Disiarkan : 10 Desember 2016
Bagi sebagian orang, Liang Can mungkin adalah nama
yang sangat asing di telinga. Tapi jika Pendengar sempat berkunjung ke Fo Shan,
salah satu kota yang terletak di Guangzhou, Tiongkok, maka Pendengar akan
temukan kalau Liang Can adalah salah satu Pendekar Silat yang sangat dihormati
di sana. Namanya sama terkenalnya dengan Huang Fei Hung dan Huang She Ying yang
juga Pendekar Terkenal dari Fo Shan.
Liang Can adalah seorang dokter obat-obatan
tradisional Tiongkok yang hidup di Fo Shan pada tahun 1826 – 1901. Banyak orang
mengenalnya dengan sebutan 佛山贊先生 (Fo Shan Can Sien Sheng – Tuan Can dari Fo
Shan). Keluarga Liang Can dikenal sebagai keluarga dokter ramuan herbal yang
menjalankan usaha mereka di Fei Ye Lu di Fo Shan. Liang Can merupakan anak
bungsu dari tiga bersaudara. Kedua kakaknya memutuskan untuk menjadi pengusaha.
Hanya Liang Can yang menyukai dunia obat-obatan herbal, sehingga memutuskan
untuk melanjutkan usaha ayahnya.
Di usia 20 tahun, Liang Can mulai mengenal bela
diri Wing Chun setelah berkenalan dengan seorang pemain opera dari Kelompok
Opera Cin Fa Wei Kung bernama Liang Er Ti. Liang Er Ti sendiri adalah seorang
Maha Guru Wing Chun yang mendapatkan ilmu Wing Chun langsung dari Biksu Shaolin
bernama 至善禪師 (Ce San Chan She).
Setelah menguasai Wing Chun, Liang Can memilih
untuk tidak terlalu unjuk kemampuan bela diri dan lebih fokus mengurusi klinik
pengobatan Hang San Tung warisan orang tuanya. Meski demikian, ada saja orang
yang menantang Liang Can untuk berduel karena mereka ingin mendapatkan
pengakuan sebagai Pendekar Terhebat di Tiongkok. Liang Can tidak pernah
meladeni orang yang menantangnya bertarung di klinik pengobatannya, karena selama
beada di klinik, fokus Liang Can adalah mengobati pasien. Karena itu, jika ada
pendekar yang menantangnya berduel, Liang Chan Dia selalu meminta tantangan tersebut
ditulis dalam surat resmi dan dikirimkan kepadanya. Nantinya, Liang Can yang menentukan
waktu serta tempat berduel.
Berdasarkan catatan sejarah perkembangan Wing Chun
yang ditulis oleh Keluarga Ip Man yang kini dilanjutkan oleh Anak Ip Man
bernama Ip Ching, disebutkan kalau Liang Can menjadi Pemegang Abadi Gelar “Ying
Chun Chien Wang” (Raja Jurus Wing Chun), karena dia telah mengalahkan lebih
dari 300 orang Pendekar yang pernah mengajaknya berduel. Hingga Liang Can
meninggal di usia 75 tahun, tidak ada satu
pun orang yang dapat mengalahkannya sehingga gelar itu tidak pernah lepas dari
Liang Can hingga akhir hayatnya.
Di usia 73 tahun, Liang Can pensiun, lalu pindah ke
Desa Khe Luo dan menghabiskan sisa hidupnya di desa tersebut melatih Wing Chun.
Salah satu muridnya yang paling terkenal adalah Chen Hua Sun (陳華順).
Chen Hua Sun hidup antara tahun 1836 – 1909. Dia
dijuluki Cau Qien Hua (找錢華)
karena dia menjalankan bisnis tukar-menukar uang. Tokonya berada persis di
sebelah klinik pengobatan Liang Can. Chen Hua Sun merupakan 1 dari 4 murid
Liang Can yang mendapatkan pelatihan Wing Chun secara privat. Tiga murid Liang
Can yang lain adalah 2 orang anaknya (Liang Chun dan Liang Bik) serta seorang
Pendekar Bernama 木人華.
