Thursday, 27 December 2018

The Pirate (大海盜, 1973)

Jika masyarakat Eropa mengenal sosok Robin Hood sebagai Penjahat Berhati Mulia, maka di Tiongkok juga ada sosok yang sama bernama Cheung Po Tsai (张保仔 - Zhang Bao Zai). Sebenarnya dia adalah seorang Bajak Laut yang hidup antara tahun 1783 - 1822. Meski demikian, Zhang Bao - nama panggilannya - menjadi legendaris karena dia selalu merampok kapal para penjajah (waktu itu Portugis), lalu membagikan harta rampokannya pada penduduk miskin. Itulah sebabnya Zhang Bao mendapat banyak dukungan dari masyarakat, meski Pemerintah memperlakukannya sebagai Pelaku Kejahatan.

Sepak terjang Cheung Po Tsai ini menjadi inspirasi dan kemudian diangkat ke layar lebar menjadi film The Pirate (大海盜 - Da Hai Dao) produksi Shaw Brothers. Film ini disutradarai oleh Chang Cheh, Pao Huseh Li, dan Wu Ma. Sedangkan para aktor pendukung film ini diantaranya Ti Lung (sebagai Cheung Po Tsai), David Chiang, Dean Shek, Tin Ching, dan Fan Mei Shang.

Dirilis perdana tanggal 27 Juli 1973, film berdurasi 96 menit ini mengisahkan sepak-terjang Cheung Po Tsai yang kerap merampok kapal milik orang Barat. Pasca menjalankan aksinya, Po Tsai tidak serta-merta mengambil semua hasil rampokan untuk kepentingannya sendiri. Justru semua harta dibagikan kepada para penduduk yang miskin dan tertindas oleh perilaku pejabat pemerintahan yang korup.

Pemerintah menganggap tindakan Cheung Po Tsai adalah tindakan kriminal, sehingga mereka menyelengarakan sayembara : Barangsiapa yang bisa menangkap Cheung Po Tsai hidup ataupun mati, akan mendapatkan hadiah. Beberapa orang berusaha menangkap Cheung Po Tsai. Namun setelah mengetahui latar-belakang tindakan Po Tsai, mereka justru membela Po Tsai.

Hal ini membuat Pemerintah makin kesal, sehingga mereka mengutus Jendral Wu Yee (David Chiang) - Pejabat Pemerintahan Qing - untuk mencari tahu keberadaan Po Tsai dan menghabisinya. Wu Yee berhasil menemukan tempat persembunyian Po Tsai dan melakukan duel dengannya. Keduanya memiliki ilmu yang sepadan. Meski demikian, Wu Yee kemudian juga mengetahui latar belakang tindakan kriminal yang dilakukan Po Tsai. Akhirnya Wu Yee memutuskan untuk melepaskan Po Tsai, serta ikut mendukung perjuangan Po Tsai dalam menolong penduduk yang tertindas.

Banyak kritikus film yang memuji film ini. Meski tidak bisa dikatakan sebagai film bergenre bajak-laut, namun sebagai film eksyen, The Pirate mengusung tema yang sangat membumi dan menarik. Tokoh yang diusung pun merupakan tokoh nyata yang cukup dikenal masyarakat sebagai legenda, sehingga menjadi alasan tersendiri mengapa banyak orang menyukai film ini.



DO YOU KNOW? 
Seperti yang sudah diulas di awal, Cheung Po Tsai merupakan Bajak Laut yang pernah hidup di masa Dinasti Qing (1783 - 1822). Menurut catatan sejarah, Cheung Po Tsai bernama asli Cheung Po / Zhang Bao (張保) dan merupakan kelahiran desa Xinhui, Jiangmen, China. Dia berasal dari keluarga Nelayan di desa tersebut.

Di saat berusia 15 tahun, Zhang Bao diculik oleh Zheng Yi, seorang bajak laut paling berpengaruh dari Guang Dong dan menguasai Laut China Selatan di masa itu. Zheng Yi kemudian memaksa Zhang Bao menjadi bajak laut. Rupanya Zhang Bao memiliki bakat menjadi seorang bajak laut, sehingga dalam waktu singkat dia menguasai semua kemampuan Zheng Yi. Zhang Bao akhirnya diangkat menjadi anak Zheng Yi.

Setelah Zheng Yi meninggal tahun 1807, Zhang Bao mengambil alih tampuk pemerintahan Bajak Laut. Bersama istrinya Cai Qian Ma (蔡牵妈) dan Jendral Cai Qian (蔡牵 ) - seorang Pedagang yang juga ditengarai sebagai salah seorang Jendral dari Istana - mereka bertiga menjadi pemimpin Bajak Laut yang sangat ditakuti. Cai Qian Ma dikenal sebagai wanita yang sangat cerdas, menguasai bahasa Inggris, dan paham persenjataan orang Barat. Wajar jika di masa Zhang Bao berkuasa, banyak orang yang takut padanya.

