Tuesday 29 May 2018

Full Moon Scimitar (圓月彎刀; 1979)



Bagi penggemar film wuxia tentu pernah mendengar - bahkan melihat dan "memainkan" - Golok / Pedang Bulan Sabit. Yep... Golok / Pedang Bulan Sabit adalah salah satu jenis pedang yang sangat populer di era 1970 - 1980an. Golok ini sangat populer karena bentuknya yang unik, yaitu melengkung. Selain itu, golok tersebut ternyata berlapis dua. Jadi apabila diampar, maka golok tersebut akan menjadi golok lengkung dua sisi (mirip lengkungan lambang Tao - Ying Yang).

Sakin populernya Golok Bulan Sabit, di masa itu bahkan dijual dalam bentuk mainan yang terbuat dari plastik.

Mungkin tidak banyak yang tahu - atau mungkin juga lupa - kalau kepopuleran Golok Bulan Sabit di masa lalu tidak saja karena bentuknya yang unik, tetapi karena kepopuleran filmnya yang super-keren.

Pada tahun 1978, Shaw Brothers merilis film berjudul Full Moon Scimitar ( 圓月彎刀 - Yuen Ye Wan Dao) yang disutradarai Chu Yuen. Kisah film ini merupakan adaptasi dari novel populer berjudul sama karya Novelis Ku Lung. Film ini diperani oleh Derek Yee, Liza Wang, Wang Jung, Meg Lam, Wang Lung Wei, dan Ku Kuan Chung.

Sama seperti novelnya, film ini mengisahkan tentang Pendekar Pedang Ding Peng (Derek Yee), seorang pendekar muda yang sedang meraih gelar Pendekar Tersohor dengan menantang para pendekar terbaik di Tiongkok untuk bertarung. Dalam 3 pertarungan pertamanya, Ding Peng selalu meraih kemenangan, dan hal itu membuatnya menjadi sedikit sombong dan lengah.

Sesaat sebelum berhadapan dengan Pendekar Liu Yok Siong (Wang Jung), Ding Peng terperdaya oleh seorang wanita cantik - yang kemudian diketahui merupakan istri Pendekar Liu yang ditugaskan untuk menjebak Ding Peng - sehingga Kitab Pedang Komet miliknya dicuri oleh Pendekar Liu. Pendekar Liu kemudian mengubah nama Kitab Pedang Komet milik Ding Peng dan mengaku kitab itu sebagai kitab pusaka perguruannya. Akibatnya, Ding Peng dituduh mencuri kitab milik perguruan Pendekar Liu, dan dia dipermalukan oleh para pendekar yang hadir dalam duelDing Peng dan Pendekar Liu.

Malu dengan kondisi itu, Ding Peng mencoba bunuh diri. Tetapi dia justru terdampar di Tanah Orang Mati dan berjumpa dengan Siluman Rubah / Qing Qing (Liza Wang). Berkat dorongan semangat Qing Qing, Ding Peng tidak jadi bunuh diri. Ding Peng jatuh hati dengan sikap Qing Qing, sehingga meminangnya. Meski orang tua Qing Qing tidak setuju - karena tidak mungkin manusia menjalin hubungan dengan mahluk dari Dunia Kematian - namun karena keduanya sudah saling mencinta, akhirnya orang tua Qing Qing pun merestui pernikahan mereka.

Pasca menikah, Qing Qing memberikan pusaka keluarganya pada Ding Peng, yaitu Golok Bulan Sabit (Yuen Ye Dao). Dengan menguasai jurus Golok Bulan Sabit, Ding Peng dipastikan akan menjadi pendekar digjaya jika dia kembali ke dunia orang hidup. Setelah menguasai ilmu Golok Bulan Sabit, Ding Peng pun mengajak Qing Qing untuk bersamanya tinggal di dunia orang hidup.Awalnya rencana Ding Peng sempat dihalang-halangi orang tua Qing Qing. Tapi melihat kesungguhan hari Ding Peng, mereka pun merestui Ding Peng dan Qing Qing tinggal di dunia orang hidup.

