Thursday, 9 February 2017

Edisi Khusus - WING CHUN (詠春)




Bagi sebagian besar orang, WING CHUN bukanlah istilah asing. 

Wing Chun adalah salah satu aliran bela diri China yang sangat populer belakangan ini.  Sejak film Ip Man (2008) yang diperani Donnie Yen dan disutradarai Wilson Yip sukses besar, banyak orang yang sangat tertarik untuk mempelajari ilmu bela diri ini. 

Wing Chun adalah salah satu Aliran Kungfu yang kini sangat terkenal di dunia. Sejak tahun 1970-an, Wing Chun sudah menjadi ilmu bela diri yang diminati banyak orang, terutama sejak Bruce Lee menjadi aktor Hong Kong yang sangat terkenal di dunia. Meski ilmu bela diri yang digunakan Bruce Lee adalah Jet-Kune Do, tetapi dasar dari jurus tersebut adalah Wing Chun. Hal ini yang membuat banyak orang penasaran untuk mendalami ilmu tersebut.

Wing Chun kembali diminati banyak orang setelah film Ip Man yang ditayangkan tahun 2008 sukses secara finansial. Jika melihat sejarahnya, WING CHUN adalah salah satu Aliran Kungfu yang sudah sangat tua. Menurut catatan sejarah, Wing Chun diciptakan oleh seorang Bhikunni (Biksu Perempuan dari Ajaran Buddha) yang tinggal di Shaolin. Nama Bhikkuni tersebut adalah Wu Mei. Pada masa Pemerintahan Dinasti Qing (sekitar tahun 1700), Raja Qing pernah memerintahkan Pengawalnya untuk menghancurkan Biara Shaolin. Akibatnya, para Biksu dan Bhikunni lari dan menyelamatkan diri dengan cara bersembunyi di dalam hutan.

Dalam persembunyiannya, Bhikunni Wu Mei menyaksikan seekor Bangau bertarung melawan ular. Melihat pertarungan itu, Bhikkuni Wu Mei terinspirasi untuk membuat sebuah gerakan Kung Fu yang mengadaptasi gerakan kedua binatang tersebut. Saat Jurus Kungfu baru itu rampung dibuatnya, Bhikkuni Wu Mei belum membuat nama untuk jurus itu.

Dia kemudian berkenalan dengan seorang wanita di sebuah desa dekat tempat pelariannya. Wanita itu bernama Yen Yung Chun (嚴詠 ) atau dalam dialek Kanton nama wanita itu disebut YIM WING CHUN.  Karena wanita itu sering membantu menyediakan makanan untuk Bhikkuni Wu Mei dan para bhiksu Shaolin yang bersembunyi di hutan, maka sebagai imbalannya, Bhikkuni Wu Mei menerima Wing Chun sebagai muridnya. Lalu Bhikkuni Wu Mei pun melatih Wing Chun ilmu baru yang dibuatnya.

Wing Chun adalah perempuan yang sangat cantik, dan pekerjaan sehari-harinya adalah menjual tahu di pasar. Karena paras cantiknya, banyak sekali pria yang menggodanya. Konon, ada seorang pria kaya-raya yang sangat ingin menikahinya. Karena Wing Chun tidak mau menikah dengan pria itu, maka sang pria memanggil beberapa orang bawahannya untuk membawa paksa Wing Chun dari pasar agar bisa dinikahi. Menurut legenda, sedikitnya 30 orang yang mendatangi Wing Chun untuk membawa paksa dirinya. Di luar dugaan, Wing Chun seorang diri berhasil mengalahkan semua kaki-tangan orang kaya tersebut. Sejak kejadian itu, nama Wing Chun menjadi terkenal dan banyak orang menaruh hormat padanya.

Wing Chun kemudian menikah dengan seorang pedagang garam bernama Liang Buok Chau dan mengajarinya jurus yang diterimanya dari Bhikkuni Wu Mei. Liang Buok Chau kemudian menamai jurus yang diajarkan istrinya itu sebagai “Yung Chun Chien” (Jurus Wing Chun) . Sejak itulah jurus tersebut dikenal dengan nama Wing Chun.

Pada dasarnya, Jurus Wing Chun berfokus pada gerakan bertahan sekaligus menyerang dengan gerakan semenimal mungkin namun menimbulkan efek yang besar bagi lawan. Dibandingkan aliran jurus Kung Fu Tiongkok yang lain, gerakan Wing Chun jauh lebih efisien karena sangat simpel dan sederhana.  Dalam melakukan serangan, Wing Chun tidak pernah menyerang secara frontal, namun menggunakan gerakan menyamping sehingga memiliki kekuatan lebih dibandingkan lawan yang menyerang secara frontal.

