Friday 24 August 2018

Sejarah Film "Wuxia"


Entah latah atau salah kaprah, banyak orang Indonesia yang menyebut film beladiri klasik Hong Kong dengan sebutan "Film Silat". Padahal "silat" merupakan bela diri Indonesia, dan bukan bagian dari budaya Hong Kong.

Sebenarnya film jenis itu punya nama sendiri, yaitu Wuxia (武侠). Wuxia sudah menjadi salah satu genre film Hong Kong yang dikenal masyarakat dunia. Penggunaan istilah "wuxia" sendiri tidak terbatas pada film saja tetapi juga karya sastra (novel), opera, komik, dan video games yang menampilkan bela diri klasik Hong Kong tersebut.

Kata "wuxia" sendiri mengandung arti "Pendekar Bela Diri" (Wu : Bela diri; Xia : Pendekar). Di satu masa, "wuxia" pernah dipakai untuk menjelaskan film Hong Kong yang menampilkan Pendekar Berpedang. Sedangkan film yang menampilkan beladiri tangan kosong disebut film "kungfu". Namun seiring berjalannya waktu, semua film yang menampilkan beladiri klasik Hong Kong (dan mengenakan pakaian klasik masa Kerajaan Kuno Tiongkok) disebut sebagai "film wuxia".

Banyak orang mengira istilah "wuxia" mulai dikenal di Hong Kong di era 1960an, di mana saat itu merupakan masa awal pertumbuhan film-film beladiri Hong Kong. Padahal penggunaan kata "wuxia" sendiri sudah digunakan sangat lama untuk menyebut karya-karya sastra bertema Pendekar. Berdasarkan catatan sejarah Tiongkok, istilah "wuxia" sudah dipakai untuk menyebut kitab sejarah Tiongkok sejak abad 300 - 200 Sebelum Masehi. Hal ini dapat ditemukan dalam Kitab Han Fei Zi (韓非子) karya penulis Han Fei. Buku berisi 55 Bab tersebut menceritakan kondisi politik masyarakat Tiongkok Kuno sejak masa Peperangan Antar Kerajaan (戰國時代 - Zhang Guo Shi Dai) di abad 481 Sebelum Masehi hingga zaman Pemerintahan Kaisar Qin Shi Huang / Dinasti Qing (247 - 210 Sebelum Masehi).

Pada masa Dinasti Tang (618 - 907 Setelah Masehi), cerita fiksi mulai digandrungi banyak orang. Salah satu sub-genre cerita "wuxia" yang sangat terkenal di masa itu adalah genre Chuanqi (傳奇 - Legenda), yang bercerita tentang kisah hidup seorang Pendekar. Kebanyakan bercerita tentang tokoh terkemuka yang benar-benar hidup di masa itu, namun kisah hidupnya dibuat fiktif. Beberapa kisah yang terkenal di masa itu adalah Nie Yin Niang . Nyonya Nie Yin (聶隱娘), Jing Shi San Niang / Nyonya Marga Jing Ke-13, dan Qiu Rang Ke / Pendekar Berjanggut (虬髯客).

Ciri khas karya "wuxia" di masa itu adalah menampilkan Pendekar yang taat menjalankan norma-norma kehidupan yang baik, dan punya prinsip hidup yang teguh. Para Pendekar dalam cerita ini disebut sebagai "xiake" (俠客) atau Pendekar Beretika.

Di masa Dinasti Ming (1368 - 1644), karya "wuxia" banyak didominasi dengan kisah perang. Dua karya yang paling terkenal di masa itu adalah Samkok / Romance of the Three Kingdoms (三國演義) karya novelis Luo Guan Zhong dan Shui Hu Zhuan / Batas Air (水滸傳) karya Shi Nai An.

Sedangkan di masa Dinasti Qing, berkembang sub-genre Gong An (公案 - Peradilan) yang menampilkan cerita yang berhubungan dengan pengadilan, detektif, dan misteri. Hal ini dikarenakan di masa itu ada seorang hakim bijaksana bernama Hakim Bao / Judge Bao / Bao Jing Tien (包青天) yang dihormati banyak orang. Dan untuk menghormati dirinya, banyak penulis yang mengangkat kisah hidupnya dalam bentuk cerita "wuxia".

Sayang, karya sastra - terutama bergenre "wuxia" - tidak dapat berkembang di masa Dinasti Qing, setelah Pemerintah mengeluarkan amanat untuk melarang pembuatan cerita fiksi bertemua "wuxia" karena dianggap sebagai tulisan yang memprovokasi masyarakat untuk anti-pemerintah dan memunculkan banyak pemberontak. Meski dilarang, karya sastra "wuxia" masih dibuat dan beredar secara diam-diam.