Saat kembali, Ding Peng menantang Pendekar Liu untuk berduel kembali. Kali ini dengan senjata dan jurus baru, Ding Peng berhasil mengalahkan Pendekar Liu.

Nama Ding Peng sontak melejit mejadi Pendekar Terbaik di dunia Kang Aow. Hal ini mendorong banyak orang yang kemudian mencoba mengadu ilmu dengannya. Salah satunya adalah Pendekar Cia Siao Hong (Wang Lung Wei), yang merupakan Pendekar Pedang Terhebat di Kang Aow. Pertarungan hidup-mati pun terjadi di antara mereka. Siapakah yang akan menang : Golok atau Pedang?

Dibandingkan dengan film Death Duel (三少爺的劍  - San Sau Ye De Dao) yang dirilis tahun 1977 dan juga disutradarai Chu Yuen dan diperani Derek Yee, film Full Moon Scimitar bisa dikatakan jauh lebih seru dari sisi eksyen. Terlebih gaya pertarungannya terbilang sedikit berbeda karena menampilkan pertarungan dengan pedang dari jarak yang cukup dekat (mengingat panjang Golong Bulan Sabit cukup pendek), film Full Moon Scimitar cukup menghibur.

Meski merupakan salah satu film populer dari Shaw Brothers, para penggemar film wuxia mungkin akan kesulitan menemukan film Full Moon Scimitar dalam bentuk DVD, VCD, maupun BlueRay dikarenakan perilisannya yang sangat terbatas. Kalau memesan via internet mungkin bisa. Atau bisa juga mencari film ini saat sedang main di Malaysia, Hong Kong, atau Tiongkok saat Liburan Lebaran nanti.


Saturday 19 May 2018

Cripped Avengers (1978)


Para pendekar di film-film wuxia biasanya digambarkan sebagai sosok yang gagah, dengan kemampuan bela diri yang sangat luar biasa. Nah, bagaimana jika sosok pendekar tersebut adalah orang cacat, dengan keterbatasan kemampuan?

Sosok dengan keterbatasan gerak dan kemampuan ini dulu sempat sangat populer setelah Jepang merilis film The Tale of Zatoichi (1962). Film yang mengetengahkan Pendekar Buta Zatoichi ini menjadi sangat terkenal dan mengangkat nama aktor Shintaro Katsu sampai dikenal seluruh dunia.

Pada tahun 1978, Shaw Brothers pernah merilis film bertema sama. Bedanya dengan Zatoichi, pendekar dengan kekurangan bagian tubuh (cacat fisik) tidak ditampilkan hanya buta saja, tetapi ada juga yang tanpa tangan, tanpa kaki, bahkan mengalami gangguan jiwa. Film produksi Shaw Brothers tersebut adalah Cripped Avengers (殘缺 - Can Que).

Disutradarai Chang Cheh, film ini selain diperani oleh Cheng Kuan Tai, juga diperani oleh beberapa personal Five Venoms (untuk mengetahui lebih detil tentang sosok Five Venoms, Anda bisa membacanya dengan meng-klik link berikut ini), sehingga film ini sering juga disebut "The Return of Five Deadly Venoms" (meski film ini sendiri tidak ada hubungannya dengan film "Five Deadly Venoms").

Film ini mengisahkan tentang Tao Tien Tu (Chen Kuan Tai) - Pemimpin Perguruan Beladiri Jurus Cakar Harimau - yang baru pulang dari perjalanan jauh dan menemukan keluarganya dibantai oleh orang tidak dikenal. Istrinya tewas, dan anak semata wayangnya - Tao Sheng - dalam kondisi sekarat dengan kedua tangannya terpotong.

Tao Tien Tu kemudian menyelamatkan anaknya dan menggantikan tangan anaknya dengan tangan besi. Sang anak pun dilatih ilmu bela diri tingkat tinggi.