Chen Hua Sun inilah yang kelak menjadi guru Yip
Man. Sebelum menjadi Guru Yip Man, Chen Hua Sun bekerja sebagai instruktur
Tentara Kerajaan Dinasti Qing. Selain itu, Chen Hua Sun juga pernah membuka
klik pengobatan setelah sempat belajar teknik pengobatan herbal dari Liang Can.
Setelah Liang Can meninggal, Chen Hua Sun pindah ke Foshan dan membuka
perguruan Wing Chun di sana.
Chen Hua Sun berusia 70 tahun ketika menerima Yip
Man sebagai murid terakhirnya. Yip Man – yang waktu itu berusia 7 tahun - sempat
dilatih secara intensif oleh Chen Hua Sun selama tiga tahun, sebelum Chen Hua
Sun menghembuskan nafas terakhirnya. Setelah Chen Huan Sun meninggal, murid
terbaik Chen Hua Sun bernama Wu Chung Sok (吳仲素 )
melanjutkan tugas gurunya melatih Yip Man. Yip Man menyelesaikan pelajaran Wing
Chun ketika dia berusia 16 tahun.
Kisah hidup Liang Can telah 2 kali diadaptasi ke
layar lebar dan 1 kali ke serial televisi. Film layar lebar yang mengadaptasi
kisah hidup Liang Can adalah Warriors Two (1978) dan The Prodigal Son (1981).
Sedangkan serial televisinya adalah Real Kungfu (2005) yang diperani Yuen Biao,
Yuen Wa, Liang Cia Ren, Jack Wu, dan Timmy Hung (anak Sammo Hung).
Kisah hidup Liang Can yang akan YANG GUO bahas hari
ini adalah kisah yang diangkat di film Warriors Two yang merupakan film
adaptasi pertama kisah hidup Liang Can. Film ini merupakan film fiksi yang
menceritakan awal mula pertemuan Liang Can dengan Chen Hua Sun yang kelak akan
menjadi muridnya.
KISAH SANG PENDEKAR
Film Warriors Two adalah film produksi Shaw
Brothers. Ditayangkan pertama kali di Hong Kong pada tanggal 28 Desember 1978,
film ini menjadi salah satu film terlaris di masa itu. Banyak kritikus film
yang memuji film ini sebagai salah satu Film Silat Hong Kong Terbaik yang
menampilkan jurus Wing Chun paling otentik, baik dari gerakan bela dirinya
maupun penjelasan tentang jurus-jurus yang digunakan.
Film ini diperani oleh Liang Cia Ren, Sammo Hung,
Casanova Wong (卡薩伐 - Kha Sa Fa), dan Dean Shek (Sek
Thien). Dalam film ini, selain menjadi pemeran utama, Sammo Hung juga bertindak
sebagai penulis skenario, sutradara, sekaligus koreografer perkelahian.
Judul Mandarin film ini adalah 贊先生與找錢華 (Can Shien Seng Yi Zao Chien Hua)
yang berarti Tuan Can dan Si Kasir Hua.
Dikisahkan bahwa Liang Can atau Tuan Can adalah
seorang Ahli Bela Diri Wing Chun yang membuka Perguruan Bela Diri Wing Chun di
desanya. Di desa tersebut, tinggal pula seorang pria bernama Chen Hua atau berjuluk Si Kasir Hua.Chen Hua
mendapat julukan demikian karena dia bekerja mengurusi uang di sebuah Bank
terbesar di Fo Shan, yaitu Bank Mo Huei. Meski demikian, Chen Hua adalah pria
yang suka ilmu bela diri. Hal ini dilakukannya agar bisa membela rakyat lemah
dari penindasan orang yang lebih kuat.
Satu ketika, pemilik Bank Mo Huei bernama Tuan Mo
berencana untuk menjadi Kepala Desa di desa tersebut. Tujuannya tidak lain
karena dia ingin menjadikan desa tersebut sebagai basis tempat berkumpul para
penyamun. Semua harta rampokan dikumpulkan di desa itu, yang nantinya akan
digunakan untuk memperluas kekuasaannya di semua wilayah Fo Shan.