Menurut Grandmaster Steve Lee Swift – Grandmaster dari Wing Chun Kung Fu Academy - Filosofi ilmu Wing Chun adalah Menyerang sambil bertahan. Karena itu, Wing Chun sering menggunakan simbol Yin dan Yang, di mana Yin merupakan simbol dari gerakan bertahan, sedangkan Yang adalah simbol dari menyerang. Yin dan Yang merupakan satu kesatuan kekuatan yang saling melengkapi. Hal yang sama juga berlaku dalam mempelajari Jurus Wing Chun. Ketika Lawan melancarkan serangan, Pengguna Jurus Wing Chun akan menerima serangan itu dalam bentuk bertahan, lalu di waktu bersamaan, melancarkan serangan simultan ke arah lawan.

Secara umum dasar bela diri Wing Chun terdiri dari 6 Jurus. Tiga jurus pertama merupakan jurus tangan kosong. Jurus keempat adalah jurus menggunakan boneka kayu (木人 – Mu Ren Zhuang). Dan dua jurus terakhir menggunakan senjata.  Keenam jurus dasar ini merupakan jurus yang dikembangkan untuk membentuk keseimbangan, sensitivitas, dan kesadaran diri. Ada pun keenam jurus tersebut adalah : 

1.       Xiao Nien Dhou (小念) atau Ide Kecil – Jurus pertama ini merupakan fondasi atau dasar dari semua teknik Wing Chun, di mana orang dilatih untuk berdiri dengan cara yang benar, melakukan gerakan yang benar, serta latihan gerakan tangan dasar yang benar. 


2.       Xun Qiao () atau Membuat Jembatan– Adalah jurus kedua Wing Chun yang berfokus pada koordinasi gerakan tubuh. Filosofi jurus ini adalah melakukan gerakan seminimal mungkin untuk dapat menjatuhkan lawan. Dalam beberapa aliran Wing Chun, pada jurus ini juga diajarkan gerakan menyerang jarak dekat dengan menggunakan siku dan lutut. 

3.       Biao Ze () atau Serangan Jari - Jurus ini adalah jurus pukulan jarak sangat dekat. Selain gerakan tangan,Jurus Biao Ze juga diikuti dengan tendangan, serta gerakan memblokir serangan lawan menggunakan siku dan lengan atas. Bagi beberapa aliran Wing Chun, jurus ini adalah Jurus Mematikan karena titik penyerangannya diarahkan pada bagian-bagian vital lawan, seperti bagian leher. Jurus ini digunakan ketika seseorang sedang berada dalam posisi yang kurang menguntungkan, seperti tubuhnya terkunci lawan, maupun terdesak. 

4.       Mu Ren Zhuang (木人 ) atau Boneka Kayu – adalah jurus keempat yang biasa dilakukan seseorang dengan berlatih pada sebatang kayu dengan tiga batang kecil di depannya. Tujuan jurus ini adalah untuk memberikan arahan kepada orang yang berlatih agar memahami sudut dan gerakan kaki serta tangan, sekaligus mengembangkan kekuatan dari pinggang. 

5.       Liu Dian Ban Gun (六點半 ) atau Tongkat 6 Setengah Point – Jurus kelima ini adalah jurus Wing Chun menggunakan tongkat dengan panjang 2.5 – 3.6 meter. Jurus ini digunakan untuk  pertarungan menggunakan senjata. Jurus ini disebut “6.5 Point” karena jurus ini menggunakan 7 langkah gerakan, di mana langkah terakhir merupakan langkah menyerang, sehingga dihitung sebagai “Langkah setengah”.  Namun dalam kondisi pertarungan yang intens, 6 langkah pertama merupakan langkah menyerang, sedangkan langkah terakhir digunakan untuk mengubah arah serangan berikutnya.

Jurus ini merupakan jurus yang sangat efisien. Selain karena jumlah gerakannya tidak banyak, tongkat yang digunakan juga sengaja dibuat cukup panjang agar ada jarak antara kita dengan lawan, sehingga lawan tidak dapat mendekat dan kita pun punya banyak ruang untuk melakukan serangan. 
  
6.       Bak Zhan Dao (八斬) atau Pedang Delapan Sayatan – Sama seperti jurus kelima, Jurus Wing Chun ini menggunakan senjata berupa sepasang pedang untuk pertarungan menggunakan senjata. Berlawanan dengan Jurus Tongkat 6.5 Point yang digunakan untuk pertarungan jarak jauh, Jurus Pedang Delapan Sayatan digunakan untuk pertarungan jarak pendek. Pedang yang digunakan adalah sepasang pedang pendek sepanjang 80 sentimeter hingga 1 meter yang dikenal dengan istilah Pedang Kupu-kupu.

Sesuai namanya, gerakan jurus ini mengedepankan serangan agresif dengan menggunakan sepasang pedang. Ketika pedang yang satu diarahkan untuk menyerang, pedang satunya lagi digunakan untuk melindungi bagian tubuh yang terbuka. Disebut Pedang Delapan Sayatan, karena jurus ini menggunakan delapan gerakan menyayat, baik ke samping maupun ke depan.  