Dua puluh tahun kemudian, Tao Tien Tu masih memendam amarah dan dendam pada orang yang telah menghabisi keluarganya. Di lain pihak, Tao Sheng (Lu Feng) yang telah memiliki ilmu sangat tinggi menjadi sangat sombong dan senang menganiaya orang-orang di kota.

Saat berada di kota, dia bertemu dengan seorang pandai besi Wei Da Di (Lo Mang) yang tidak mau tinduk pada Tao Sheng. Akibatnya dia dipaksa meminum cairan air keras yang membuat tenggorokannya terbakar dan dia menjadi bisu. Ketika Da Di masih melawan, gendang telinganya dihancurkan sehingga dia pun menjadi tuli.

Lalu Tao Sheng berpapasan dengan seorang pengelana bernama Chen Sun (Kuo Chui). Karena masalah kecil, Tao Sheng tersinggung, lalu membutakan mata Chen Sun. Dan saat Tao Sheng tanpa sengaja tersandung oleh kaki Hua A Kui (Sun Chien) yang sedang duduk di pinggir jalan, Tao Sheng langsung memotong kaki A Kui.

Yuan Yi (Chiang Sheng), seorang pendekar digjaya, trenyuh melihat 3 orang penduduk kota yang dianiaya Tao Sheng, lalu menantang Tao Sheng bertarung. Dalam pertarungan itu, Tao Sheng berhasil mengalahkan Yuan Yi, Agar Yuan Yi tidak mencari gara-gara dengannya lagi, Tao Sheng merusak otak Yuan Yi dan membuatnya menjadi orang idiot.

Keempat orang tersebut akhirnya mencari bantuan pada Guru Yuan Yi yang tinggal di sebuah biara. Di sana, mereka dilatih ilmu bela diri khusus untuk orang cacat. Dengan kemampuan yang mereka miliki, keempat orang tersebut akhirnya menjadi pendekar yang melakukan balas dendam atas apa yang telat diperbuat Tao Sheng pada mereka.

Film ini ingin menggambarkan bahwa orang cacat bukanlah orang lemah. Meski mereka punya kekurangan, tetapi Tuhan memberikan kelebihan yang luar biasa di hal lain, yang membuat mereka berbeda, bahkan jauh lebih kuat daripada orang normal.

Selain itu, moral lain yang ingin digambarkan film ini adalah meski kita punya kemampuan lebih dari orang lain, hendaklah kita tetap menjadi orang yang rendah hati. Jangan arogan dan sombong, serta menganggap orang lain lebih rendah daripada kita.



DO YOU KNOW? 
Episode Blood Oath dari serial televisi Star Trek : Deep Space Nice (1994) memiliki alur cerita yang sama persis dengan film Cripped Avengers, sehingga banyak penonton yakin kalau penulis skenario Blood Oath menjiplak alur cerita dari Cripped Avengers.

Film Cripped Avengers merupakan salah satu film wuxia Hong Kong yang paling sering dijadikan referensi dalam berbagai film produksi Amerika Serikat. Dalam serial televisi Everybody Hates Chris di episode Everybody Hates Drew (2006), karakter Drew (diperani Tequan Richmond) dalam beberapa kesempatan menyebut judul film ini. Sedangkan dalam film layar lebar Rewind This! (2013), cover video film ini terlihat jelas dalam salah satu adegan. Sedangkan dalam serial animasi Futurama, episode The Series Had Landed (1999), alur cerita Cripped Avengers diparodikan dalam episode tersebut.





Sunday 13 May 2018

One Armed Swordman (1967)


Bagi penggemar film wuxia, One-Armed Swordman (獨臂刀 - Du Bi Dao) adalah film wuxia klasik yang wajib dikoleksi. Film ini merupakan film garapan Sutradara Chang Cheh dan merupakan film wuxia pertama yang menampilkan pertarungan sadis dan banjir darah.

