Disiarkan : 19 November 2016
Huang Fei Hong atau Master Wong adalah seorang pendekar Tiongkok yang
namanya sudah terkenal dan melegenda. Dia lahir tanggal 9 Juli 1847 di Kota
Foshan, Guangzhou, Tiongkok. Keluarga Wong Fei Hung sudah dikenal sebagai
Keluarga ahli bela diri.
Ayahnya, Huang Qi Ying, adalah ahli bela diri yang juga seorang tabib
terkenal di kota Foshan. Karena kemampuan bela dirinya yang luar biasa, Huang
Qi Ying disebut sebagai salah satu dari 10 Harimau Guang Tung (廣東十虎 ) , yaitu 10 Pendekar Terbaik dari
Guang Dong.
Sedangkan Kakek Huang Fei Hung bernama Huang Tai (黃泰
), adalah seorang Pendekar terkenal dari abad 17 yang mendapat pelatihan
langsung dari salah seorang pendekar Shaolin aliran Hung Cia (洪家拳
) bernama Luk A Chai.
Di usianya yang baru 5 tahun, ayah Huang Fei Hong sudah mengajari
anaknya jurus-jurus bela diri Hung Cia. Karena profesinya sebagai seorang tabib,
Huang Qi Ying sering melakukan perjalanan dari Foshan ke Guangzhou untuk
mencari obat-obatan herbal untuk keperluan klinik mereka. Saat melakukan
perjalanan , Huang Qi Ying selalu membawa Huang Fei Hong. Karena sering berpergian
dengan ayahnya mencari obat itulah, maka Huang Fei Hong kemudian belajar banyak
hal tentang obat-obatan herbal Tiongkok.
Kemampuan bela diri Huang Fei Hong berkembang sangat pesat saat dia
berusia 13 tahun. Di masa itu, Huang Fei Hong banyak berkenalan dengan para
pendekar tersohor yang mengajarinya banyak ilmu yang kelak membuat Huang Fei
Hong menjadi Pendekar Legendaris.
Pendekar pertama yang dikenal Huang Fei Hung adalah Lim Fuk Cheng (林福成 ) yang mengajarinya Ilmu Tali Selempang Besi . Lim Fuk
Cheng adalah murid dari Liang Kun (梁坤 ),
salah seorang Pendekar Terbaik Guang Dong dalam daftar 10 Harimau Guang Dong. Huang
Fei Hung kemudian mengombinasikan Imu Tali Selempang Besi dengan jurus Hung Cia
yang telah dikuasainya, sehingga jurus yang diciptakannya menjadi jurus luar
biasa hebat dan kuat.
Huang Fei Hong kemudian berkenalan dengan seorang Pendekar Hung Cia
yang sangat terkenal dari Guang Zhou bernama Sung Hui Tang (宋輝鏜
). Pendekar ini kemudian mengajarinya Jurus Legendaris yang kelak menjadi Jurus
Andalan ciri khas Huang Fei Hong, yaitu Jurus Tendangan Tanpa Bayangan (Wu Ying
Ciau).
Kalau biasanya Pendekar yang sudah menguasai banyak ilmu akan menantang
pendekar lain untuk menjajal ilmu, maka hal itu tidak berlaku pada Huang Fei
Hung. Setelah menguasai ilmu-ilmu tersebut, Huang Fei Hung justru tidak pernah
bertarung dan selalu menolak tantangan berduel dari siapapun.
Huang Fei Hung lebih fokus belajar ilmu pengobatan tradisional karena
dia ingin ilmu yang dikuasainya dapat menolong banyak orang.
Pada tahun 1863, dengan tujuan mendorong masyarakat agar lebih sehat
dan rajin berolah raga, di usia 16 tahun, Huang Fei Hong mendirikan Sekolah
Bela Diri bernama Shui Jiao (水腳
) di Kota Xi Guan, Guangzhou. Sekolahnya ternyata sangat diminati orang
karena mereka sudah mendengar reputasi Huang Fei Hung yang punya kemampuan bela
diri
Selain melatih bela diri agar masyarakat perduli kesehatan dan rajin
berolah raga, Huang Fei Hung juga mempersiapkan penerusnya, dengan mengangkat
beberapa orang sebagai Muridnya. Dari semua murid yang pernah Fei Hung didik
langsung, ada 4 orang murid yang kelak menjadi murid tersohor yang mengharumkan nama Huang Fei Hung serta
perguruan Shui Jiao : Lin Shi Rong, Liang Khuan, Deng Fang, dan Ling Yun Jie.
