, usia Lima Jendral Harimau TVB tidak berlangsung lama. Pada tahun 1986, Lima Jenderal Harimau TVB terpaksa bubar karena berbagai hal :

Kent Tong mundur dari TVB tahun 1985 setelah munculnya skandal berkaitan dengan tindakan bunuh diri artis Barbara Yung, yang waktu itu merupakan kekasih Tong. Tong dituduh penyebab kematian Barbara Yung, meski pada akhirnya terbukti kalau Yung menderita depresi saat kejadian terjadi, dan tidak ada kaitannya dengan Tong. Namun desakan publik membuat Tong tidak ada pilihan, selain mundur dari TVB yang telah membesarkan namanya. Meski kini masih aktif di dunia keartisan, namun Kent Tong sudah mengurangi aktivitas tersebut dan berfokus di dunia bisnis.

Pada tahun 1989, Andy Lau memutuskan mundur dari TVB setelah Eksekutif TVB memaksanya menanda-tangani kontrak kerja selama 5 tahun, yang dianggap Lau menjadi penghambat karirnya. Karena Andy Lau tidak mau menanda-tangani kontrak tersebut, TVB akhirnya memasukkan Andy Lau dalam "daftar hitam" dan tidak memperbolehkan Andy Lau berpartisipasi di acara TVB manapun. Andy Lau akhirnya melanjutkan karir keartisannya di luar TVB, dan menjadi super-star seperti sekarang.

Di awal tahun 1990, Tony Leung mendapatkan banyak kesempatan bermain di film layar lebar. Meski sebelumnya telah sukses membintangi banyak serial televisi, namun bermain di film layar lebar seolah menjadi "candu" bagi Tony Leung. Terlebih setelah banyak film layar lebar yang diperaninya menjadi film box-office serta mendapatkan banyak penghargaan. Meski tidak secara eksplisit, namun sejak tahun 1990, Tony Leung resmi mundur dari TVB dan lebih fokus bermain di film layar lebar. Serial terakhir TVB yang diperani Tony Leung adalah Ode to Gallantry (1989).

Pada tahun 1989, Felix Wong memutuskan untuk mundur dari TVB dan pindah ke jaringan televisi lain, yaitu ATV (Asia Television Limited) - Hong Kong. Meski sempat kembali lagi ke TVB pada tahun 1993, namun Felix Wong kembali keluar dan pindah ke stasiun televisi Tiongkok. Saat ditanya alasannya keluar-masuk TVB, Felix menjelaskan kalau dia merasakan ketidak-puasan saat bekerja di TVB. Pada tahun 2009, Felix Wong kembali lagi bekerja di TVB setelah sahabatnya - Michael Miu - mengajaknya bekerja sama di serial televisi Gun Metal Grey.

Pada tahun 1986, Michael Miu memutuskan untuk keluar dari TVB untuk memulai karirnya sebagai pengusaha. Miu kemudian mendirikan sebuah perusahaan produksi kacamata. Michael Miu meraih reputasi yang sangat baik sebagai pengusaha kacamata di masa itu. Namun hasratnya untuk menjadi artis mengusiknya, sehingga pada tahun 2002, Miu memutuskan menjual bisnisnya ke perusahaan Australia dan kembali ke TVB. Michael Miu meraih kesuksesan sebagai artis TVB kembali pasca memerani serial televisi The Academy (2004). Sejak itu, Miu terus meraih kesuksesan dalam setiap serial televisi yang diperaninya hingga hari ini.


Saturday 15 December 2018

Flying Guillotine (血滴子, 1975)


Pada tahun 1975, Shaw Brothers merilis sebuah film yang terbilang sangat tidak biasa. Judulnya Flying Guillotine. Film yang disutradarai Ho Meng Hua ini berdurasi lebih dari 2 jam, membuatnya menjadi film produksi Shaw Brothers pertama dengan durasi sepanjang itu (rata-rata film Shaw Brothers di masa itu berdurasi tidak lebih dari 90 menit).

Selain itu, Flying Guillotine menampilkan adegan yang belum pernah ditampilkan sebelumnya : Pemenggalan kepala manusia. Film ini sempat membuat heboh banyak orang karena menampilkan adegan sadis yang sangat mengerikan di masa itu. Bahkan karena sangat sadis, film ini tidak lulus sensor dan tidak pernah beredar di layar lebar Indonesia.