Film ini menjadi film Hong Kong pertama yang berhasil meraih penghasilan di atas HKD 1 juta dan menjadikan Jimmy Wang (Wang Yu) - aktor kelahiran Taiwan - menjadi aktor papan atas Hong Kong.

One-Armed Swordsman mengisahkan tentang Perguruan Pedang Emas yang diserang oleh perampok. Pada saat itu, Pelayan Fang Cheng mengorbankan nyawanya untuk melindungi gurunya, Qi Ru Feng (Tien Feng). Atas pengorbanan pelayan setianya tersebut, Qi Ru Feng memutuskan untuk mengadopsi anak Fang Cheng yang bernama Fang Kang.

Saat dewasa, Fang Kang mendapatkan

perlakuan tidak pantas dari murid-murid Qi Ru Feng. Bahkan anak Qi Ru Feng yang bernama Qi Pei Er mem-bully Fang Kang sedemikian rupa, hingga Fang Kang memutuskan untuk kabur dari perguruan. Dalam pelariannya, dia justru dihadang oleh Qi Pei Er dan murid-murid perguruan. Setelah disiksa dan dipukuli, tangan kanan Fang Kang ditebas hingga putus oleh Qi Pei Er. Fang Kang yang kesakitan jatuh ke dalam jurang. Beruntung dia kemudian diselamatkan oleh seorang gadis desa bernama Xiao Man (Lisa Chiao Chiao)

Meski nyawanya tertolong, tapi Fang Kang frutrasi karena dirinya tidak dapat berlatih kungfu dengan hanya 1 tangan. Xiao Man kemudian memberikan buku kungfu dan pedang patah peninggalan orang tuanya kepada Fang Kang. Buku tersebut dia bagi setengah agar Fang Kang dapat berlatih dengan menggunakan satu tangan saja. Ternyata buku itu membuat Fang Kang menjadi digjaya dan hebat.

Sementara itu, saat Guru Qi Ru Feng mempersiapkan perayaan ulang tahunnya yang ke-55, perguruan mereka didatangi oleh Iblis Bertangan Panjang dan Cheng si Harimau Tersenyum. Mereka adalah musuh lama Qi Ru Feng. Saat datang, mereka langsung mengobrak-abrik pesta Qi Ru Feng dan membunuhnya.

Fang Kang yang mendengar kabar kematian gurunya, segera mencari Iblis Bertangan Panjang dan Cheng Si Harimau Tersenyum. Lewat pertarungan mati-matian, akhirnya Fang Kang berhasil membunuh kedua musuh gurunya tersebut. Pasca memenangkan pertarungan, murid-murid Qi Ru Feng meminta maaf pada Fang Kang dan meminta untuk menjadi Pemimpin Baru Perguruan Pedang Emas. Tapi Fang Kang menolak, dan memilih menjadi petani dan menikah dengan Xiao Man.



ABOUT "ONE-ARMED SWORDSMAN"
Seperti yang saya ulas di atas, film "One-Armed Swordsman" merupakan film wuxia yang sangat sukses di masanya. Atas kesuksesan film ini, One-Armed Swordsman kemudian dibuat sekuelnya : Return of the One-Armed Swordsman (1969) dan The New One-Armed Swordsman (1971). Ketiga film ini semuanya disutradarai Chang Cheh dan diperani Jimmy Wang Yu, dan kelak dikenal dengan sebutan One-Armed Swordsman Trilogy.

Film One-Armed Swordsman tidak saja populer di Hong Kong, tetapi juga sampai ke Jepang. Di masa itu, One-Armed Swordsman sempat dibanding-bandingkan dengan Zatoichi, karakter di film berjudul sama yang waktu itu sangat populer di Jepang. Banyak orang kemudian bertanya, siapa yang paling hebat diantara mereka berdua.