Dari keempat murid Huang Fei Hung tersebut, Lin Shi Rong adalah murid
yang kelak menjadi penerus perguruan Huang Fei Huang dan memperluas jaringan
perguruan tersebut hingga ke mancanegara.
Tiga tahun kemudian, tahun 1866, Huang Fei Hong bersama ayahnya membuka
Klinik Pengobatan bernama Pao Ce Lim (寶芝林
) di daerah Ren An (仁安 ), Distrik Yue Xiu,
Guangzhou.
Ketika Jepang menjajah Taiwan (Mei – Oktober 1895), Huang Fei Hong
bergabung dengan Tentara Bendera Hitam (Hei Ji Cin) untuk menjadi Instruktur
Bela Diri, sekaligus dokter yang merawat anggota tentara yang terluka. Dia pun terjun langsung ke medan perang
melawan tentara Jepang.
Tindakan Huang Fei Hung yang melawan tentara Jepang dinilai banyak
orang – terutama masyarakat Taiwan - sebagai tindakan mulia karena dia turun
tangan membela yang lemah. Karena
itulah, nama Huang Fei Hung menjadi sangat terkenal di masyarakat Taiwan.
Hal lain yang menjadikan nama Huang Fei Hong semakin tersohor adalah kebaikan
hatinya yang sering mengobati pasien tanpa memungut bayaran.
Antara tahun 1900 - 1912, ketika Dinasti Qing runtuh dan Tiongkok
sedang bertransformasi, berubah dari Negara Kerajaan menjadi Negara Republik,
Negara Tiongkok sedang dalam keadaan yang sangat kacau. Beberapa kelompok
melakukan perlawanan terhadap Pemerintah, sehingga terjadilah beberapa
pemberontakan terkenal di masa itu seperti Pemberontakan Boxer (義和團運動 – Yi He Chuan Ying Tong , 1901) dan
Pemberontakan Wu Chang (武昌起義 – Wu Chang
Chi Yi).
Di masa itu, banyak orang yang memanfaatkan kondisi rusuh untuk
melakukan perampokan terhadap penduduk
miskin. Pada waktu itu, Huang Fei Hong
dan murid-muridnya sering turun ke jalan dan bepatroli untuk melindungi para
penduduk dari ancaman perampok. Tindakan Huang Fei Hong ini kemudian membuat
namanya terkenal sebagai Pembela Rakyat Kecil.
Satu hal yang menarik dari legenda kisah hidup Huang Fei Hong adalah
meski pun saat itu dia dikenal sebagai Pendekar Nomer Satu di Guang Dong,
tetapi Fei Hong tidak pernah menerima tantangan duel dari para pendekar mana
pun.
Konon, dari cerita mulut-ke-mulut, seorang pendekar ternama dari
Tianjin bernama Huo Yuan Jia pernah menantang Huang Fei Hong berduel. Tetapi
Huang Fei Hong tidak pernah menanggapi ajakan duel tersebut.
Uniknya, pada tahun 1919, ketika Padepokan Bela Diri Jing Wu milik Huo
Yuan Jia dibuka di Guang Zhou, Huang Fei Hung mendapat undangan untuk
menghadiri acara pembukaan Padepokan Jing Wu. Di acara tersebut, Huang Fei Hung
hadir dan menampilkan atraksi bela diri. Meski hadir di pembukaan Padepokan
Kungfu Jing Wu, Sejarah mencatat Huang Fei Hung tidak berduel dengan Huo Yuan
Jia waktu itu, karena Huo Yuan Jia sendiri sudah meninggal pada tahun 1910.
Huang Fei Hung meninggal dunia pada tanggal 25 Maret 1924, di usia 76
tahun karena sakit.
Ada satu legenda menarik yang sempat menjadi pembicaraan masyarakat. Legenda
itu mengisahkan bahwa di masa mudanya, Huang Fei Hung pernah dilatih oleh
seorang Pendekar Legendaris yang juga salah satu dari 10 Harimau Guang Dong. Pendekar
itu adalah Su Chi Er, atau Su Chan, yang juga dikenal masyarakat dengan sebutan
Si Gembel Su Chan.
Siapakah Si Gembel Su Chan?