Selain keenam jurus tersebut, ada beberapa latihan rutin yang juga merupakan jurus dasar Wing Chun. Latihan rutin tersebut adalah :
1.       CHI SOU (). Secara harafiah, Chi Sou berarti “Menempelkan Tangan”. Istilah ini digunakan untuk menyebutkan latihan rutin yang berfungsi untuk meningkatkan reflek gerakan saat menyerang. Latihan ini biasanya melibatkan dua orang, di mana kedua orang tersebut saling menempelkan dan menggerakkan kedua tangan mereka secara berputar ke kiri dan ke kanan. Gerakan memutar kedua tangan ke kiri dan ke kanan tersebut dikenal dengan istilah Luk Sou ( ) atau “Memutar-mutarkan tangan”.

Dengan terus-menerus menggerakkan kedua tangan mereka secara berputar, kedua orang tersebut dapat melatih sensitivitas gerakan tubuh lawan, sehingga mereka bisa tahu ketika lawan mereka akan menyerang, atau sebaliknya, mereka dapat menemukan momentum yang tepat untuk menyerang lawan. 

2.       CHI JIAU ( ), artinya “Menempelkan Kaki”. Latihan ini merupakan latihan gerakan kaki yang berfungsi untuk menguatkan, sekaligus melatih kesigapan kaki.

Grand Master Wing Chun Ip Man
Di masa kini, Wing Chun telah berkembang cukup pesat menjadi beberapa cabang jurus atau aliran. Ada banyak sekali cabang Wing Chun. Beberapa yang terkenal adalah : Wing Chun cabang Ip Man,  Yiu Choi, Jiu Wan, Gu Lao, Pan Nam, Ruen Chi Shan, Yuen Chai Wan, Hung Fa Yi, dan lain-lain. 

Karena jurus-jurusnya yang sangat efisien, cepat, dan mudah dipelajari, Wing Chun kini telah menjadi salah satu dari 3 Aliran Bela Diri Paling Hebat di Wilayah Tiongkok Selatan. Dua aliran bela diri lain adalah Hung Cia (dipopulerkan oleh Huang Fei Hung) dan Cai Li Fo (dipopulerkan oleh Chen Heng - ).

Wednesday, 8 February 2017

Warriors Two (1978) - 贊先生與找錢華


Disiarkan : 10 Desember 2016


Bagi sebagian orang, Liang Can mungkin adalah nama yang sangat asing di telinga. Tapi jika Pendengar sempat berkunjung ke Fo Shan, salah satu kota yang terletak di Guangzhou, Tiongkok, maka Pendengar akan temukan kalau Liang Can adalah salah satu Pendekar Silat yang sangat dihormati di sana. Namanya sama terkenalnya dengan Huang Fei Hung dan Huang She Ying yang juga Pendekar Terkenal dari Fo Shan.

Liang Can adalah seorang dokter obat-obatan tradisional Tiongkok yang hidup di Fo Shan pada tahun 1826 – 1901. Banyak orang mengenalnya dengan sebutan 佛山贊先  (Fo Shan Can Sien Sheng – Tuan Can dari Fo Shan). Keluarga Liang Can dikenal sebagai keluarga dokter ramuan herbal yang menjalankan usaha mereka di Fei Ye Lu di Fo Shan. Liang Can merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Kedua kakaknya memutuskan untuk menjadi pengusaha. Hanya Liang Can yang menyukai dunia obat-obatan herbal, sehingga memutuskan untuk melanjutkan usaha ayahnya.

Di usia 20 tahun, Liang Can mulai mengenal bela diri Wing Chun setelah berkenalan dengan seorang pemain opera dari Kelompok Opera Cin Fa Wei Kung bernama Liang Er Ti. Liang Er Ti sendiri adalah seorang Maha Guru Wing Chun yang mendapatkan ilmu Wing Chun langsung dari Biksu Shaolin bernama 至善禪 (Ce San Chan She).

Setelah menguasai Wing Chun, Liang Can memilih untuk tidak terlalu unjuk kemampuan bela diri dan lebih fokus mengurusi klinik pengobatan Hang San Tung warisan orang tuanya. Meski demikian, ada saja orang yang menantang Liang Can untuk berduel karena mereka ingin mendapatkan pengakuan sebagai Pendekar Terhebat di Tiongkok. Liang Can tidak pernah meladeni orang yang menantangnya bertarung di klinik pengobatannya, karena selama beada di klinik, fokus Liang Can adalah mengobati pasien. Karena itu, jika ada pendekar yang menantangnya berduel, Liang Chan Dia selalu meminta tantangan tersebut ditulis dalam surat resmi dan dikirimkan kepadanya. Nantinya, Liang Can yang menentukan waktu serta tempat berduel. 