Film ini diperani oleh Chen Kuan Tai, Ku Feng, Wei Hung, dan Norman Chu. Flying Guillotine mengisahkan tentang Kang Xin (Ku Feng) seorang pengikut setia Kaisar yang menciptakan sebuah senjata maut bernama Flying Guillotine. Senjata ini berbentuk seperti topi yang dilemparkan ke kepala musuh (terdapat tali panjang yang mengendalikan jarak dan arah lemparan). Ketika topi tersebut mengenai kepala sasarannya, topi itu akan memanjang dan menutupi kepala sang sasaran. Di sekeliling dalam topi tersebut, terdapat pisau tajam. Ketika pemilik Flying Guillotine menyentak tali Flying Guillotione, maka pisau tersebut akan memotong kepala sasarannya.

Pasca menciptakan senjata tersebut, Kang Xin kemudian membentuk pasukan khusus yang dilatih untuk menguasai senjata maut tersebut. Setelah mereka mampu menguasai senjata itu, mereka ditugaskan menjadi pembunuh yang menghabisi para pembangkang dan orang-orang yang mencoba menggulingkan Kaisar.

Di antara semua pembunuh tersebut, adalah Ma Teng (Chen Kuan Tai) yang merupakan salah seorang pembunuh paling hebat. Kemampuannya menguasai Flying Guillotine justru membuatnya dimusuhi oleh rekan-rekannya. Diam-diam mereka membuat skenario untuk menjebak Ma Teng, dan membuatnya dimusuhi oleh Kaisar.

Sementara itu, diam-diam Kang Xin ternyata memiliki rencana busuk dan justru dialah yang berencana untuk menggulingkan Kaisar dan menguasai Kerajaan. Berpura-pura melindungi Kaisar, Kang Xin menggunakan pasukannya untuk membantai orang-orang kepercayaan Kaisar. Akankah Kang Xin berhasil menguasai Kerajaan?

Film ini terbilang sangat minim aksi perkelahian dan lebih berfokus pada intrik politik kerajaan. Bagi sebagian orang yang terbiasa menonton film Shaw Brothers yang penuh aksi, film ini tergolong sangat membosankan. Terlebih durasinya yang lebih dari 2 jam. Selain itu, film ini juga dikritisi terlalu sarat adegan sadis. Meski demikian, Flying Guillotine justru menjadi film wuxia yang fenomenal dan disukai banyak orang. Banyak produser Hong Kong dan Taiwan yang kemudian membuat film bertema sama yang menggunakan senjata Flying Guillotine sebagai senjata pertarungan.

Film Flying Guillotine menjadi salah satu film wuxia ikonik yang disukai banyak orang. Film ini kemudian dibuat ulang pada tahun 2012 berjudul The Guillotines (血滴子 -Xue Di Zi), yang disutradarai Andrew Lau, dengan pemeran Huang Xiao Ming, Ethan Juan, Shawn Yue, Li Yu Chun, dan Jing Bo Ran. 



DO YOU KNOW? 
Meski terkesan senjata fiksi, tapi faktanya Flying Guillotine (血滴子 - Xie Di Zi) benar-benar ada di masa lalu dan memang merupakan senjata yang sangat mematikan.

Senjata yang disebut Xie Di Zi (Penetes Darah) digunakan di masa pemerintahan Kaisar Yong Zheng di masa Dinasti Qing. Tidak jelas siapa pencipta senjata ini. Bentuk asli senjata ini pun sebenarnya tidak jelas. Sejarawan hanya menemukan gambar kasar tentang bentuk senjata ini. Tetapi metode penggunaan dan cara kerja senjata tersebut hingga hari ini masih menjadi misteri.

Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut, senjata Xie Di Zi terdiri dari 2 jenis senjata : Senjata Berjenis Kelamin Pria dan Senjata Berjenis Kelamin Wanita. Masing-masing senjata dipegang oleh 2 orang yang berbeda, namun mereka selalu bersama-sama. Senjata Berjenis Kelamin Pria merupakan senjata berbentuk seperti gergaji besi, sedangkan Senjata Berjenis Kelamin Wanita berbentuk sebagai perangkap berbentuk topi.

Biasanya Senjata Berjenis Kelamin Wanita berfungsi untuk menangkap kepala korban. Setelah kepala korban terperangkap di dalam senjata itu, barulah seorang lagi memenggal kepala korbannya dengan Senjata Berjenis Kelamin Pria.

Sayangnya, meski catatan sejarah menjelaskan tentang keberadaan senjata ini, namun hingga hari ini para sejarawan belum menemukan bukti fisik keberadaan senjata Xie Di Zi ini.