Namun rencana Tuan Mo untuk mencalonkan diri
sebagai Kepala Desa mendapat hambatan dari Kepala Desa yang sekarang karena dia
tahu niat jahat Tuan Mo tersebut. Agar langkahnya dapat berjalan mulus, maka
Tuan Mo mengatur rencana untuk membunuh Kepala Desa saat dia sedang bertugas ke
luar kota.
Tanpa sengaja, Chen Hua mendengar rencana itu
ketika dia sedang ke rumah Atasannya tersebut karena ada keperluan urusan bank.
Mengetahui rencana buruk Atasannya, Liang Can buru-buru ke rumah Kepala Desa
untuk melaporkan Tuan Mo.
Di depan rumah Kepala Desa, Chen Hua berpapasan
dengan Sekretaris Desa bernama Tuan Yao. Karena sudah larut malam, Tuan Yao
mengusir Chen Hua dari rumah Kepala Desa. Chen Hua terus memaksa ingin bertemu
Kepala Desa dan mengatakan kalau dia mendapat informasi Kepala Desa akan
dibunuh oleh Tuan Mo. Mendengar hal itu, Tuan Yao meminta Chen Hua menunggunya
di perbatasan kota besok. Nanti Tuan Yao akan membawa Kepala Desa menemui Chen
Hua di sana.
Keesokan harinya, Chen Hua menunggu Kepala Desa di
perbatasan. Rupanya Tuan Yao telah berkomplot dengan Tuan Mo untuk
menggulingkan Kepala Desa. Maka waktu itu dia datang bersama para Pengawal
Terkuat Tuan Mo untuk menghabisi Chen Hua. Maka terjadilah pertarungan tidak
seimbang antara Chen Hua dan para Pengawal Tuan Mo.
Dalam pertarungan itu, Chen Hua terluka parah.
Beruntung dia berhasil melarikan diri. Di tengah jalan, dia berpapasan dengan
Si Gendut, salah seorang murid Liang Can. Si Gendut segera menolong Chen Hua
dan membawanya ke padepokan gurunya. Si Gendut kemudian menceritakan kejadian
yang dialami Chen Hua pada Gurunya.
Mengetahui Liang Can menjadi incaran orang-orang Tuan Mo, maka demi
keselamatannya, Liang Can menyembunyikan Chen Hua di padepokannya.
Keesokan harinya, setelah Chen Hua sadar, dia
meminta Si Gendut memberitahu ibunya kalau kondisinya baik-baik saja. Dia pun
meminta Si Gendut untuk memberitahu Kepala Desa kalau dirinya dalam bahaya. Si
Gendut pun segera pergi ke rumah Chen Hua. Namun dia kemudian melihat kalau Ibu
Chen Hua tewas dibunuh oleh Pengawal Tuan Mo. Saat dia berusaha memberitahu
Kepala Desa tentang bahaya yang akan menimpanya, Kepala Desa justru tidak
percaya.
Saat Kepala Desa berdinas ke luar desa, dia
dihadang oleh para pengawal Tuan Mo. Tanpa banyak bicara, mereka pun langsung
menghabisi Kepala Desa.
Setelah Kepala Desa tiada, Tuan Yao mengumpulkan
masyarakat desa dan mengumumkan kalau Kepala Desa menghilang. Agar administrasi
desa tetap bisa berjalan dengan baik, maka dia mengajukan Tuan Mo sebagai
Kepala Desa Pengganti. Awalnya para penduduk keberatan. Namun mereka akhirnya
menerima dengan berat hati.