Cheung Po Tsai merupakan Bajak Laut yang paling ditakuti, terutama oleh Pasukan Portugis karena mereka paling sering diserang oleh kelompok Po Tsai. Pada bulan November 1809, pasukan Cheung Po Tsai melakukan pertempuran melawan Pasukan Portugis di wilayah perairan yang dikenal dengan nama Tiger's Mouth (wilayah Macau). Dalam perang besar tersebut, Cheung Po Tsai mengalami kekalahan yang cukup hebat dan membuatnya kabur. Inilah kali pertama pasukan Cheung Po Tsai berhasil dikalahkan. Perang hebat tersebut kemudian dikenal dengan sebutan "The Battle of The Tiger's Mouth" (Batalha da Boca do Tigre).

Pada tanggal 20 April 1810, pasukan Portugis berhasil mendesak Tsang Po Tsai dan memaksanya menyerah. Po Tsai akhirnya takluk dengan menyerahkan 2,000 pucuk senjata, 280 kapal, dan 25,000 orang pengikutnya. Pasca menyerah, Po Tsai dan pasukannya diserahkan kepada Pemerintah Guangdong untuk dieksekusi karena tindakan kriminalmnya. Tapi alih-alih dieksekusi, Pemerintah Guangdong justru memberikan amnesti dan mengangkat Cheung Po Tsai menjadi Kapten Angkatan Laut Kekaisaran Qing.

Sosok Cheung Po Tsai sering menjadi inspirasi dan sudah beberapa kali diangkat ke cerita film layar lebar maupun serial televisi. Kisah perjuangannya pertama kali diadaptasi ke dalam film The Pirate (1973).
Dick Wei as Cheung Po Tsai (Project A)

Pada taun 1983, Jackie Chan membuat film Project A, di mana Cheung Po Tsai (diperani Dick Wei) menjadi sosok antagonis yang berhadapan dengan Jackie Chan.

Pada tahun 1994, dalam film Once Upon a Time in China V, sosok Chang Po Tsai ditampilkan sebagai salah satu musuh Wong Fei Hung (Vincent Zhao).

Pada tahun 2007, di film barat Pirates of the Caribbean : At World's End, sosok bajak laut Sao Feng (diperani Chow Yun Fat) merupakan adaptasi dari sosok Cheung Po Tsai. Latar belakang Sao Feng pun banyak menggunakan referensi dari kisah hidup Cheung Po Tsai.

Tahun 2015 silam, TVB pernah membuat serial televisi bergenre eksyen-fiksi ilmiah berjudul Captain of Destiny (張保仔), di mana dalam serial tersebut dikisahkan seorang polisi dari abad 21 bernama Wong Tai Mui (diperani Grace Chan) tiba-tiba berpindah ke abad 19 di mana dia bertemu dengan Bajak Laut Cheung Po Tsai.

Wednesday, 26 December 2018

A Chinese Ghost Story (倩女幽魂, 1987)


Kisah cinta antara manusia dengan mahluk supranatural merupakan salah satu cerita yang cukup disukai para penyuka cerita klasik Tiongkok. Salah satu kisah klasik yang cukup melegenda adalah kisah cinta Siluman Ular Putih yang sudah dibuat hingga berkali-kali, baik dalam versi serial televisi maupun layar lebar.

Selain kisah Siluman Ular Putih, ada juga kisah klasik yang cukup melegenda, yaitu kisah cinta manusia dengan Siluman Jejadian berjudul A Chinese Ghost Story (倩女幽魂 - Chien Ni Yu Hun). Film yang disutradarai Chung Siu Tung dan diproduseri Tsui Hark ini diperani oleh Leslie Cheung, Joey Wong, dan Wu Ma. Ceritanya sendiri merupakan adaptasi dari cerita pendek dari Dinasti Qing berjudul Nie Xiao Qian (聶小倩) karya Penulis Pu Song Ling yang terangkum dalam kumpulan cerita misteri berjudul Liao Zhai Zi Yi (聊齋誌異).

Pada tahun 1960, kisah ini sebenarnya pernah diadaptasi oleh studio film Shaw Brothers berjudul The Enchanting Shadow (倩女幽魂). Meski sama-sama sukses, namun film A Chinese Ghost Story-lah yang menjadi legenda. Bahkan film ini duduk di peringkat 50 di jajaran Best 100 Chinese Motion Pictures versi Hong Kong Film Awards (2005). Selain sukses di Hong Kong, A Chinese Ghost Story juga meraih kesuksesan yang luar biasa di negara lain, termasuk Jepang dan Korea. Berkat film ini, nama Leslie Cheung dan Joey Wong menjadi sangat populer di kedua negara tersebut.