Berdasarkan catatan sejarah perkembangan Wing Chun yang ditulis oleh Keluarga Ip Man yang kini dilanjutkan oleh Anak Ip Man bernama Ip Ching, disebutkan kalau Liang Can menjadi Pemegang Abadi Gelar “Ying Chun Chien Wang” (Raja Jurus Wing Chun), karena dia telah mengalahkan lebih dari 300 orang Pendekar yang pernah mengajaknya berduel. Hingga Liang Can meninggal  di usia 75 tahun, tidak ada satu pun orang yang dapat mengalahkannya sehingga gelar itu tidak pernah lepas dari Liang Can hingga akhir hayatnya.

Di usia 73 tahun, Liang Can pensiun, lalu pindah ke Desa Khe Luo dan menghabiskan sisa hidupnya di desa tersebut melatih Wing Chun. Salah satu muridnya yang paling terkenal adalah Chen Hua Sun (陳華).

Chen Hua Sun hidup antara tahun 1836 – 1909. Dia dijuluki Cau Qien Hua (找錢) karena dia menjalankan bisnis tukar-menukar uang. Tokonya berada persis di sebelah klinik pengobatan Liang Can. Chen Hua Sun merupakan 1 dari 4 murid Liang Can yang mendapatkan pelatihan Wing Chun secara privat. Tiga murid Liang Can yang lain adalah 2 orang anaknya (Liang Chun dan Liang Bik) serta seorang Pendekar Bernama 木人.

Chen Hua Sun inilah yang kelak menjadi guru Yip Man. Sebelum menjadi Guru Yip Man, Chen Hua Sun bekerja sebagai instruktur Tentara Kerajaan Dinasti Qing. Selain itu, Chen Hua Sun juga pernah membuka klik pengobatan setelah sempat belajar teknik pengobatan herbal dari Liang Can. Setelah Liang Can meninggal, Chen Hua Sun pindah ke Foshan dan membuka perguruan Wing Chun di sana.

Chen Hua Sun berusia 70 tahun ketika menerima Yip Man sebagai murid terakhirnya. Yip Man – yang waktu itu berusia 7 tahun - sempat dilatih secara intensif oleh Chen Hua Sun selama tiga tahun, sebelum Chen Hua Sun menghembuskan nafas terakhirnya. Setelah Chen Huan Sun meninggal, murid terbaik Chen Hua Sun bernama Wu Chung Sok (仲素 ) melanjutkan tugas gurunya melatih Yip Man. Yip Man menyelesaikan pelajaran Wing Chun ketika dia berusia 16 tahun.

Kisah hidup Liang Can telah 2 kali diadaptasi ke layar lebar dan 1 kali ke serial televisi. Film layar lebar yang mengadaptasi kisah hidup Liang Can adalah Warriors Two (1978) dan The Prodigal Son (1981). Sedangkan serial televisinya adalah Real Kungfu (2005) yang diperani Yuen Biao, Yuen Wa, Liang Cia Ren, Jack Wu, dan Timmy Hung (anak Sammo Hung).

Kisah hidup Liang Can yang akan YANG GUO bahas hari ini adalah kisah yang diangkat di film Warriors Two yang merupakan film adaptasi pertama kisah hidup Liang Can. Film ini merupakan film fiksi yang menceritakan awal mula pertemuan Liang Can dengan Chen Hua Sun yang kelak akan menjadi muridnya.


KISAH SANG PENDEKAR
Film Warriors Two adalah film produksi Shaw Brothers. Ditayangkan pertama kali di Hong Kong pada tanggal 28 Desember 1978, film ini menjadi salah satu film terlaris di masa itu. Banyak kritikus film yang memuji film ini sebagai salah satu Film Silat Hong Kong Terbaik yang menampilkan jurus Wing Chun paling otentik, baik dari gerakan bela dirinya maupun penjelasan tentang jurus-jurus yang digunakan.

Film ini diperani oleh Liang Cia Ren, Sammo Hung, Casanova Wong (卡薩伐 - Kha Sa Fa), dan Dean Shek (Sek Thien). Dalam film ini, selain menjadi pemeran utama, Sammo Hung juga bertindak sebagai penulis skenario, sutradara, sekaligus koreografer perkelahian.

Judul Mandarin film ini adalah 贊先生與找錢華 (Can Shien Seng Yi Zao Chien Hua) yang berarti Tuan Can dan Si Kasir Hua.

Dikisahkan bahwa Liang Can atau Tuan Can adalah seorang Ahli Bela Diri Wing Chun yang membuka Perguruan Bela Diri Wing Chun di desanya. Di desa tersebut, tinggal pula seorang pria bernama  Chen Hua atau berjuluk Si Kasir Hua.Chen Hua mendapat julukan demikian karena dia bekerja mengurusi uang di sebuah Bank terbesar di Fo Shan, yaitu Bank Mo Huei. Meski demikian, Chen Hua adalah pria yang suka ilmu bela diri. Hal ini dilakukannya agar bisa membela rakyat lemah dari penindasan orang yang lebih kuat.