Tidak banyak literatur yang mengulas sosok unik ini. Tetapi dari
informasi yang YANG GUO dapatkan, Su Chi
Er merupakan seorang Pendekar Aliran Hung Cia yang mengembangkan teknik Jurus
Mabuk (醉拳 ), salah satu jurus tertua di dunia
persilatan. Su Chi Er adalah seorang pria ahli bela diri yang terlahir dari
keluarga kaya-raya. Tapi kemudian dia
jatuh miskin, sehingga hidup luntang-lantung seperti gembel / pengemis. Dalam menjalani
hidupnya tersebut, Su Chi Er kemudian memperdalam ilmu agama dan bela diri.
Selain memperdalam ilmu Hung Cia, Su Chi Er pun mengembangkan banyak ilmu ,
termasuk Jurus Mabuk.
Legenda persahabatan Huang Fei Hong dan Su Chi Er yang pernah
diadaptasi ke dalam sebuah film layar lebar berjudul DRUNKEN MASTER.
KISAH
SANG PENDEKAR
DRUNKEN MASTER adalah film yang disutradarai Yuen Ho Ping dan diperani
oleh Jackie Chan (Huang Fei Hung) dan Yuen Siau Thien (袁小田 , sebagai Pendekar Pengemis Su Chi Er). Film tersebut
dirilis tahun 1978 dan merupakan film kedua Jackie Chan. Film pertamanya adalah Snake in the Eagle’s Shadow yang
dirilis tahun 1978. Kedua film terseut merupakan film Jackie Chan yang sangat
sukses di masa itu.
Film bergenre action-komedi ini mengisahkan masa muda Huang Fei Hung,
di mana sosok Huang Fei Hung yang digambarkan di film ini sangat jauh berbeda
dengan sosok Huang Fei Hung yang dikenal banyak orang, baik lewat literatur
maupun film-film karakter Huang Fei Hung yang sudah ada. Jika biasanya tokoh Hung Fei Hung adalah
sosok yang arif-bijaksana, sehingga sangat dihormati banyak orang, maka di film
ini, Huang Fei Hung digambarkan sebagai sosok yang berperilaku sangat berbeda.
Huang Fei Hung dikisahkan adalah seorang remaja yang di jahil, urakan,
dan tidak pernah serius. Saat sedang berlatih di Padepokan Kungfu keluarganya,
Huang Fei Hung bukannya berlatih serius tetapi malah menjahili Instruktur yang
melatihnya.
Tidak hanya mengganggu Instrukturnya, usai latihan, Huang Fei Hung juga
menggoda seorang gadis cantik yang dijumpainya di pasar.
Saat menggoda gadis itu, Huang Fei Hung kena batunya, karena ternyata
sang gadis ditemani Ibunya yang jago bela diri. Karena kalah bertarung melawan Ibu
sang Gadis, Huang Fei Hung pun kabur.
Saat pulang ke rumah, Huang Fei Hung berjumpa dengan seorang pedagang
yang dipukuli oleh seorang pemuda kaya. Pemuda Kaya itu dengan semena-mena mengambili
barang dagangan milik sang pedagang tanpa mau bayar. HuangFei Hung meminta pemuda itu membayar.
Tetapi pemuda itu menolak membayar. Karena itu Huang Fei Hung kemudian menghajar
pemuda itu.
Setelah puas menghajar sang pemuda, Fei Hung pun pulang ke rumahnya.
Ternyata di rumahnya ada tamu yang tidak lain sang gadis dan ibunya yang
menghajar Huang Fei Hung di pasar tadi. Ternyata Ibu sang gadis itu adalah adik
ayah Huang Fei Hung.
Mengetahui anaknya menggoda keponakannya sendiri, Ayah Huang Fei Hung –
Huang Qi Ying - menghajar anaknya.
Meski sudah dihajar ayahnya, penderitaan Huang Fei Hung belum berakhir
karena tidak lama, datanglah tamu lain – yaitu orang tua pemuda yang dipukuli
Huang Fei Hung –dan dia datang untuk menuntut pertanggungjawaban Huang Qi Ying.
Atas tindakan Huang Fei Hung tersebut, ayah pemuda itu menginginkan Huang
Fei Hung dipukuli hingga babak belur seperti anaknya. Karena itu dia menyuruh
bawahannya untuk menghajar Huang Fei Hung.
Dalam pertarungan itu, Huang Fei Hung berhasil mengalahkan orang
tersebut. Meski menang, Huang Fei Hung tidak serta-merta bebas dari hukuman
ayahnya. Dia dihukum berdiri dengan
posisi kuda-kuda seharian. Namun Huang
Fei Hung melakukan kecurangan dengan meminta bantuan temannya meletakkan kursi
sehingga dia tidak perlu berdiri seharian.