Kesuksesan film A Chinese Ghost Story kemudian memunculkan tren film-film bertema kisah cinta manusia dan hantu yang cukup populer di era 1980an.

Film ini mengisahkan tentang Ning Choi San (Leslie Cheung), seorang penagih hutang yang melakukan melakukan tugasnya sampai ke desa-desa pelosok. Satu ketika, dia tiba di sebuah desa terpencil. Karena hari sudah larut malam, dia pun memutuskan untuk tinggal di sebuah kuil. Celakanya, kuil tersebut ternyata dihuni oleh hantu penggoda bernama Nie Xiao Qian (Joey Wong). Rupanya Xiao Qian adalah budak dari Siluman Pohon dan memaksanya untuk menggoda serta menjebak para pria agar mereka nantinya bisa jadi makanan Siluman Pohon.

Choi San yang lugu mengira kalau Xiao Qian adalah gadis baik-baik. Namun setelah diperingati Pendeta Tao Yin Chik Ha (Wu Ma), Choi San akhirnya menyadari kalau Xiao Qian adalah Hantu. Setelah mengetahui latar-belakang Xiao Qian, Choi San berusaha menyelamatkan Xiao Qian. Malangnya, kekuatan Siluman Pohon sangat kuat, sehingga dia berhasil mengenyahkan Choi San dan menghukum Xiao Qian dengan mengurung rohnya ke Dunia Orang Mati.

A Chinese Fairy Tale (2011)
Choi San tidak patah semangat. Dibantu Pendeta Yin, mereka berhasil membuka portal Dunia Orang Mati untuk menyelamatkan Xiao Qian. Setelah melalui pertarungan yang berat, akhirnya mereka berhasil menyelamatkan Roh Xiao Qian dari Dunia Orang Mati. Setelah itu, Xiao Qian dimakamkan agar dia bisa reinkarnasi menjadi manusia baru.

Pasca kesuksesan film ini, A Chinese Ghost Story kemudian sekuelnya hingga menjadi trilogi. Seri kedua melanjutkan kisah A Chinese Ghost Story, sedangkan seri ketiganya bisa dikatakan merupakan reboot karena mengangkat cerita yang sama dengan seri pertama. Namun agar terkesan punya korelasi dengan dua seri pertamanya, A Chinese Ghost Story 3 mengisahkan kejadian 100 tahun pasca kejadian seri pertama dan kedua.

Pasca kesuksesan film A Chinese Ghost Story, kisahnya diadaptasi kembali dalam versi animasi berjudul sama. Film ini kemudian dibuat ulang kembali pada tahun 2011 dengan judul A Chinese Fairy Tale dengan sutradara Wilson Yip, dan diperani Louis Koo, Liu Yi Fei, Kara Hui, serta Louis Fan.

Eternity : A Chinese Ghost Story (2003)
Film ini pun pernah diadaptasi menjadi serial televisi pada tahun 2003. Adalah stasiun televisi Taiwan CTS yang mengadaptasi film ini menjadi serial televisi berjudul Eternity : A Chinese Ghost Story. Serial ini diperani Barbie Shu, Daniel Chan, Jesica Hsuan, dan Jacky Wu, diproduksi dengan total 40 episode.

Theme song film ini berjudul Chien Ni Yu Hun (倩女幽魂) dan dinyanyikan oleh Leslie Cheung. Seiring dengan kesuksesan filmnya, theme song ini pun ikut sukses dan sangat populer.



DO YOU KNOW? 
Ide pembuatan film ini sebenarnya sudah muncul sejak tahun 1978. Adalah Tsui Hark yang berencana memproduksi kisah cinta manusia dan hantu ini. Dia telah membuat skrip A Chinese Ghost Story waktu itu dan menawarkannya kepada TVB untuk diproduksi dalam bentuk serial televisi. Namun ide ini ditolak TVB karena dianggap tidak sesuai untuk tayangan televisi.

Tsui Hark kemudian merubah skripnya menjadi skenario film layar lebar. Dia kemudian mengontak Ching Siu Tung untuk berkolaborasi mewujudkan skrip itu menjadi film. Meski sudah sering bekerja sama dengan Tsui Hark, Ching Siu Tung tidak serta-merta menerima ajakan Tsui Hark. Terlebih skrip yang disodorkan Tsui Hark adalah skrip yang "serba tanggung" : tidak cocok disebut film drama, tidak cocok sebagai film komedi, tidak cocok pula sebagai film horor.