Satu ketika, pemilik Bank Mo Huei bernama Tuan Mo berencana untuk menjadi Kepala Desa di desa tersebut. Tujuannya tidak lain karena dia ingin menjadikan desa tersebut sebagai basis tempat berkumpul para penyamun. Semua harta rampokan dikumpulkan di desa itu, yang nantinya akan digunakan untuk memperluas kekuasaannya di semua wilayah Fo Shan.

Namun rencana Tuan Mo untuk mencalonkan diri sebagai Kepala Desa mendapat hambatan dari Kepala Desa yang sekarang karena dia tahu niat jahat Tuan Mo tersebut. Agar langkahnya dapat berjalan mulus, maka Tuan Mo mengatur rencana untuk membunuh Kepala Desa saat dia sedang bertugas ke luar kota.

Tanpa sengaja, Chen Hua mendengar rencana itu ketika dia sedang ke rumah Atasannya tersebut karena ada keperluan urusan bank. Mengetahui rencana buruk Atasannya, Liang Can buru-buru ke rumah Kepala Desa untuk melaporkan Tuan Mo.

Di depan rumah Kepala Desa, Chen Hua berpapasan dengan Sekretaris Desa bernama Tuan Yao. Karena sudah larut malam, Tuan Yao mengusir Chen Hua dari rumah Kepala Desa. Chen Hua terus memaksa ingin bertemu Kepala Desa dan mengatakan kalau dia mendapat informasi Kepala Desa akan dibunuh oleh Tuan Mo. Mendengar hal itu, Tuan Yao meminta Chen Hua menunggunya di perbatasan kota besok. Nanti Tuan Yao akan membawa Kepala Desa menemui Chen Hua di sana.

Keesokan harinya, Chen Hua menunggu Kepala Desa di perbatasan. Rupanya Tuan Yao telah berkomplot dengan Tuan Mo untuk menggulingkan Kepala Desa. Maka waktu itu dia datang bersama para Pengawal Terkuat Tuan Mo untuk menghabisi Chen Hua. Maka terjadilah pertarungan tidak seimbang antara Chen Hua dan para Pengawal Tuan Mo.

Dalam pertarungan itu, Chen Hua terluka parah. Beruntung dia berhasil melarikan diri. Di tengah jalan, dia berpapasan dengan Si Gendut, salah seorang murid Liang Can. Si Gendut segera menolong Chen Hua dan membawanya ke padepokan gurunya. Si Gendut kemudian menceritakan kejadian yang dialami Chen Hua pada Gurunya.  Mengetahui Liang Can menjadi incaran orang-orang Tuan Mo, maka demi keselamatannya, Liang Can menyembunyikan Chen Hua di padepokannya.

Keesokan harinya, setelah Chen Hua sadar, dia meminta Si Gendut memberitahu ibunya kalau kondisinya baik-baik saja. Dia pun meminta Si Gendut untuk memberitahu Kepala Desa kalau dirinya dalam bahaya. Si Gendut pun segera pergi ke rumah Chen Hua. Namun dia kemudian melihat kalau Ibu Chen Hua tewas dibunuh oleh Pengawal Tuan Mo. Saat dia berusaha memberitahu Kepala Desa tentang bahaya yang akan menimpanya, Kepala Desa justru tidak percaya.

Saat Kepala Desa berdinas ke luar desa, dia dihadang oleh para pengawal Tuan Mo. Tanpa banyak bicara, mereka pun langsung menghabisi Kepala Desa.

Setelah Kepala Desa tiada, Tuan Yao mengumpulkan masyarakat desa dan mengumumkan kalau Kepala Desa menghilang. Agar administrasi desa tetap bisa berjalan dengan baik, maka dia mengajukan Tuan Mo sebagai Kepala Desa Pengganti. Awalnya para penduduk keberatan. Namun mereka akhirnya menerima dengan berat hati.

Sementara itu, ketika Chen Hua mengetahui kalau ibunya tewas dibunuh para pengawal Tuan Mo, dia kemudian menghadap Liang Can dan memintanya agar Liang Can mau menjadi gurunya. Tapi Liang Can menolak. Dia tidak mau Jurus Wing Chun dipakai untuk melakukan tindakan balas dendam. Dengan berbagai cara, Chen Hua terus memohon Liang Can mengajarinya jurus Wing Chun, tetapi Liang Can tetap pada pendiriannya.

Si Gendut kemudian membantu Chen Hua dan berpura-pura menerima Chen Hua sebagai muridnya. Hal ini tentu saja membuat Liang Can marah, karena muridnya bisa mengangkat murid lain tanpa seizinnya. Tapi setelah mengetahui kalau itu hanya akal-akalan Si Gendut agar Chen Hua diterima sebagai murid, akhirnya Liang Can pun menerima Chen Hua sebagai muridnya.

Liang Can kemudian menurunkan semua jurus Wing Chun kepada Chen Hua. Dan dalam waktu cukup singkat, Chen Hua berhasil menguasai ilmu Wing Chun dengan sangat baik.