Huang Qi Ying tahu kecurangan Huang Fei Hung, sehingga menghukumnya
lebih berat lagi.
Lelah dihukum ayahnya seharian,malam harinya Huang Fei Hung menyelinap keluar dari
rumahnya. Tetapi sialnya, Huang Fei Hung justru berbuat ulah kembali dengan
makan di rumah makan tapi tidak membayar. Akibatnya dia harus berhadapan dengan
orang-orang pemilik rumah makan.
Dalam perkelahian itu, secara tidak sengaja Huang Fei Hung bertemu
dengan seorang kakek berpakaian lusuh yang sedang makan di sana. Melihat Huang
Fei Hung dikeroyok banyak orang, kakek tersebut membantu Huang Fei Hung.
Setelah berhasil mengalahkan semua orang di warung itu, Huang Fei Hung
dan kakek itu pun melarikan diri ke hutan. Rupanya Kakek tersebut adalah Si
Raja Pengemis Su Chi Er, sahabat Huang Qi Ying. Ayah Huang Fei Hung diam-diam
meminta bantuan Sahabatnya itu untuk
mendidik Huang Fei Hung.
Meski awalnya menolak dan berusaha kabur, namun Su Chi Er berhasil
menangkap Huang Fei Hung dan memaksanya untuk menerima dia sebagai guru. Karena
tidak berdaya menghadapi Su Chi Er, Huang Fei Hung pun akhirnya setuju menerima
Su Chi Er sebagai gurunya selama setahun.
Su Chi Er kemudian memberikan latihan yang sangat berat kepada Huang
Fei Hung.
Tidak tahan dengan latihan berat yang dijalaninya, Huang Fei Hung
kemudian melarikan diri dari kediaman Su Chi Er.
Di tempat persembunyiannya, Huang Fei Hung berjumpa dengan seorang
Pembunuh Bayaran bernama Tendangan Geledek Yin Thiek Sen. Karena kemampuan bela
dirinya masih rendah, Huang Fei Hung menjadi bulan-bulanan Yin Thiek Sen.
Setelah dipermalukan Yin Thiek Sen, Huang Fei Hung pulang ke rumah Su Chi Er dan berjanji untuk
belajar lebih sungguh dan serius.
Su Chi Er mengintensifkan latihan Huang Fei Hung, dan mengajarinya jurus terkuat di dunia persilatan yaitu Jurus
8 Dewa Mabuk.
Jurus 8 Dewa Mabuk terbagi dalam 8 Jurus. Ada pun kedelapan Jurus 8
Dewa Mabuk adalah sebagai berikut :
a.
Li Dong Bing – Tenaga Dalam Dewa Mabuk
Jurus ini mengolah tenaga dalam tubuh menjadi kekuatan yang
luar biasa untuk bertahan, sekaligus menyerang balik lawan.
b.
Dhi Kwai Li –Tendangan Kaki Kanan Dewa Mabuk
Berkaki Pincang
Seperti halnya seseorang yang pincang, dan hanya mampu
menggunakan satu kaki, maka jurus ini menggunakan kaki kanan untuk melancarkan
tendangan bertubi-tubi pada lawan.
c.
Han Cong Li – Dewa Mabuk Memeluk Guci
Jurus ini digunakan untuk membingungkan lawan saat
bertarung jarak dekat,yaitu dengan mengombang-ambingkan tubuh lawan, seperti
guci yang isinya digoyang-goyang.
d.
Lan Chai He –Pukulan Tanpa Ampun Sang Dewa Mabuk
Jurus ini terbilang sangat berbahaya karena orang yang
menggunakan jurus ini akan melancarkan pukulan bertubi-tubi tanpa ampun layaknya
orang mabuk.
e.
Zhang Guo Lao – Tendangan Angin Puyuh Sang Dewa
Mabuk
Pada jurus ini, orang yang menggunakan jurus akan melakukan
tendangan berputar tanpa henti.
f.
Cao Guo Jiu – Dewa Mabuk Berjari Kunci Besi
Ini merupakan jurus yang cukup berbahaya, terutama pada
pertarungan jarak dekat, karena pengguna jurus ini akan menggunakan
jari-jarinya untuk mencengkram dan merobek bagian-bagian tubuh paling lemah,
terutama kepala dan leher.
g.
Han Xiang Chi – Dewa Peniup Seruling Berlengan
Baja
Pengguna jurus ini menggunakan lengannya sebagai alat untuk
menohok dan mematahkan serangan lawan. Sangat efektif untuk pertarungan jarak jauh.
h.