Tsui Hark akhirnya memutuskan hanya sebagai Produser dan menyerahkan sepenuhnya pada Ching Siu Tung - sebagai Sutradara - untuk mengolah skrip yang dibuatnya. Ching Siu Tung akhirnya memutuskan untuk mengedepankan unsur drama-percintaan di skrip A Chinese Ghost Story.

Untuk pemeran wanitanya, Tsui Hark memilih Joey Wong ( 王祖賢 - Wang Zu Xian) yang waktu itu dikenal sebagai pemain basket profesional dan model Hong Kong. Saat itu dia sama sekali belum punya pengalaman berakting. Pasca kesuksesan film A Chinese Ghost Story, Joey Wong banyak mendapat tawaran bermain film dan mendapat julukan "The Goddess of the East" karena kecantikannya.

Sementara untuk pemeran prianya, Tsui Hark memilih Leslie Cheung. Sebelumnya, Tsui Hark sudah pernah bekerja sama dengan Leslie Cheung di film A Better Tomorrow dan A Better Tomorrow 2 di mana di kedua film itu, Tsui Hark juga bertindak sebagai Produser Film.

Saat dirilis perdana tanggal 18 Juli 1987, film ini meraih sukses yang luar biasa. A Chinese Ghost Story meraup keuntungan lebih HK$ 18 juta dan menjadikannya sebagai Film Hong Kong dengan Penghasilan Terbesar tahun 1987. Film ini pun meraih banyak penghargaan, baik lokal dan internasional.





Tuesday, 25 December 2018

Legenda Lima Jendral Harimau TVB


Di era 1980-an, pertelevisian Hong Kong berada di puncak kejayaannya di mana banyak serial televisi produksi negara tersebut sukses besar. Serial yang kebanyakan diproduksi stasiun televisi TVB - Hong Kong tersebut tidak saja sukses secara domestik, tetapi juga merambah secara internasional, termasuk ke Indonesia.

Nah, di masa itu, ada 5 orang aktor TVB di masa itu yang menjadi "super-star" dan diidolakan banyak penonton. Kelima aktor tersebut adalah : Michael Miu (苗僑偉 - Miao Qiao Wei) , Kent Tong (汤镇业 - Tang Zhen Ye), Felix Wong (黃日華 - Wong Yat Wa / Huang Je Hua) , Andy Lau (刘德华 - Liu De Hua), dan Tony Leung (梁朝伟 - Liang Chao Wei).

Kelima artis tersebut merupakan lulusan dari Sekolah Akting Artiste Traning Academy - Hong Kong, di mana Kent Tong mulai sekolah tahun 1978, Michael Miu dan Felix Wong tahun 1979, Andy Lau tahun 1980, Tony Leung tahun 1981. Pasca lulus dari sekolah itu, kelima artis tersebut melamar dan mendapatkan pekerjaan di Jaringan Televisi TVB.

Ki-Ka : Andy Lau, Felix Wong, Michael Miu, Tony Leung, Kent Tong
Sama seperti kebanyakan artis pemula, kelima orang tersebut mengalami perjuangan yang tidak mudah. Mereka merangkak sebagai artis pendukung dan cameo, sebelum akhirnya mendapat kepercayaan untuk menjadi pemeran utama di serial televisi TVB.

Adalah Kent Tong menjadi yang pertama mendapat kesempatan bermain sebagai pemeran utama di serial televisi This Land is Mine (風雲, 1980) dan The Adventurer's (衝擊, 1981). Kedua serial bergenre drama-keluarga tersebut ternyata menjadi hit dan disukai banyak penonton.

Selanjutnya Felix Wong dan Michael Mui mendapat kesempatan bermain sebagai pemeran utama di serial The Lonely Hunter (過客, 1981). Serial ini langsung mengangkat nama kedua aktor tersebut dan menjadi salah satu serial paling populer di masa itu.

Andy Lau sendiri baru meraih kesuksesannya setelah mendapat kesempatan untuk menjadi pemeran utama di drama sitkom Hong Kong '81 (1981).

Dan terakhir Tony Leung baru mendapatkan kesempatan menjadi pemeran utama di tahun 1982 di serial televisi Soldier of Fortune (香城浪子). Di serial tersebut, Tony Leung beradu akting dengan dua orang sahabatnya : Felix Wong dan Kent Tong.