Sementara itu, keberadaan Chen Hua akhirnya terendus juga oleh Tuan Yao. Dia mengetahui kalau Liang Can menyembunyikan Chen Hua di padepokannya. Tuan Yao segera melaporkan hal itu pada Tuan Mo.

Mengetahui hal itu, Tuan Mo pun mendatangi Liang Can dan memintanya untuk menyerahkan Chen Hua. Namun Liang Can menolak dan mengatakan Chen Hua adalah pasiennya. Dia baru akan melepaskan Chen Hua setelah dia sembuh.

Mendengar hal itu, Tuan Mo pun marah. Lalu dia pun siasat untuk membunuh Liang Can.

Suatu hari, ketika Liang Can sedang sarapan di restoran langganannya, seorang pengemis datang meminta-minta pada Liang Can. Ketika Liang Can memberikan uang padanya, Pengemis itu segera menusukkan pisau ke punggung Liang Can. Liang Can tentu kaget dengan serangan mendadak itu. Belum lagi dia bersiap, tiba-tiba Liang Can sudah dikeroyok oleh para pengikut Tuan Mo.

Dalam aksi pengeroyokan tersebut Liang Can akhirnya meninggal.

Para pengawal Tuan Mo lalu memasuki padepokan Wing Chun dengan membawa jenazah Liang Can. Mereka meminta para murid Padepokan untuk menyerahkan Chen Hua. Namun karena para murid Padepokan Wing Chun menolak, maka para pengawal Tuan Mo pun segera menghabisi mereka semua. Dari semua murid, hanya Si Gendut, Chen Hua, dan keponakan Liang Can bernama Cin Fung yang berhasil selamat.

Dengan hancurnya Padepokan Wing Chun, maka tidak ada lagi yang bisa menghalangi Tuan Mo. Dia pun mendeklarasikan dirinya sebagai Kepala Desa yang baru dan semua penduduk harus tunduk padanya. Kabar ini terdengar oleh Si Gendut, Chen Hua, dan Cin Fung. Mereka pun segera menyadari rencana jahat yang dibuat Tuan Mo. Untuk itu, mereka mengatur rencana untuk membongkar kejahatan Tuan Mo.

Namun untuk bisa mendekati Tuan Mo tidak mudah, karena dia dikelilingi oleh para pengawalnya yang sangat ahli bela diri. Dari kesemuanya, ada 3 Pengawal yang paling kuat :
1.       Si Harimau Bertombak Perak.
2.       Raja Tendangan Gledek
3.       Pendekar Bertubuh Besi
Karena itu, mereka harus mengalahkan ketiga pengawal tersebut terlebih dahulu sebelum bisa mendekati Tuan Mo.

Mereka bertiga kemudian mempelajari kelemahan ketiga lawan mereka, dan menemukan cara untuk mengalahkan ketiganya :
1.       Cin Fung yang ahli senjata akan menggunakan Jurus Pedang Empat Sayatan Wing Chun untuk menghadapi Si Harimau Bertombak Perak.
2.       Si Gendut yang mahir pertarungan jarak pendek, akan menggunakan Jurus Wing Chun Serangan Jari untuk menghadapi Raja Tendangan Gledek.
3.       Dan Chen Hua akan menggunakan Jurus Tongkat 6.5 Point untuk menghadapi kekebalan tubuh Pendekar Bertubuh Besi.
Setelah disepakati, ketiganya pun berpencar dan mengintai masing-masing lawan mereka. Namun saat ketiganya menghadang lawan mereka di tempat terpisah, Si Gendut melakukan kesalahan dengan menghadang Si Harimau Bertombak Perak. Karena Si Harimau Bertombak Perak menggunakan senjata tombak, maka dia melakukan pertarungan jarak jauh, sehingga sulit didekati Si Gendut.

Saat terdesak, Si Gendut menjebak Harimau dengan mengajaknya bertarung di tengah hutan bambu yang gelap. Di hutan bambu itulah Harimau Bertombak Perak mengalami kesulitan karena dia tidak leluasa bergerak. Gerakannya terhalang pohon bambu. Selain itu, keadaan hutan yang gelap menyulitkannya untuk melihat lawan.

Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh Si Gendut yang kemudian menggunakan jurus-jurus Wing Chun-nya untuk mengalahkan Si Harimau Bertombak Perak.

Di lain tempat, Cin Fung terpaksa harus bertarung dengan Raja Tendangan Geledek. Namun kemampuan Cin Fung masih sangat di bawah Raja Tendangan Geledek, sehingga dengan mudah dia dikalahkan. Saat Cin Fung terdesar, Chen Hua datang menolong. Dalam pertarungannya dengan Raja Tendangan Geledek, Chen Hua berhasil mengalahkan Raja Tendangan Geledek hingga akhirnya meninggal.