He Xiang Gu – Pemabuk Cantik Menebar Pesona
Jurus terakhir ini mengharuskan pengguna jurus untuk meniru
gerakan wanita yang lemah gemulai. Di balik gerakannya yang seolah tanpa
tenaga, jurus pamungkas ini merupakan jurus paling berbahaya, karena menyimpan
banyak pukulan maut yang tidak terduga.
Pada saat disuruh berlatih jurus terakhir, Huang Fei Hung menolak
mempelajarinya karena jurus tersebut tidak sesuai dengan kepribadiannya. Saat
dipaksa gurunya berlatih jurus itu, Huang Fei Hung hanya berpura-pura berlatih
saja.
Karena mengira Huang Fei Hung telah menguasai semua Jurus 8 Dewa Mabuk,
Su Chi Er menganggap tugasnya sudah selesai. Dia pun memutuskan untuk
meninggalkan Huang Fei Hung dan melanjutkan petualangannya kembali.
Sementara itu, Perguruan Keluarga Wong mendapat ancaman dari sebuah
perguruan baru. Karena merasa Perguruan Keluarga Huang adalah saingan berat,
maka mereka berniat menyingkirkan Ayah Huang Fei Hung. Karena itu mereka kemudian
menyewa Si Kaki Geledek Yin Thiek Sen untuk menghabisi Huang Qi Ying.
Yin Thiek Sen pun mendatangi Huang Qi Ying dan terjadilah pertarungan
hebat antara mereka berdua.
Meski sudah memiliki kemampuan yang luar biasa, Huang Qi Ying ternyata
tidak mampu mengalahkan Yin Thiek Sen.
Di saat kritis, Huang Fei Hung datang menolong ayahnya, dan diapun
bertarung melawan Yin Thiek Sen. Di awal pertarungan, Huang Fei Hung bisa
menyeimbangi jurus-jurus Yin Thiek Sen.
Yin Thiek Sen kemudian mengubah teknik bertarungnya. Jika semula dia
banyak menggunakan jurus kaki, Yin Thiek Sen kemudian mengubah gaya
bertarungnya dengan menggunakan jurus tangan. Dengan perubahan jurus itu, Huang
Fei Hung mengalami kesulitan menghadapi Yin Thiek Sen.
Su Chie Er kemudian muncul dan menyuruh Huang Fei Hung menggunakan
Jurus Terakhir dari 8 Dewa Mabuk. Namun Huang Fei Hung belum menguasai jurus
itu.
Karena kondisinya terdesak, Fei Hung berimprovisasi dengan menggabungkan
ketujuh Jurus 8 Dewa Mabuk sehingga terciptalah Jurus He Xiang Gu yang baru dan
lebih hebat dibandingkan aslinya.
Dengan jurus barunya itu, Huang Fei Hung akhirnya berhasl mengalahkan
Yin Thiek Sen.
Ada 3 hal yang bisa kita teladani dari kisah hidup Huang Fei Hung, baik
dalam kehidupan sebenarnya, maupun adaptasi fiksi.
Teladan pertama yang patut kita pelajari dari Huang Fei Hong adalah sikap rendah hatinya. Meski dia adalah
seorang Kung Fu Master, tetapi Huang Fei Hong tidak pernah sombong dan
mengumbar kemampuan bela dirinya. Sebaliknya, dia lebih memilih menggunakan
kemampuan yang dimilikinya untuk menolong orang. Hal inilah yang kemudian
membuatnya mendapatkan respek dan dihormati banyak orang.
Selain rendah hati, teladan kedua yang dimiliki Huang Fei Hong adalah kemauan
untuk belajar. Meski telah menguasai banyak ilmu, dia tidak serta-merta
menganggap orang lain lebih rendah dari dirinya, dan dia lebih tinggi dari
orang lain. Sebaliknya, dia mau belajar dari orang lain dan terus mengasah
kemampuannya. Semakin tinggi ilmunya, semakin rendah hati pula dirinya.
Dan keteladanan terakhir yang bisa kita pelajari dari Huang Fei Hung
adalah memanfaatkan ilmu yang dimilikinya untuk menolong orang lain. Meski
telah memiliki kemampuan bela diri dan ilmu kedokteran yang luar biasa, Fei
Hung tidak menggunakan keahliannya untuk memperkaya diri sendiri, tetapi
menggunakannya untuk menolong orang lain.
Orang Tionghua punya peribahasa : 為善最樂 (Wei San
Cui Le) yang berarti melakukan kebaikan untuk orang lain adalah kebahagiaan
yang sesungguhnya.