Karya sastra "wuxia" kembali diizinkan untuk diterbitkan setelah muncul gerakan 4 Mei (五四运动 - Wu Si Yun Dong; May Fourth Movement) yang dilakukan mahasiswa pada tahun 1919. Gerakan ini dilakukan untuk menentang Pemerintah yang membatasi ruang berkembang mahasiswa. Berkat Gerakan 4 Mei, karya seni dan literatur Tiongkok - termasuk karya sastra "wuxia" - mendapatkan ruang untuk berkembang kembali.

Pasca Gerakan 4 Mei 1919, karya "wuxia" memasuki masa keemasannya. Diawali dengan karya Xiang Kai Ren berjudul Jiang Hu Qi Xia Chuan / The Peculiar Knights-Errant of the Jianghu (江湖奇俠傳) yang dirilis dalam bentuk cerita bersambung sejak tahun 1921 - 1928.
Film "Burning of the Red Lotus Temple"

Cerita tersebut sangat populer, sampai kemudian dibuat dalam bentuk novel dan diadaptasi menjadi film berjudul The Burning of the Red Lotus Temple (火燒紅蓮寺 - Huo Shao Hong Lian Si). Film yang disutradarai Zhang Shi Chuan tersebut tercatat dalam Rekor Dunia sebagai film terpanjang yang pernah diproduksi. Film bisu hitam-putih tersebut dibuat menjadi 16 seri dengan total 27 jam durasi putar. Film itu dirilis secara simultan antara tahun 1928 - 1931.

Sejak itu, koran-koran terbitan Tiongkok banyak menayangkan cerita fiksi "wuxia" dalam bentuk cerita bersambung. Masa itu merupakan masa keemasan para penulis cerita "wuxia", dan melahirkan banyak penulis populer seperti Gong Bai Yu, Wang Du Lu, Zheng Zheng Yin, dan Zhu Zhen Mu.

Di era 1940-1950an, cerita wuxia kembali dilarang pemerintah untuk diterbitkan karena isi ceritanya dianggap menentang pemerintah. Meski sempat diberi "nafas" untuk terbit lagi di pertengahan dekade 1950, tetapi tidak lama kemudian, cerita "wuxia" kembali dilarang beredar.
Jing Yong

Karya "wuxia" kembali meraih masa keemasannya, setelah Pemerintah Tiongkok memberikan kebebasan kepada penulis cerita "wuxia" untuk menulis kembali. Di masa ini, cerpen, novel, dan cerita bersambung"wuxia" kembali menjadi primadona para pembaca. Di masa itu, Jing Yung (Louis Cha) menggebrak gaya menulis "wuxia" dengan memunculkan gaya menulis baru yang berbeda dengan gaya menulis "wuxia" sebelumnya, yaitu dengan mengombinasikan cerita beladiri yang dipadukan dengan drama, roman, dan misteri.

Berkat kepiawaiannya, nama Jing Yung menjadi tersohor dan dikenal sebagai "Penulis Wuxia Paling Berpengaruh" di masa itu. Selain menggunakan namanya sendiri, Jing Yung kerap menggunakan nama samaran "Liang Yu Sheng" untuk beberapa karya "wuxia" buatannya. Karena kehebatan cerita yang dibuatnya, banyak karya Jing Yung yang kemudian diadaptasi menjadi film dan serial televisi. Beberapa di antaranya yang terkenal adalah The Book and the Sword (書劍恩仇錄), Sword Stained with Royal Blood (碧血劍), The Legend of Condor Heroes / Pendekar Pemanah Burung Rajawali (射鵰英雄傳), The Return of the Condor Heroes / Kembalinya Pendekar Burung Rajawali (神鵰俠侶), The Heaven Sword and Dragon Saber / To Liong To / Pedang Pembunuh Naga (倚天屠龍記), Demi-Gods and Semi Devils / Tian Long Ba Bu / Legenda Pendekar Tayli (天龍八部), The Smiling Proud Wanderer / Pendekar Hina Kelana (笑傲江湖), dan The Duke of Mount Deer / The Deer and The Cauldron / Pendekar Rusa Menjangan / Legenda Wei Xiao Bao (鹿鼎記).
Gu Long

Selain di Tiongkok, cerita "wuxia" juga sangat populer di Taiwan. Salah satu penulis "wuxia" Taiwan yang sangat terkenal adalah Gu Long. Berbeda dengan Jing Yung, Gu Long sangat terkenal berkat karya-karya "wuxia" miliknya yang dipadukan dengan kisah misteri dan detektif. Beberapa di antaranya yang sangat terkenal adalah Chu Liu Xiang / Pendekar Harum (楚留香), Pendekar 4 Alis Lu Xiao Feng (陸小鳳), dan Pendekar Pisau Terbang Xiao Li Fei Dao (小李飛刀).