Sementara itu, ketika Chen Hua mengetahui kalau
ibunya tewas dibunuh para pengawal Tuan Mo, dia kemudian menghadap Liang Can
dan memintanya agar Liang Can mau menjadi gurunya. Tapi Liang Can menolak. Dia
tidak mau Jurus Wing Chun dipakai untuk melakukan tindakan balas dendam. Dengan
berbagai cara, Chen Hua terus memohon Liang Can mengajarinya jurus Wing Chun,
tetapi Liang Can tetap pada pendiriannya.
Si Gendut kemudian membantu Chen Hua dan berpura-pura
menerima Chen Hua sebagai muridnya. Hal ini tentu saja membuat Liang Can marah,
karena muridnya bisa mengangkat murid lain tanpa seizinnya. Tapi setelah
mengetahui kalau itu hanya akal-akalan Si Gendut agar Chen Hua diterima sebagai
murid, akhirnya Liang Can pun menerima Chen Hua sebagai muridnya.
Liang Can kemudian menurunkan semua jurus Wing Chun
kepada Chen Hua. Dan dalam waktu cukup singkat, Chen Hua berhasil menguasai
ilmu Wing Chun dengan sangat baik.
Sementara itu, keberadaan Chen Hua akhirnya
terendus juga oleh Tuan Yao. Dia mengetahui kalau Liang Can menyembunyikan Chen
Hua di padepokannya. Tuan Yao segera melaporkan hal itu pada Tuan Mo.
Mengetahui hal itu, Tuan Mo pun mendatangi Liang
Can dan memintanya untuk menyerahkan Chen Hua. Namun Liang Can menolak dan
mengatakan Chen Hua adalah pasiennya. Dia baru akan melepaskan Chen Hua setelah
dia sembuh.
Mendengar hal itu, Tuan Mo pun marah. Lalu dia pun siasat
untuk membunuh Liang Can.
Suatu hari, ketika Liang Can sedang sarapan di
restoran langganannya, seorang pengemis datang meminta-minta pada Liang Can.
Ketika Liang Can memberikan uang padanya, Pengemis itu segera menusukkan pisau
ke punggung Liang Can. Liang Can tentu kaget dengan serangan mendadak itu.
Belum lagi dia bersiap, tiba-tiba Liang Can sudah dikeroyok oleh para pengikut
Tuan Mo.
Dalam aksi pengeroyokan tersebut Liang Can akhirnya
meninggal.
Para pengawal Tuan Mo lalu memasuki padepokan Wing
Chun dengan membawa jenazah Liang Can. Mereka meminta para murid Padepokan
untuk menyerahkan Chen Hua. Namun karena para murid Padepokan Wing Chun menolak,
maka para pengawal Tuan Mo pun segera menghabisi mereka semua. Dari semua
murid, hanya Si Gendut, Chen Hua, dan keponakan Liang Can bernama Cin Fung yang
berhasil selamat.
Dengan hancurnya Padepokan Wing Chun, maka tidak
ada lagi yang bisa menghalangi Tuan Mo. Dia pun mendeklarasikan dirinya sebagai
Kepala Desa yang baru dan semua penduduk harus tunduk padanya. Kabar ini
terdengar oleh Si Gendut, Chen Hua, dan Cin Fung. Mereka pun segera menyadari
rencana jahat yang dibuat Tuan Mo. Untuk itu, mereka mengatur rencana untuk membongkar
kejahatan Tuan Mo.
Namun untuk bisa mendekati Tuan Mo tidak mudah,
karena dia dikelilingi oleh para pengawalnya yang sangat ahli bela diri. Dari
kesemuanya, ada 3 Pengawal yang paling kuat :
1. Si
Harimau Bertombak Perak.
2. Raja
Tendangan Gledek
3. Pendekar
Bertubuh Besi
Karena itu, mereka harus mengalahkan ketiga
pengawal tersebut terlebih dahulu sebelum bisa mendekati Tuan Mo.
Mereka bertiga kemudian mempelajari kelemahan
ketiga lawan mereka, dan menemukan cara untuk mengalahkan ketiganya :
1. Cin
Fung yang ahli senjata akan menggunakan Jurus Pedang Empat Sayatan Wing Chun
untuk menghadapi Si Harimau Bertombak Perak.