Apa yang diajarkan Huang Fei Hung adalah sebuah refleksi budaya saling
tolong-menolong, tanpa memikirkan untung-rugi. Membantu orang adalah sebuah
kewajiban,dan membantu orang adalah bagian dari kebahagiaan. Ketika kita diberi
kesempatan dan kemampuan untuk membantu orang, maka ambil kesempatan itu dan bantulah
orang tersebut. Karena setiap bantuan yang kita berikan pada orang lain – baik
kecil maupun besar - tidak saja akan meringankan beban orang tersebut, tetapi
juga memberikan mereka harapan hidup yang lebih baik di hari esok.
JURUS
SANG PENDEKAR
Mengapa Jurus Mabuk dikatakan Jurus Aneh? Karena saat mengeluarkan
jurus ini, Sang Pendekar melakukan gerakan terhuyung-huyung seperti orang
mabuk, sementara pukulan yang dilancarkan sering tidak terarah dan terkesan
membabi-buta. Dengan gerakan terhuyung-huyung, kuda-kuda sang Pendekar tampak sangat
lemah, sehingga mudah diserang lawan.
Dalam istilah ilmu bela diri, Kuda-kuda adalah sikap siaga kaki yang
kuat menjejak di tanah. Kuda-kuda menjadi fondasi dasar hampir semua ilmu bela
diri. Kuat-tidaknya seorang praktisi bela diri, sangat tergantung dari kekuatan
jejak kaki kuda-kuda yang dilakukannya. Itulah alasan mengapa dalam berlatih ilmu bela
diri, latihan kuda-kuda menjadi latihan dasar yang wajib dikuasai oleh orang
yang berlatih ilmu bela diri, sebelum dia berlatih jurus-jurus yang lain.
Nah, balik lagi ke Jurus Mabuk. Jika melihat gerakannya yang sangat
rapuh, terutama gerakan kakinya yang terhuyung- huyung, Jurus Mabuk sangat
tidak mungkin dapat diterapkan. Belum lagi gosipnya, untuk dapat menguasai
jurus ini harus dalam keadaan mabuk. Hal ini makin membuat banyak orang tidak yakin jurus ini dapat
diterapkan di dunia nyata. Mereka berpendapat, Jurus Mabuk hanya mungkin
diterapkan di dunia komik atau film saja.
Benarkah Jurus Mabuk hanya jurus rekaan yang hanya ada di dunia film
dan komik?
Ternyata tidak.
Jurus Mabuk (醉拳 - Zui
Quan) memang benar-benar ada. Tapi memang
gerakan jurusnya tidak seperti yang Pendengar saksikan di film Drunken Master. Selain
itu, orang yang mengeluarkan Jurus Mabuk tidak pernah dalam kondisi mabuk. Hal
ini bisa dijelaskan bahwa Jurus Mabuk merupakan jurus yang membutuhkan
koordinasi yang sangat baik antara tubuh, tangan, mata, otak, dan kaki. Semua
gerakan sangat bertumpu pada kekuatan kaki yang menahan beban tubuh saat bergerak
terhuyung-huyung. Karena itu, sangat tidak mungkin gerakan ini dilakukan dalam kondisi mabuk.
Jurus Mabuk yang sebenarnya sudah ada sejak ratusan tahun silam. Tidak
jelas siapa yang pertama kali menciptakan jurus tersebut karena tidak ada
dokumen pendukung solid yang menjelaskan hal ini. Meski demikian, dari literatur
yang YANG GUO baca, ada 3 pihak yang dianggap sebagai pencipta Jurus Mabuk ini
:
Pertama,Biara Shaolin. Dalam catatan sejarah Biara Shaolin, Jurus Mabuk
merupakan salah satu jurus yang dikembangkan Biara tersebut di awal Dinasti
Tang (618 – 907 Sesudah Masehi).
Sejarah penciptaan Jurus Mabuk tercatat dalam catatan Dinasti Tang di masa
Pemerintahan Kaisar Tang Tai Zong (lahir : 28 Januari 598 – meninggal : 10 Juli
649). Kaisar Tang Tai Zong merupakan Kaisar Kedua dari Dinasti Tang yang
berkuasa. Sebelum menjadi Kaisar, Tang Tai Zong yang bernama asli Li Shi Min
dikenal sebagai pemberontak yang berhasil menggulingkan Raja Gong Ti (恭帝 ) dari Dinasti Sui pada tahun 617. Dengan jatuhnya Raja
Gong Ti, maka Dinasti Sui pun berakhir dan digantikan Dinasti Tang yang
dipimpin oleh Kaisar Li Yuan, yang merupakan ayah dari Li Shi Min. Kaisar Li Yuan hanya memegang kekuasaan dari tahun
618 – 626, kemudian menyerahkan Tampuk Kerajaan pada anaknya, Li Shi Min, yang
kemudian mendapat gelar Kaisar Tang Tai Zong.