Saat menghadapi Pendekar Bertubuh Besi, Chen Hua mengalami kesulitan karena Pendekar tersebut memiliki tubuh bagaikan besi yang tidak bisa tertembus senjata maupun pukulan. Setelah sempat frustrasi karena tidak mampu melukai Pendekar Bertubuh Besi, Chen Hua kemudian teringat ajaran Gurunya, Liang Can, yang pernah mengajari tentang titik-titik berbahaya pada tubuh manusia. Titik-titik itulah yang kemudian diserang oleh Chen Hua. Ternyata pukulan-pukulan Chen Hua tersebut berhasil melukai Pendekar Bertubuh Besi.

Setelah Chen Hua berhasil menyarangkan beberapa pukulan ke tubuh kebal Pendekar Bertangan  Besi, Pendekar tersebut masih bisa melawan dan membalas serangan Chen Hua. Meski demikian, pada akhirnya Chen Hua berhasil menaklukkan Pendekar Bertubuh Besi.

Sementara itu, muncullah 2 Pasang Pendekar berjuluk Sepasang Singa Berpedang Maut. Mereka ternyata adalah Tangan Kanan langsung dari Tuan Mo dan merupakan pasangan pengawal paling berbahaya yang dimiliki oleh Tuan Mo.

Saat melihat rekan mereka Raja Tendangan Geledek telah tiada, mereka berang dan langsung bertarung dengan Cin Fung. Lagi-lagi Cin Fung kalah kekuatan dengan Pasangan Pengawal itu, sehingga dia menjadi bulan-bulanan. Untungnya, Si Gendut datang ke tempat itu dan segera menyelamatkan Cin Fung. Pertarungan pun terjadi antara Si Gendut dan Pasangan Singa Berpedang Maut.

Awalnya, Si Gendut sempat kewalahan karena dia tidak menguasai perkelahian dengan senjata, sehingga tidak mampu mengimbangi permainan pedang Pasangan Pengawal tersebut. Namun setelah mempelajari gerakan-gerakan pedang lawannya, Si Gendut berhasil mengimbangi jurus-jurus mereka, sehingga pada akhirnya Si Gendut berhasil mengalahkan kedua Pengawal Tuan Mo tersebut.

Tuan Mo akhirnya muncul. Tapi di luar dugaan, Tuan Mo yang tadinya tampak seperti orang tua yang tidak berdaya, ternyata hanyalah kedok. Karena dia adalah seorang jawara bela diri yang memiliki ilmu luar biasa. Dia mengeluarkan Jurus Belalang Penyembah untuk menghadapi Jurus Wing Chun Chen Hua. Jurus Belalang Penyembah yang dimiliki Tuan Mo sangat sadis dan berbahaya. Jurus itu mampu mendesak Chen Hua hingga nyaris tidak berdaya.

Melihat Chen Hua yang kewalahan, Si Gendut berusaha membantu. Tetapi dia pun tidak berkutik menghadapi Jurus Tuan Mo tersebut. Meski demikian, di akhir cerita, dengan kerja sama yang sangat baik antara Chen Hua dan Si Gendut, akhirnya mereka berhasil mengalahkan Tuan Mo.

Kisah Warriors Two memberikan satu pesan moral pada kita, bahwa ketika ada orang yang membutuhkan bantuan kita, bantulah dengan sepenuh hati. Seringkali kita melihat, ada banyak orang yang mau menolong orang lain karena ada maunya, sehingga bantuan yang diberikan tidak tulus. Dalam film ini digambarkan kalau Liang Can menolong Chen Hua dengan sepenuh hati, tanpa mengharapkan imbalan apapun.

Film ini pun mengajarkan kita tentang makna Integritas.  

Integritas adalah karakter seseorang di mana dia memegang teguh kebenaran dan menjalankan hal ini dalam kehidupannya. Sebenarnya saat mengetahui Tuan Mo sedang mencari Chen Hua, Liang Can bisa saja menyerahkan Chen Hua pada Tuan Mo agar dia bisa mendapatkan kedudukan ketika Tuan Mo berkuasa. Tetapi Liang Can tidak melakukan hal itu, karena dia punya integritas. Dia tahu mana yang benar dan salah. Karena tindakan Tuan Mo salah, maka Liang Can tidak mendukung Tuan Mo.

Liang Can mendedikasikan dirinya untuk menyembuhkan Chen Hua. Bahkan setelah Chen Hua sembuh pun, Liang Can masih meluangkan waktu untuk melatih Chen Hua jurus-jurus Wing Chun. Tidak hanya itu, dia pun melindungi Chen Hua dari incaran Tuan Mo.

Apa yang dilakukan Liang Can merupakan wujud sebuah integritas, di mana Liang Can menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan mempertahankan kebenaran itu, meski nyawa menjadi taruhannya.