2. Si
Gendut yang mahir pertarungan jarak pendek, akan menggunakan Jurus Wing Chun Serangan
Jari untuk menghadapi Raja Tendangan Gledek.
3. Dan
Chen Hua akan menggunakan Jurus Tongkat 6.5 Point untuk menghadapi kekebalan
tubuh Pendekar Bertubuh Besi.
Setelah disepakati, ketiganya pun berpencar dan
mengintai masing-masing lawan mereka. Namun saat ketiganya menghadang lawan
mereka di tempat terpisah, Si Gendut melakukan kesalahan dengan menghadang Si
Harimau Bertombak Perak. Karena Si Harimau Bertombak Perak menggunakan senjata
tombak, maka dia melakukan pertarungan jarak jauh, sehingga sulit didekati Si
Gendut.
Saat terdesak, Si Gendut menjebak Harimau dengan
mengajaknya bertarung di tengah hutan bambu yang gelap. Di hutan bambu itulah
Harimau Bertombak Perak mengalami kesulitan karena dia tidak leluasa bergerak.
Gerakannya terhalang pohon bambu. Selain itu, keadaan hutan yang gelap
menyulitkannya untuk melihat lawan.
Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh Si
Gendut yang kemudian menggunakan jurus-jurus Wing Chun-nya untuk mengalahkan Si
Harimau Bertombak Perak.
Di lain tempat, Cin Fung terpaksa harus bertarung
dengan Raja Tendangan Geledek. Namun kemampuan Cin Fung masih sangat di bawah
Raja Tendangan Geledek, sehingga dengan mudah dia dikalahkan. Saat Cin Fung
terdesar, Chen Hua datang menolong. Dalam pertarungannya dengan Raja Tendangan
Geledek, Chen Hua berhasil mengalahkan Raja Tendangan Geledek hingga akhirnya
meninggal.
Saat menghadapi Pendekar Bertubuh Besi, Chen Hua
mengalami kesulitan karena Pendekar tersebut memiliki tubuh bagaikan besi yang
tidak bisa tertembus senjata maupun pukulan. Setelah sempat frustrasi karena
tidak mampu melukai Pendekar Bertubuh Besi, Chen Hua kemudian teringat ajaran
Gurunya, Liang Can, yang pernah mengajari tentang titik-titik berbahaya pada
tubuh manusia. Titik-titik itulah yang kemudian diserang oleh Chen Hua.
Ternyata pukulan-pukulan Chen Hua tersebut berhasil melukai Pendekar Bertubuh
Besi.
Setelah Chen Hua berhasil menyarangkan beberapa
pukulan ke tubuh kebal Pendekar Bertangan
Besi, Pendekar tersebut masih bisa melawan dan membalas serangan Chen
Hua. Meski demikian, pada akhirnya Chen Hua berhasil menaklukkan Pendekar
Bertubuh Besi.
Sementara itu, muncullah 2 Pasang Pendekar berjuluk
Sepasang Singa Berpedang Maut. Mereka ternyata adalah Tangan Kanan langsung
dari Tuan Mo dan merupakan pasangan pengawal paling berbahaya yang dimiliki
oleh Tuan Mo.
Saat melihat rekan mereka Raja Tendangan Geledek
telah tiada, mereka berang dan langsung bertarung dengan Cin Fung. Lagi-lagi
Cin Fung kalah kekuatan dengan Pasangan Pengawal itu, sehingga dia menjadi
bulan-bulanan. Untungnya, Si Gendut datang ke tempat itu dan segera
menyelamatkan Cin Fung. Pertarungan pun terjadi antara Si Gendut dan Pasangan
Singa Berpedang Maut.
Awalnya, Si Gendut sempat kewalahan karena dia
tidak menguasai perkelahian dengan senjata, sehingga tidak mampu mengimbangi
permainan pedang Pasangan Pengawal tersebut. Namun setelah mempelajari
gerakan-gerakan pedang lawannya, Si Gendut berhasil mengimbangi jurus-jurus
mereka, sehingga pada akhirnya Si Gendut berhasil mengalahkan kedua Pengawal
Tuan Mo tersebut.