Meski sudah pernah menjadi pemeran utama dan serial televisi yang mereka perani meraih rating yang tinggi, namun tidak serta-merta membuat nama mereka langsung melambung cepat. Pada masa itu, TVB memiliki 2 orang aktor kawakan - Adam Cheng dan Chow Yun Fa - yang masih menjadi "Raja Serial Televisi Hong Kong". Jadi meski kesuksesan sudah diraih dan mulai memiliki fans-base, tetap saja kelima artis tersebut masih kalah pamor dengan kedua aktor tersebut.

Keberuntungan mulai mendekati kelima "aktor baru" TVB tersebut manakala Adam Cheng dan Chow Yun Fa memutuskan untuk hengkang dari TVB tahun 1983. Dengan kepergian kedua aktor tersebut, praktis TVB kehilangan artis dianggap mumpuni dan mampu mengangkat rating acara mereka. Kekuatiran TVB cukup beralasan. Selain harus bersaing dengan stasiun lokal, mereka pun sedang bersaing ketat dengan acara televisi Korea dan Jepang yang waktu itu mulai mendominasi acara televisi Hong Kong.

Guna mencari pengganti kedua aktor tersebut, TVB kemudian mengadakan acara All Star Challenge (1983) yang bertujuan mencari aktor dan artis baru Hong Kong yang diharapkan mampu diangkat sebagai artis papan atas untuk menggantikan posisi Adam Cheng dan Chow Yun Fat.
Wajah personel Lima Jendral Harimau TVB saat ini

Michael Miu, Kent Tong, Felix Wong, Andy Lau, dan Tony Leung tidak menyia-nyiakan kesempatan. Mereka berlima bekerja sama menjadi satu tim dan tampil di acara tersebut dengan menyanyi dan menari. Aksi mereka ternyata menarik perhatian media-massa, terutama produser TVB. Bahkan media kemudian memberikan julukan kepada mereka "Lima Jendral Harimau TVB" (無綫五虎將) karena kemampuan mereka tersebut. Sejak itulah, julukan "Lima Jendral Harimau TVB" melekat di kelima artis tersebut.

Pasca acara tersebut, karir kelima artis tersebut melesat cepat bak meteor. Hampir semua serial televisi yang mereka perani selalu meraih rating tinggi. Untuk mendongkrak rating sebuah serial televisi, beberapa dari mereka dipertemukan dalam satu serial televisi. Strategi ini terbukti ampuh mendongkrak rating.


Sepanjang karir mereka sejak terbentuk tahun 1983, Kelima "Jendral Harimau TVB" tersebut hanya 2 kali dipertemukan sekaligus, yaitu di film layar lebar The Tigers (1991) dan serial televisi The Yang's Saga (1985). Selebihnya, paling 2-4 orang saja yang dipertemukan dalam 1 serial televisi.

Berdasarkan usia, Michael Miu merupakan yang paling senior diantara kelimanya, sehingga dia sering dijuluki Si Harimau Besar (Big Tiger) / Kakak Tertua. Selanjutnya secara urutan : Kent Tong (Harimau Kedua), Felix Wong (Harimau Ketiga), Andy Lau (Harimau Keempat), dan Tony Leung (Harimau Kecil).

Sayang, usia Lima Jendral Harimau TVB tidak berlangsung lama. Pada tahun 1986, Lima Jenderal Harimau TVB terpaksa bubar karena berbagai hal :

Kent Tong mundur dari TVB tahun 1985 setelah munculnya skandal berkaitan dengan tindakan bunuh diri artis Barbara Yung, yang waktu itu merupakan kekasih Tong. Tong dituduh penyebab kematian Barbara Yung, meski pada akhirnya terbukti kalau Yung menderita depresi saat kejadian terjadi, dan tidak ada kaitannya dengan Tong. Namun desakan publik membuat Tong tidak ada pilihan, selain mundur dari TVB yang telah membesarkan namanya. Meski kini masih aktif di dunia keartisan, namun Kent Tong sudah mengurangi aktivitas tersebut dan berfokus di dunia bisnis.

Pada tahun 1989, Andy Lau memutuskan mundur dari TVB setelah Eksekutif TVB memaksanya menanda-tangani kontrak kerja selama 5 tahun, yang dianggap Lau menjadi penghambat karirnya. Karena Andy Lau tidak mau menanda-tangani kontrak tersebut, TVB akhirnya memasukkan Andy Lau dalam "daftar hitam" dan tidak memperbolehkan Andy Lau berpartisipasi di acara TVB manapun. Andy Lau akhirnya melanjutkan karir keartisannya di luar TVB, dan menjadi super-star seperti sekarang.