Dalam dunia film, genre "wuxia" mulai dikenal publik pada tahun 1925. Adalah perusahaan film Tian Yi Film Company (dikenal juga dengan nama Unique Film) yang bermarkas di Shanghai yang merilis film New Leaf (立地成佛) dan Heroine Li Fei Fei (女侠李飛飛) pada tahun 1925. Kedua film ini diyakini sebagai film "wuxia" pertama di dunia.

Tian Yi Film Company adalah perusahaan milik tiga bersaudara Shaw Run Je, Shaw Run De, dan Shaw Run Me. Bersama saudara bungsu mereka, Shaw Run Run / Shaw Yi Fu, mereka berempat membuat perusahaan film terbesar di Hong Kong yang kelak dikenal dengan nama Shaw Brothers Studio / Shaw Brothers.

Shaw Brothers didirikan tahun 1958 dan sejak itu menjadi studio film terbesar di Hong Kong yang memproduksi ribuan film bergenre "wuxia". Banyak film "wuxia" populer dan legendaris yang lahir di studio ini. Beberapa di antaranya : Five Deadly Venoms, The Brave Archer, One-Armed Swordsman, The 36th Chamber of Shaolin, dan lain-lain.

Selain itu, Shaw Brothers juga menelurkan banyak sutradara populer dan legendaris. Beberapa diantaranya adalah King Hu, Liu Jia Liang, Chang Cheh, dan Ang Lee.

Para aktor dan aktris terkenal di masa itu pun banyak yang populer berkat bermain di film-film Shaw Brothers. Beberapa di antaranya adalah Lo Lieh, Li Li Hua, Ivy Ling Po, Betty Ting Pei, Lo Mang, Li Feng, Ti Lung, David Chiang, Jackie Chan, Yuen Biao, Sammo Hung, Alexander Fu Sheng, dan lain-lain.

Film-film Shaw Brothers sangat populer di kawasan Asia Pasifik (Singapura, Korea, Jepang, Malaysia, termasuk Indonesia). Salah satu alasan kesuksesan film Shaw Brothers ini tidak lepas dari sistem pendistribusian filmnya, di mana Shaw Brothers membuka perusahaan Malay Film Productions yang berlokasi di Malaysia untuk memproduksi sekaligus mendistribusikan film-film mereka di kawasan tersebut.

Selain Shaw Brothers, banyak perusahaan film yang tumbuh dan berkembang di Tiongkok, Hong Kong dan China di masa itu. Salah satunya yang cukup besar adalah Golden Harvest (kini bernama Orange Sky Golden Harvest / OSGH) yang didirikan Raymond Chow, Leonard Ho, dan Leung Fung pada tahun 1970. Pasca mempopulerkan Bruce Lee di tahun 1972, Golden Harvest menjadi saingan Shaw Brothers dalam dunia perfilman Hong Kong dan Tiongkok. Meski demikian, dalam hal produksi film genre wuxia, Shaw Brothers masih tetap terbaik dan tidak terkalahkan di masa itu.

Karena tidak mampu bersaing dengan Shaw Brothers di film "wuxia", Golden Harvest banyak memproduksi film-film non-wuxia (film drama dan eksyen) di mana mereka kemudian dikenal masyarakat sebagai Raja Film-film Eksyen Hong Kong di masa itu.

Genre film "wuxia" sempat meredup di era 1990an, kalah pamor dengan film-film Hong Kong bergenre eksyen modern. Meski demikian, genre ini kembali hidup dan bangkit kembali setelah film  Crouching Tiger, Hidden Dragon (卧虎藏龙; 2000) karya sutradara Ang Lee meraih kesuksesan secara internasional dan mendapatkan penghargaan Academy Award serta Golden Globe Awards.

Hingga hari ini, film bergenre "wuxia" masih diminati banyak penonton. Selain diproduksi dalam bentuk film layar lebar, genre ini juga diproduksi dalam bentuk serial televisi. Jika di era 1970 - 1980an ceritanya masih banyak mengadaptasi novel-novel karya Jing Yung dan Gu Long, maka di era 2000an, cerita wuxia sudah menggunakan cerita-cerita baru, termasuk cerita bertemakan fantasi. Tidak hanya cerita, penyajiannya pun sangat "memanjakan" mata di mana setiap episode serial televisi dipenuhi dengan efek khusus yang fantastis dan "wah". Alhasil tontonan serial televisi "wuxia" menjadi sangat indah dan menawan.



No comments:

Post a Comment