Tuan Mo akhirnya muncul. Tapi di luar dugaan, Tuan
Mo yang tadinya tampak seperti orang tua yang tidak berdaya, ternyata hanyalah
kedok. Karena dia adalah seorang jawara bela diri yang memiliki ilmu luar
biasa. Dia mengeluarkan Jurus Belalang Penyembah untuk menghadapi Jurus Wing
Chun Chen Hua. Jurus Belalang Penyembah yang dimiliki Tuan Mo sangat sadis dan
berbahaya. Jurus itu mampu mendesak Chen Hua hingga nyaris tidak berdaya.
Melihat Chen Hua yang kewalahan, Si Gendut berusaha
membantu. Tetapi dia pun tidak berkutik menghadapi Jurus Tuan Mo tersebut.
Meski demikian, di akhir cerita, dengan kerja sama yang sangat baik antara Chen
Hua dan Si Gendut, akhirnya mereka berhasil mengalahkan Tuan Mo.
Kisah Warriors Two memberikan satu pesan moral pada
kita, bahwa ketika ada orang yang membutuhkan bantuan kita, bantulah dengan
sepenuh hati. Seringkali kita melihat, ada banyak orang yang mau menolong orang
lain karena ada maunya, sehingga bantuan yang diberikan tidak tulus. Dalam film
ini digambarkan kalau Liang Can menolong Chen Hua dengan sepenuh hati, tanpa
mengharapkan imbalan apapun.
Film ini pun mengajarkan kita tentang makna
Integritas.
Integritas adalah karakter seseorang di mana dia
memegang teguh kebenaran dan menjalankan hal ini dalam kehidupannya. Sebenarnya
saat mengetahui Tuan Mo sedang mencari Chen Hua, Liang Can bisa saja
menyerahkan Chen Hua pada Tuan Mo agar dia bisa mendapatkan kedudukan ketika
Tuan Mo berkuasa. Tetapi Liang Can tidak melakukan hal itu, karena dia punya
integritas. Dia tahu mana yang benar dan salah. Karena tindakan Tuan Mo salah,
maka Liang Can tidak mendukung Tuan Mo.
Liang Can mendedikasikan dirinya untuk menyembuhkan
Chen Hua. Bahkan setelah Chen Hua sembuh pun, Liang Can masih meluangkan waktu
untuk melatih Chen Hua jurus-jurus Wing Chun. Tidak hanya itu, dia pun
melindungi Chen Hua dari incaran Tuan Mo.
Apa yang dilakukan Liang Can merupakan wujud sebuah
integritas, di mana Liang Can menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan
mempertahankan kebenaran itu, meski nyawa menjadi taruhannya.
FAKTA SANG PENDEKAR
1. Saat
dirilis tahun 1978, film Warriors Two menjadi film yang sangat sukses di masa
itu. Alasan kesuksesan film ini tidak lain karena jurus-jurus Wing Chun yang
ditampilkan dalam film ini sangat otentik dan merupakan jurus orisinil Wing
Chun di masa awal. Selain itu, dalam
film ini juga ditampilkan penjelasan detil tentang aplikasi teknik Wing Chun
yang memungkinkan para penonton dapat memahami dengan detil filosofi jurus-jurus
Wing Chun.
2. Ketika
film Warriors Two dirilis, banyak orang terkecoh dan mengira film ini adalah
sekuel dari sebuah film. Padahal film ini bukanlah sekuel dari film mana pun.
Judul Warriors Two yang digunakan film ini sebenarnya merujuk pada 2 Pahlawan
yang menjadi sentral cerita film, yaitu Liang Can dan Chen Hua.