Sunday 2 December 2018

The Blood Brothers (刺馬, 1973)


The Blood Brothers merupakan salah satu film box-office Hong Kong produksi Shaw Brothers yang cukup terkenal di era 1970an. Bertutur tentang persaudaraan yang harus berakhir karena adanya perbedaan kepentingan. Tema seperti ini nantinya menjadi tema khas yang sangat sering digunakan oleh film-film Hong Kong, khususnya film yang mengangkat kehidupan para triad.

Film ini disutradarai oleh Chang Cheh dengan pemeran David Chiang, Ti Lung, dan Chen Kuan Tai. Alur ceritanya sendiri terinspirasi dari kasus pembunuhan Jendral Ma Xin Yi (馬新貽), seorang Jendral Muslim asal wilayah Hui di masa Dinasti Qing. Dalam kasus tersebut, Sang Jendral dibunuh oleh seseorang bernama Wan Qing Zuan / Zhang Wen Xiang. Hingga hari ini, belum ada fakta kongkrit yang menyebutkan alasan pembunuhan tersebut.

Dikisahkan di suatu era di masa lalu ada 2 orang bandit bernama Chang Wen Siang (David Chiang) dan Huang Chang (Chen Kuan Tai) berusaha merampok seorang pengembara. Rupanya pengembara tersebut bernama Ma Xin yi (Ti Lung) dan merupakan seorang pendekar yang maha sakti. Karena tidak mampu mengalahkan Ma Xin Yi, akhirya Chang Wen Siang dan Huang Chang takluk serta meminta pengampunan pada Ma Xin Yi.

Ma Xin Yi justru mengangkat persaudaraan dengan Chang dan Huang. Dia kemudian mengutarakan niatnya untuk pergi ke kota guna menjadi Pejabat Pemerintah. Kelak setelah jadi Pejabat, Ma akan kembali untuk membawa kedua saudaranya tersebut untuk membantunya di Pemerintahan.

Beberapa tahun kemudian, Ma Xin Yi sudah menjadi pejabat. Namun ternyata dia telah berubah menjadi pejabat yang sangat bengis. Dia menggunakan berbagai cara keji untuk bisa meraih apa yang dia inginkan. Satu ketika dia mendapatkan tugas untuk menghancurkan para perampok. Karena itu, dia kemudian mendatangi kedua saudaranya, Chang dan Huang, untuk membantunya membasmi perampok.

Pada saat kedua saudaranya menumpas perampok, Ma Xin Yi justru berselingkuh dengan istri Huang Chang yang bernama Mi Lan (Ching Ti). Agar perselingkuhan mereka bisa berjalan baik, maka Ma Xin Yi menyuruh bawahannya untuk membunuh Huang Chang dan Chang Wen Siang. Dengan kematian kedua saudaranya, Ma Xin Yi akan naik jabatan dan dapat mempersunting Mi Lan. 

Pasca pembunuhan Huang dan Chang, para pengikut kedua orang itu menemukan kebusukan yang dilakukan Ma Xin Yi. Akhirnya mereka pun bersekutu untuk menghabisi Ma Xin Yi.

Film The Blood Brothers dirilis di Hong Kong tanggal 24 Februari 1973 dan menjadi film box office di masa itu. Selain sukses secara finansial, The Blood Brothers meraih penghargaan Golden Horse Awards untuk kategori Special Award for Outstanding Performance (diraih oleh Ti Lung).

Film ini pun banyak mendapatkan apresiasi positif dari para kritikus film karena mengangkat tema yang sangat berbeda di masa itu. Pada masa itu, kisah persaudaraan di dunia persilatan adalah hal umum. Namun film ini justru mengangkat cerita yang tidak umum di mana persaudaraan di dunia persilatan tidak berarti apa-apa dan penghianatan tetap saja bisa terjadi di dalam persaudaraan itu.

Kesuksesan tema seperti ini kemudian banyak diadaptasi dan digunakan di banyak film-film wuxia dan film bertema triad di kemudian hari.

Sementara itu, pada tahun 2007, Sutradara Peter Chan mengangkat kembali tema ini dalam bentuk klasik dengan membuat film The Warlords (投名狀 - Tou Ming Zhuang). Film yang diperani Andy Lau, Jet Li, dan Takeshi Kaneshiro tersebut mengisahkan tema yang mirip dengan film The Blood Brothers. Sama nasibnya seperti The Blood Brothers, The Wardlords juga menjadi salah satu film box-office saat perilisannya. Selain itu juga, The Wardlords meraih banyak penghargaan internasional. Beberapa di antaranya Best Film, Best Director, Best Actor, Best Cinematography, Best Cinematography, Best Art Direction, Best Sound Design, Best Visual Effect, dan Best Costume (Hong Kong films Awards), Best Feature Film, serta Best Visual Effects (Golden Horse Awards).