FAKTA SANG PENDEKAR
1.       Saat dirilis tahun 1978, film Warriors Two menjadi film yang sangat sukses di masa itu. Alasan kesuksesan film ini tidak lain karena jurus-jurus Wing Chun yang ditampilkan dalam film ini sangat otentik dan merupakan jurus orisinil Wing Chun di masa awal.  Selain itu, dalam film ini juga ditampilkan penjelasan detil tentang aplikasi teknik Wing Chun yang memungkinkan para penonton dapat memahami dengan detil filosofi jurus-jurus Wing Chun.

2.       Ketika film Warriors Two dirilis, banyak orang terkecoh dan mengira film ini adalah sekuel dari sebuah film. Padahal film ini bukanlah sekuel dari film mana pun. Judul Warriors Two yang digunakan film ini sebenarnya merujuk pada 2 Pahlawan yang menjadi sentral cerita film, yaitu Liang Can dan Chen Hua.

3.       Kesuksesan film Warriors Two mendorong Sammo Hung untuk mengulang sukses ini kembali. Tiga tahun kemudian, Sammo Hung kembali menulis skenario dan menyutradarai film bertema Wing Chun berjudul The Prodigal Son (敗家 -Bai Jia Ze). Film tersebut dirilis pertama kali di Hong Kong tanggal 22 Desember 1981. Untuk film ini, Sammo Hung memilih adik seperguruannya, Yuen Biao, sebagai pemeran utama. 

4.       Film The Prodigal Son bercerita tentang masa muda Liang Can dan bagaimana dia dapat menjadi Grand Master Wing Chun. Film ini tidak saja sukses secara finansial, tetapi juga mendapatkan Penghargaan Golden Horse Award (penghargaan tertinggi insan perfilman Hong Kong) untuk kategori Best Action Choreography.

5.       Pada tahun 2012, Majalah Time Out menempatkan film The Prodigal Son di urutan ke-54 dalam daftar Top 100 Hong Kong Films (100 Film Terbaik Hong Kong Sepanjang Masa).

6.       Pemeran Chen Hua adalah aktor bernama Casanova Wong atau dikenal dengan nama panggung Ka Sa Fa (卡薩 ) . Aktor ini sebenarnya adalah aktor Korea dengan nama asli Yong Ho Kim. Di masa mudanya, pada tahun 1960 – 1970an, Yong Ho Kim adalah atlet Tae-Kwondo ternama di Korea Selatan. Dia dikenal karena kecepatan dan kekuatan tendangan berputarnya, sehingga dia dijuluki “The Human Tornado” (Manusia Tornado) karena kecepatan tendangannya tersebut.

Nama Yong Ho Kim atau Casanova Wong menjadi sangat terkenal di tahun 1970-an setelah film Warriors Two yang diperaninya sukses. Sejak itu, dia sering diajak bermain di film-film Hong Kong yang kesemuanya adalah film bergenre eksyen-wu xia. Karir filmnya di Hong Kong mulai menurun di pertengahan tahun 1980-an, sehingga Yong Ho Kim kemudian merintis karir filmnya di Korea Selatan. Antara tahun 1991 – 1994, Yong Ho Kim sempat bermain di beberapa film Korea. Beberapa di antaranya adalah Blues of Chongro dan Blood Mafia.

Saat ini, Yong Ho Kim telah berusia 71 tahun dan masih aktif bekerja di dunia perfilman. Kini dia menjadi produser film dan lebih banyak berada di belakang layar.

7.       Di bagian akhir film Warriors Two, Pendengar dapat melihat sebuah adegan di mana Chen Hua melakukan tendangan melingkar ke arah Tuan Mo dengan melompat dari jarak yang cukup jauh. Adegan itu tanpa rekayasa maupun menggunakan  bantuan alat apapun.  Untuk bisa menyempurnakan teknik tendangannya seperti itu, Casanova Wong berlatih selama dua bulan penuh di sungai yang membeku di Korea Selatan waktu musim dingin.

8.       Dalam film Warriors Two, tokoh Liang Can diperani oleh Liang Cia Ren. Banyak kritikus mengagumi akting Liang Cia Ren di film ini, dan menyebutnya sangat pas memerani karakter Liang Can tersebut. Menurut Mark Pollard di majalah Kung Fu Cinema, akting Liang Cia Ren di film Warriors Two sangat pas dan sempurna. Dia berakting sangat alami sebagai seorang guru yang bijaksana tanpa terlihat berlebihan.

9.       Jurus Wing Chun yang ditampilkan Liang Cia Ren dalam film ini tampak sangat nyata, sehingga banyak orang mengira kalau dia adalah ahli Wing Chun yang sebenarnya. Padahal faktanya Liang Cia Ren sama sekali tidak punya kemampuan bela diri sedikit pun. Adegan bela diri yang diperagakannya dalam film diperolehnya dari mengikuti arahan Sutradara.  Liang Cia Ren memiliki daya tangkap yang sangat luar biasa, sehingga tidak butuh waktu lama baginya untuk menguasai gerakan-gerakan tersebut.