Di awal tahun 1990, Tony Leung mendapatkan banyak kesempatan bermain di film layar lebar. Meski sebelumnya telah sukses membintangi banyak serial televisi, namun bermain di film layar lebar seolah menjadi "candu" bagi Tony Leung. Terlebih setelah banyak film layar lebar yang diperaninya menjadi film box-office serta mendapatkan banyak penghargaan. Meski tidak secara eksplisit, namun sejak tahun 1990, Tony Leung resmi mundur dari TVB dan lebih fokus bermain di film layar lebar. Serial terakhir TVB yang diperani Tony Leung adalah Ode to Gallantry (1989).

Pada tahun 1989, Felix Wong memutuskan untuk mundur dari TVB dan pindah ke jaringan televisi lain, yaitu ATV (Asia Television Limited) - Hong Kong. Meski sempat kembali lagi ke TVB pada tahun 1993, namun Felix Wong kembali keluar dan pindah ke stasiun televisi Tiongkok. Saat ditanya alasannya keluar-masuk TVB, Felix menjelaskan kalau dia merasakan ketidak-puasan saat bekerja di TVB. Pada tahun 2009, Felix Wong kembali lagi bekerja di TVB setelah sahabatnya - Michael Miu - mengajaknya bekerja sama di serial televisi Gun Metal Grey.

Pada tahun 1986, Michael Miu memutuskan untuk keluar dari TVB untuk memulai karirnya sebagai pengusaha. Miu kemudian mendirikan sebuah perusahaan produksi kacamata. Michael Miu meraih reputasi yang sangat baik sebagai pengusaha kacamata di masa itu. Namun hasratnya untuk menjadi artis mengusiknya, sehingga pada tahun 2002, Miu memutuskan menjual bisnisnya ke perusahaan Australia dan kembali ke TVB. Michael Miu meraih kesuksesan sebagai artis TVB kembali pasca memerani serial televisi The Academy (2004). Sejak itu, Miu terus meraih kesuksesan dalam setiap serial televisi yang diperaninya hingga hari ini.


Saturday, 15 December 2018

Flying Guillotine (血滴子, 1975)


Pada tahun 1975, Shaw Brothers merilis sebuah film yang terbilang sangat tidak biasa. Judulnya Flying Guillotine. Film yang disutradarai Ho Meng Hua ini berdurasi lebih dari 2 jam, membuatnya menjadi film produksi Shaw Brothers pertama dengan durasi sepanjang itu (rata-rata film Shaw Brothers di masa itu berdurasi tidak lebih dari 90 menit).

Selain itu, Flying Guillotine menampilkan adegan yang belum pernah ditampilkan sebelumnya : Pemenggalan kepala manusia. Film ini sempat membuat heboh banyak orang karena menampilkan adegan sadis yang sangat mengerikan di masa itu. Bahkan karena sangat sadis, film ini tidak lulus sensor dan tidak pernah beredar di layar lebar Indonesia.

Film ini diperani oleh Chen Kuan Tai, Ku Feng, Wei Hung, dan Norman Chu. Flying Guillotine mengisahkan tentang Kang Xin (Ku Feng) seorang pengikut setia Kaisar yang menciptakan sebuah senjata maut bernama Flying Guillotine. Senjata ini berbentuk seperti topi yang dilemparkan ke kepala musuh (terdapat tali panjang yang mengendalikan jarak dan arah lemparan). Ketika topi tersebut mengenai kepala sasarannya, topi itu akan memanjang dan menutupi kepala sang sasaran. Di sekeliling dalam topi tersebut, terdapat pisau tajam. Ketika pemilik Flying Guillotine menyentak tali Flying Guillotione, maka pisau tersebut akan memotong kepala sasarannya.

Pasca menciptakan senjata tersebut, Kang Xin kemudian membentuk pasukan khusus yang dilatih untuk menguasai senjata maut tersebut. Setelah mereka mampu menguasai senjata itu, mereka ditugaskan menjadi pembunuh yang menghabisi para pembangkang dan orang-orang yang mencoba menggulingkan Kaisar.

Di antara semua pembunuh tersebut, adalah Ma Teng (Chen Kuan Tai) yang merupakan salah seorang pembunuh paling hebat. Kemampuannya menguasai Flying Guillotine justru membuatnya dimusuhi oleh rekan-rekannya. Diam-diam mereka membuat skenario untuk menjebak Ma Teng, dan membuatnya dimusuhi oleh Kaisar.

Sementara itu, diam-diam Kang Xin ternyata memiliki rencana busuk dan justru dialah yang berencana untuk menggulingkan Kaisar dan menguasai Kerajaan. Berpura-pura melindungi Kaisar, Kang Xin menggunakan pasukannya untuk membantai orang-orang kepercayaan Kaisar. Akankah Kang Xin berhasil menguasai Kerajaan?