Disebutkan bahwa saat Li Shi Min menggulingkan Pemerintahan Kaisar Gong
Ti, dia mendapat dukungan dan bantuan Biara Shaolin.
Untuk membalas jasa Biara Shaolin, maka setelah Li Shi Min diangkat
menjadi Kaisar, tiga tahun kemudian (tahun 621 Sesudah Masehi), dia menjamu 13
Ketua Biara Shaolin di istananya. Masalahnya, dalam jamuan makan tersebut, menu
jamuan yang disediakan adalah daging dan arak. Awalnya para Ketua Biara Shaolin
menolak mengonsumsinya. Namun Kaisar kemudian memaksa, sehingga demi
menghormati Kaisar, para Ketua Biara itu
akhirnya meminum arak.
Karena pertama kali meminum arak, para Ketua Biara pun menjadi mabuk.
Dalam keadaan mabuk itu, tanpa sadar mereka mengeluarkan jurus-jurus. Melihat
jurus aneh yang dikeluarkan para Ketua Biara Shaolin itu, Kaisar Tang
memerintahkan bawahannya untuk mencatat jurus-jurus yang diperagakan para Ketua
Biara Shaolin tersebut.
Setelah para Ketua Biara Shaolin sadar dari mabuk, Kaisar Tang
menyerahkan catatan jurus itu kepada Ketua Biara Shaolin. Catatan jurus itu
kemudian diolah, menjadi Kitab Jurus Mabuk Shaolin.
Pada waktu itu, Jurus Mabuk Shaolin belum diajarkan dan hanya disimpan sebagai
catatan literatur saja.
Tahun 960, terjadi insiden di mana seorang Pendekar bernama Liu Qi Zan
tanpa sengaja membunuh seorang penduduk sipil. Agar terhindar dari kejaran
pihak berwajib, Pendekar Liu mencari perlindungan di Shaolin dan memutuskan
untuk menjadi biarawan.
Selama di biara Shaolin, Liu Qi Zan banyak mempelajari kitab-kitab kung
fu Shaolin. Salah satu kitab favoritnya adalah Kitab Jurus Mabuk. Meski sudah menjadi biarawan, tapi Liu Qi Zan
masih suka mabuk-mabukan. Satu ketika, para Biarawan menemukan Liu Qi Zan dalam
kondisi mabuk berat. Karena melanggar aturan Shaolin, maka Liu Qi Zan diusir
dari Shaolin. Ketika para biarawan menggotong Liu Qi Zan keluar dari biara
Shaolin, Liu Qi Zan mengamuk dan memukuli para biarawan yang menggotongnya tersebut.
Sedikitnya 30 orang Biarawan terluka parah akibat amukan Liu Qi Zan itu.
Melihat gerakan jurus mabuk yang diperagakan Liu Qi Zan adalah jurus
yang sangat kuat, maka Ketua Biara Shaolin memutuskan untuk menjadikan Jurus
Mabuk sebagai salah satu jurus wajib yang harus diajarkan pada biarawan
Shaolin. Dan sejak itulah Jurus Mabuk mulai diajarkan Biara Shaolin. Jurus
Mabuk kemudian menjadi salah satu Jurus Andalan Biara Shaolin yang mengalami
perkembangan cukup baik di masa pemerintahan Dinasti Song (yang berkuasa 960 –
1279 Sesudah Masehi).
Tahun 970 Sesudah Masehi, Biara Shaolin mengadaptasi Jurus Mabuk
menjadi salah satu bagian dari jurus utama mereka yaitu 罗汉拳 – Luo Han
Quan (Jurus Luo Han). Ada 2 jurus
Mabuk Luo Han yang diciptakan, yaitu Luo Han Cui Qian (Jurus Mabuk Luo Han) dan
Shaolin Se Ba Luo Han Quan (18 Jurus Luo Han dari Shaolin). Berbeda dengan
jurus-jurus Luo Han yang mayoritas dilakukan secara berkelompok, Jurus Mabuk
Luo Han hanya dilakukan secara individu dan tidak pernah dilakukan bersama-sama.