3. Kesuksesan
film Warriors Two mendorong Sammo Hung untuk mengulang sukses ini kembali. Tiga
tahun kemudian, Sammo Hung kembali menulis skenario dan menyutradarai film
bertema Wing Chun berjudul The Prodigal Son (敗家仔 -Bai Jia Ze). Film tersebut dirilis pertama kali di Hong
Kong tanggal 22 Desember 1981. Untuk film ini, Sammo Hung memilih adik
seperguruannya, Yuen Biao, sebagai pemeran utama.
4. Film
The Prodigal Son bercerita tentang masa muda Liang Can dan bagaimana dia dapat
menjadi Grand Master Wing Chun. Film ini tidak saja sukses secara finansial,
tetapi juga mendapatkan Penghargaan Golden Horse Award (penghargaan tertinggi
insan perfilman Hong Kong) untuk kategori Best Action Choreography.
5. Pada
tahun 2012, Majalah Time Out menempatkan film The Prodigal Son di urutan ke-54
dalam daftar Top 100 Hong Kong Films (100 Film Terbaik Hong Kong Sepanjang
Masa).
6. Pemeran
Chen Hua adalah aktor bernama Casanova Wong atau dikenal dengan nama panggung
Ka Sa Fa (卡薩伐 ) . Aktor ini sebenarnya adalah
aktor Korea dengan nama asli Yong Ho Kim. Di masa mudanya, pada tahun 1960 –
1970an, Yong Ho Kim adalah atlet Tae-Kwondo ternama di Korea Selatan. Dia
dikenal karena kecepatan dan kekuatan tendangan berputarnya, sehingga dia
dijuluki “The Human Tornado” (Manusia Tornado) karena kecepatan tendangannya
tersebut.
Nama Yong Ho
Kim atau Casanova Wong menjadi sangat terkenal di tahun 1970-an setelah film
Warriors Two yang diperaninya sukses. Sejak itu, dia sering diajak bermain di
film-film Hong Kong yang kesemuanya adalah film bergenre eksyen-wu xia. Karir
filmnya di Hong Kong mulai menurun di pertengahan tahun 1980-an, sehingga Yong
Ho Kim kemudian merintis karir filmnya di Korea Selatan. Antara tahun 1991 –
1994, Yong Ho Kim sempat bermain di beberapa film Korea. Beberapa di antaranya
adalah Blues of Chongro dan Blood Mafia.
Saat ini, Yong Ho Kim
telah berusia 71 tahun dan masih aktif bekerja di dunia perfilman. Kini dia
menjadi produser film dan lebih banyak berada di belakang layar.
7. Di
bagian akhir film Warriors Two, Pendengar dapat melihat sebuah adegan di mana
Chen Hua melakukan tendangan melingkar ke arah Tuan Mo dengan melompat dari
jarak yang cukup jauh. Adegan itu tanpa rekayasa maupun menggunakan bantuan alat apapun. Untuk bisa menyempurnakan teknik tendangannya
seperti itu, Casanova Wong berlatih selama dua bulan penuh di sungai yang
membeku di Korea Selatan waktu musim dingin.
8. Dalam
film Warriors Two, tokoh Liang Can diperani oleh Liang Cia Ren. Banyak kritikus
mengagumi akting Liang Cia Ren di film ini, dan menyebutnya sangat pas memerani
karakter Liang Can tersebut. Menurut Mark Pollard di majalah Kung Fu Cinema,
akting Liang Cia Ren di film Warriors Two sangat pas dan sempurna. Dia
berakting sangat alami sebagai seorang guru yang bijaksana tanpa terlihat
berlebihan.
9. Jurus
Wing Chun yang ditampilkan Liang Cia Ren dalam film ini tampak sangat nyata,
sehingga banyak orang mengira kalau dia adalah ahli Wing Chun yang sebenarnya.
Padahal faktanya Liang Cia Ren sama sekali tidak punya kemampuan bela diri
sedikit pun. Adegan bela diri yang diperagakannya dalam film diperolehnya dari
mengikuti arahan Sutradara. Liang Cia
Ren memiliki daya tangkap yang sangat luar biasa, sehingga tidak butuh waktu
lama baginya untuk menguasai gerakan-gerakan tersebut.