Film ini terbilang sangat minim aksi perkelahian dan lebih berfokus pada intrik politik kerajaan. Bagi sebagian orang yang terbiasa menonton film Shaw Brothers yang penuh aksi, film ini tergolong sangat membosankan. Terlebih durasinya yang lebih dari 2 jam. Selain itu, film ini juga dikritisi terlalu sarat adegan sadis. Meski demikian, Flying Guillotine justru menjadi film wuxia yang fenomenal dan disukai banyak orang. Banyak produser Hong Kong dan Taiwan yang kemudian membuat film bertema sama yang menggunakan senjata Flying Guillotine sebagai senjata pertarungan.

Film Flying Guillotine menjadi salah satu film wuxia ikonik yang disukai banyak orang. Film ini kemudian dibuat ulang pada tahun 2012 berjudul The Guillotines (血滴子 -Xue Di Zi), yang disutradarai Andrew Lau, dengan pemeran Huang Xiao Ming, Ethan Juan, Shawn Yue, Li Yu Chun, dan Jing Bo Ran. 



DO YOU KNOW? 
Meski terkesan senjata fiksi, tapi faktanya Flying Guillotine (血滴子 - Xie Di Zi) benar-benar ada di masa lalu dan memang merupakan senjata yang sangat mematikan.

Senjata yang disebut Xie Di Zi (Penetes Darah) digunakan di masa pemerintahan Kaisar Yong Zheng di masa Dinasti Qing. Tidak jelas siapa pencipta senjata ini. Bentuk asli senjata ini pun sebenarnya tidak jelas. Sejarawan hanya menemukan gambar kasar tentang bentuk senjata ini. Tetapi metode penggunaan dan cara kerja senjata tersebut hingga hari ini masih menjadi misteri.

Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut, senjata Xie Di Zi terdiri dari 2 jenis senjata : Senjata Berjenis Kelamin Pria dan Senjata Berjenis Kelamin Wanita. Masing-masing senjata dipegang oleh 2 orang yang berbeda, namun mereka selalu bersama-sama. Senjata Berjenis Kelamin Pria merupakan senjata berbentuk seperti gergaji besi, sedangkan Senjata Berjenis Kelamin Wanita berbentuk sebagai perangkap berbentuk topi.

Biasanya Senjata Berjenis Kelamin Wanita berfungsi untuk menangkap kepala korban. Setelah kepala korban terperangkap di dalam senjata itu, barulah seorang lagi memenggal kepala korbannya dengan Senjata Berjenis Kelamin Pria.

Sayangnya, meski catatan sejarah menjelaskan tentang keberadaan senjata ini, namun hingga hari ini para sejarawan belum menemukan bukti fisik keberadaan senjata Xie Di Zi ini.

Sunday, 2 December 2018

The Blood Brothers (刺馬, 1973)


The Blood Brothers merupakan salah satu film box-office Hong Kong produksi Shaw Brothers yang cukup terkenal di era 1970an. Bertutur tentang persaudaraan yang harus berakhir karena adanya perbedaan kepentingan. Tema seperti ini nantinya menjadi tema khas yang sangat sering digunakan oleh film-film Hong Kong, khususnya film yang mengangkat kehidupan para triad.

Film ini disutradarai oleh Chang Cheh dengan pemeran David Chiang, Ti Lung, dan Chen Kuan Tai. Alur ceritanya sendiri terinspirasi dari kasus pembunuhan Jendral Ma Xin Yi (馬新貽), seorang Jendral Muslim asal wilayah Hui di masa Dinasti Qing. Dalam kasus tersebut, Sang Jendral dibunuh oleh seseorang bernama Wan Qing Zuan / Zhang Wen Xiang. Hingga hari ini, belum ada fakta kongkrit yang menyebutkan alasan pembunuhan tersebut.

Dikisahkan di suatu era di masa lalu ada 2 orang bandit bernama Chang Wen Siang (David Chiang) dan Huang Chang (Chen Kuan Tai) berusaha merampok seorang pengembara. Rupanya pengembara tersebut bernama Ma Xin yi (Ti Lung) dan merupakan seorang pendekar yang maha sakti. Karena tidak mampu mengalahkan Ma Xin Yi, akhirya Chang Wen Siang dan Huang Chang takluk serta meminta pengampunan pada Ma Xin Yi.

Ma Xin Yi justru mengangkat persaudaraan dengan Chang dan Huang. Dia kemudian mengutarakan niatnya untuk pergi ke kota guna menjadi Pejabat Pemerintah. Kelak setelah jadi Pejabat, Ma akan kembali untuk membawa kedua saudaranya tersebut untuk membantunya di Pemerintahan.