Di awal-awal, Jurus Mabuk dilakukan dengan tangan kosong. Tetapi
kemudian berkembang di mana Jurus Mabuk dilakukan dengan menggunakan senjata
berupa Pedang dan Tongkat. Penggunaan senjata itu kemudian memunculkan Jurus
Mabuk Shaolin baru yang dikenal dengan
nama Jurus Pedang Mabuk dan Jurus Tongkat Mabuk.
Pihak kedua yang dianggap sebagai pencipta Jurus Mabuk adalah Pengikut
Ajaran Tao (Taoisme). Ajaran Tao diajarkan oleh 老子
(Lao Zi) antara tahun 5 – 4 Sebelum
Masehi. Lewat ajarannya yang ditulis di Kitab “Tao Te Ching”, Lao Zi
mengajarkan para pengikutnya menjalankan kehidupan yang berkesesuaian dan
seimbang dengan alam semesta, mulai dari hidup bersosialisasi dengan masyarakat
hingga hidup berpolitik. Berdasarkan ajaran tentang keseimbangan tersebut, para
pengikut Lao Zi kemudian mengembangkan sebuah bentuk gerakan olah raga yang
berfungsi untuk menjaga keseimbangan, kebugaran, dan kesehatan tubuh. Gerakan
tersebut dikenal dengan sebutan Jurus Mabuk.
Berbeda dengan Jurus Mabuk yang dikembangkan Biara Shaolin, Jurus Mabuk
Tao memiliki 8 gerakan yang mengadaptasi Kisah Legenda 8 Dewa Mabuk (Zui Ba Xien).
Delapan Jurus Mabuk Tao inilah yang kemudian memberikan inspirasi Sutradara Yuen
Ho Ping untuk menciptakan Jurus 8 Dewa Mabuk yang dipakainya di film Drunken
Master.
Meski masuk kategori Jurus Beladiri karena memiliki banyak gerakan
menyerang, elemen gerakan Jurus Mabuk Tao sebenarnya bukan untuk bertarung, tapi
untuk keperluan olah raga dan berfungsi menjaga
kesehatan tubuh. Gerakan Jurus Mabuk Tao ini kemudian berkembang menjadi bagian
dasar dari Jurus Tenaga Dalam Qi Gong, Nei Gong, dan Yoga Tao.
Nah, pihak terakhir yang dianggap sebagai Pencipta Jurus Mabuk adalah
Su Chi Er atau Pengemis Su. Su Chi Er adalah salah satu pendekar legendaris
Guang Dong yang hidup di abad 18. Menurut cerita masyarakat Guang dong, konon Su
Chi Er menciptakan Jurus Mabuk saat dia dirundung kesedihan karena kematian
ayahnya. Dalam kondisi mabuk berat, Su Chi Er mengeluarkan kesedihannya lewat
pukulan-pukulan wushunya.
Tapi di luar dugaan, gerakan wushu yang dikeluarkan adalah gerakan yang
tidak menentu sehingga menimbulkan banyak kerusakan. Bahkan orang-orang yang
berlalu-lalang di dekat Su Chi Er dan tanpa sengaja terkena pukulan Jurus
Mabuk, langsung mengalami luka serius.
Melihat kuatnya jurus yang dikeluarkannya, Su Chi Er kemudian
mengembangkan ilmu Jurus Mabuk tersebut dan menjadikannya sebagai salah satu
jurus andalannya.
Di masa kini, Jurus Mabuk bukan lagi jurus ekslusif Biara Shaolin, Pengikut
Ajaran Tao, ataupun orang-orang yang pernah berguru pada Su Chi Er. Banyak
perguruan kung fu di China yang kini telah mengembangkan Jurus Mabuk gaya
mereka sendiri dan mengajarkan jurus tersebut pada masyarakat umum. Beberapa perguruan kung fu yang cukup terkenal
dan memiliki Jurus Mabuk sendiri adalah Padepokan Kung Fu Keluarga Ma, Hung
Cia, dan Padepokan Kung Fu Cai Li Fok (蔡李佛
) / Fu Cia.
Dengan berkembangnya Teknik Jurus Mabuk, variasi jurusnya pun makin
banyak. Meski mengajarkan Jurus Mabuk, semua perguruan kungfu tidak pernah
mengajarkan para muridnya untuk mengeluarkan jurus tersebut dalam keadaan
mabuk. Jadi jika ada Pendengar yang ingin berlatih Jurus Mabuk, jangan berlatih
sambil mabuk-mabukan minuman keras ya...
No comments:
Post a Comment