Karena itu, untuk "menjawab" rasa penasaran penonton maka pada tahun 1971 dibuatlah film berjudul Zatoichi and the One-Armed Swordsman (獨臂刀大戰盲俠 - Du Bi Dau Da Zhan Mang Xia). Film kolaborasi Jepang-Hong Kong ini disutradarai oleh Hsu Tseng Hung dan Kimiyoshi Yasuda. Pemeran film ini tetap dipercayakan pada Jimmy Wang Yu (sebagai Fang Kang) dan Shintaro Katsu (sebagai Zatoichi).

Film tersebut mengisahkan Fang Kang yang melakukan petualangan hingga ke Jepang, kemudian bertemu dengan Zatoichi. Keduanya salah paham karena adanya perbedaan bahasa di antara mereka. Ditambah lagi mereka berdua diadu-domba oleh para Tuan Tanah di Jepang, akhirnya Zatoichi dan Fang Kang pun harus berduel, menuntaskan perselisihan di antara mereka.

Meski akhir film ini menampilkan Zatoichi menang dalam pertarungan, tetapi ada gosip yang mengatakan kalau film ini sebenarnya dibuat dalam 2 versi : Versi yang dirilis di Jepang menampilkan Zatoichi yang menang. Sedangkan versi lainnya dirilis di Hong Kong, menampilkan Fang Kang yang menang. Meski demikian, hingga hari ini gosip tersebut tidak pernah ada klarifikasi.

Snake's in the Eagle's Shadow (1978)


Film Snake's in the Eagle's Shadow (蛇形刁手) merupakan film yang paling bersejarah, terutama dalam proses perjalanan karir Jackie Chan. Karena pasca film ini, dunia kemudian mengenal Jackie Chan sebagai aktor film laga yangmengombinasikan eksyen dengan komedi. Sebelumnya, Jackie Chan berada di persimpangan jalan, antara berhenti menjadi aktor atau melanjutkan karir ini namun berada di bawah bayang-bayang kesuksesan Bruce Lee. Beruntung, Sutradara Yuen Ho Ping mengajaknya bermain di film ini, sehingga Jackie Chan menjadi sukses hingga hari ini.

Snake's in the Eagle's Shadow merupakan film wuxia terobosan baru di dunia perfilman Hong Kong kala itu, karena film ini merupakan film wuxia pertama yang menggabungkan elemen eksyen dengan komedi. Ada ide Produser Ng See Yuen yang ingin membuat film jenis demikian. Setelah berbicara dengan Yuen Ho Ping, mereka sepakat untuk mengajak Jackie Chan dan menjadikannya menjadi Pemeran Utama film ini.

Jackie Chan sendiri sebenarnya saat itu baru saja selesai menuntaskan pembuatan film New Fist of Fury yang disutradarai Lo Wei. Sayangnya film itu gagal total di pasaran dan karir Jackie Chan stagnan. Tanpa melihat hasil yang diraih New Fist of Fury, Ng See Yuen yakin kalau Jackie Chan adalah pilihan yang tepat untuk bermain di film yang diproduserinya. Dan akhirnya Jackie Chan pun menjadi pemeran utama film ini.

Film Snake's in the Eagle's Shadow mengisahkan tentang Sheng Kuan (Hwang Jang Lee), seorang pendekar dari Perguruan Cakar Elang, yang memiliki obsesi untuk menguasai dunia persilatan dengan menghabisi orang-orang dari Peguruan Jurus Ular. Beruntung, satu-satunya murid terhebat dari Perguruan Jurus Ular - Pai Cheng Tien (diperani Yuen Siu Tien) - berhasil melarikan diri dan menyamar sebagai pengemis.

Satu ketika Pai Cheng Tien berpapasan dengan seorang anak yatim piatu bernama Chien Fu (Jackie Chan) yang bekerja di sebuah perguruan bela diri. Sayang, di perguruan itu Chien Fu justru dijadikan alat latihan dan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari Guru dan teman-teman perguruannya.

Iba dengan perlakukan yang diterima Chien Fu, Pai Cheng Tien pun melatih Chien Fu dengan ilmu Jurus Ularnya.

Ketika perguruannya diserang Perguruan Jurus Belalang Sembah, Chien Fu muncul dan membela perguruannya dengan Jurus Ular yang dipelajarinya. Saat dia mengeluarkan jurus tersebut, secara tidak sengaja Sheng Kuan lewat di depan perguruan Chien Fu, dan segera mengenali jurus itu sebagai Jurus Ular. Sheng Kuan mencoba memperalat Chien Fu untuk membawanya menemui Pai Cheng Tien. Namun ketika Chien Fu curiga, Sheng Kuan melukainya.

Merasa kemampuan bela dirinya tidak sepadan dengan Sheng Kuan, Chien Fu kemudian mengembangkan teknik bela dirinya dan menggabungkannya dengan Jurus Cakar Kucing. Jurus ini dikembangkannya setelah melihat perkelahian kucing peliharaannya melawan seekor ulang kobra.

Di akhir cerita, ketika Sheng Kuan telah berhasil menemukan persembunyikan Pai Cheng Tien dan nyaris membunuhnya, Chien Fu muncul dan membela Pai Cheng Tien. Dengan jurus baru miliknya, dia akhirnya berhasil menghabisi Sheng Kuan.



DO YOU KNOW? 
Film Snake's in the Eagle's Shadow meraih kesuksesan yang luar biasa saat ditayangkan di Hong Kong waktu itu. Film ini meraih penghasilan HKD 2,7 juta lebih, dan menjadi salah satu film terlaris di masa itu. Pasca kesuksesan film ini, Yuen Ho Ping membuat kembali film bertema sejenis berjudul Drunken Master (1978) dengan diperani Jackie Chan, Yuen Siu Tien, dan Hwang jang Lee. Dan sama seperti film Snake's in the Eagle's Shadow, film Drunken Master juga meraih sukses, bahkan melebihi pendahulunya. Berkat kedua film inilah nama Jackie Chan akhirnya dikenal dunia hingga hari ini.

Dalam proses pengambilan gambar film Snake's in the Eagle's Shadow, Jackie Chan mengalami dua kali kecelakaan. Yang pertama adalah saat melakukan adegan perkelahian dengan Hwang Jang Lee, Aktor asal Korea ini secara tidak sengaja melakukan tendangan terlalu rendah, sehingga mengenai muka Jackie Chan. Akibat tendangan yang sangat keras itu, gigi Jackie Chan tanggal. Kecelakaan kedua terjadi saat adegan perkelahian menggunakan golok. Dalam adegan tersebut, golok yang digunakan ternyata adalah golok sungguhan, dan mengenai Jackie Chan hingga dia terluka. Meski Jackie Chan berteriak kesakitan, tapi tidak ada orang yang menyadari hal itu dan terus merekam adegan perkelahian. Setelah tubuh Jackie berlumuran darah, mereka baru menyadari dan menghentikan pengambilan gambar.

Film Snake's in the Eagle's Shadow tidak bisa didistribusikan di wilayah Eropa dan Amerika pada waktu itu, karena menggunakan musik latar "Magic Fly" dan "Oxygen Part 2" karya Artis Jean Michel Pierre, yang mana kedua musik itu tidak mendapatkan izin dari penciptanya. Agar bisa tetap masuk negara tersebut, maka musik latarnya pun diubah dan diisi dengan musik yang lain. Meski demikian, untuk peredaran di kawasan Asia, musik latar yang digunakan tetap tidak berubah.

Atas kesuksesan film ini, tahun 1979 ada sekuelnya berjudul Snake's in the Eagle's Shadow 2 (atau dengan judul lain Snaky Knight Fight Againts Mantis). Film ini disutradarai Chang Sin Yi dan diperani Wang Tao. Meski merupakan sekuel, namun alur ceritanya sama sekali tidak ada hubungannya dengan film Snake's in the Eagle's Shadow. Bahkan banyak adegan perkelahiannya menggunakan adegan yang digunakan di Snake's in the Eagle's Shadow. Film itu gagal dan tidak dapat mengulang kesuksesan film sebelumya.