Beberapa tahun kemudian, Ma Xin Yi sudah menjadi pejabat. Namun ternyata dia telah berubah menjadi pejabat yang sangat bengis. Dia menggunakan berbagai cara keji untuk bisa meraih apa yang dia inginkan. Satu ketika dia mendapatkan tugas untuk menghancurkan para perampok. Karena itu, dia kemudian mendatangi kedua saudaranya, Chang dan Huang, untuk membantunya membasmi perampok.

Pada saat kedua saudaranya menumpas perampok, Ma Xin Yi justru berselingkuh dengan istri Huang Chang yang bernama Mi Lan (Ching Ti). Agar perselingkuhan mereka bisa berjalan baik, maka Ma Xin Yi menyuruh bawahannya untuk membunuh Huang Chang dan Chang Wen Siang. Dengan kematian kedua saudaranya, Ma Xin Yi akan naik jabatan dan dapat mempersunting Mi Lan. 

Pasca pembunuhan Huang dan Chang, para pengikut kedua orang itu menemukan kebusukan yang dilakukan Ma Xin Yi. Akhirnya mereka pun bersekutu untuk menghabisi Ma Xin Yi.

Film The Blood Brothers dirilis di Hong Kong tanggal 24 Februari 1973 dan menjadi film box office di masa itu. Selain sukses secara finansial, The Blood Brothers meraih penghargaan Golden Horse Awards untuk kategori Special Award for Outstanding Performance (diraih oleh Ti Lung).

Film ini pun banyak mendapatkan apresiasi positif dari para kritikus film karena mengangkat tema yang sangat berbeda di masa itu. Pada masa itu, kisah persaudaraan di dunia persilatan adalah hal umum. Namun film ini justru mengangkat cerita yang tidak umum di mana persaudaraan di dunia persilatan tidak berarti apa-apa dan penghianatan tetap saja bisa terjadi di dalam persaudaraan itu.

Kesuksesan tema seperti ini kemudian banyak diadaptasi dan digunakan di banyak film-film wuxia dan film bertema triad di kemudian hari.

Sementara itu, pada tahun 2007, Sutradara Peter Chan mengangkat kembali tema ini dalam bentuk klasik dengan membuat film The Warlords (投名狀 - Tou Ming Zhuang). Film yang diperani Andy Lau, Jet Li, dan Takeshi Kaneshiro tersebut mengisahkan tema yang mirip dengan film The Blood Brothers. Sama nasibnya seperti The Blood Brothers, The Wardlords juga menjadi salah satu film box-office saat perilisannya. Selain itu juga, The Wardlords meraih banyak penghargaan internasional. Beberapa di antaranya Best Film, Best Director, Best Actor, Best Cinematography, Best Cinematography, Best Art Direction, Best Sound Design, Best Visual Effect, dan Best Costume (Hong Kong films Awards), Best Feature Film, serta Best Visual Effects (Golden Horse Awards).

Sunday, 25 November 2018

10 Sekte Terhebat Dunia Kang Aow Wuxia

Setelah sebelumnya saya sudah mengulas tentang sejarah Wuxia (agar tidak penasaran, silakan klik link berikut ini.), maka kali ini saya akan mengulas tentang Sekte-sekte yang ada di dunia wuxia.

Penggemar film wuxia tentu tahu kalau kebanyakan cerita film wuxia bercerita tentang perseteruan antar sekte di mana masing-masing berusaha menjadi yang terbaik di dunia "kang-aow" (istilah bahasa Indonesia : Dunia Persilatan). Menjadi yang sekte yang terbaik, tidak saja meningkatkan pamor mereka, tetapi juga kekayaan karena banyak orang akan mendaftar untuk menjadi pengikut dan murid sekte tersebut. Kekayaan ini belum termasuk upah yang mereka terima jika menerima "pekerjaan" dari orang kaya, saudagar, bahkan Raja. Biasanya orang kaya membayar mereka untuk menjadi Penjaga atau Pelindung.

Kalau mau ditulis detil, sebenarnya adalah ratusan sekte yang muncul dalam cerita wuxia. Hampir semuanya adalah sekte fiktif, namun tidak sedikit juga merupakan sekte yang benar-benar pernah ada di Tiongkok zaman dulu. Para penulis cerita wuxia kadang-kadang menggunakan sekte asli agar cerita yang mereka buat seolah-olah nyata dan benar-benar terjadi. Hal ini terbukti berhasil karena banyak orang mengira cerita-cerita seperti The Legend of Condor Heroes, Demi-Gods and Semi Devils, maupun The Proud Smiling Wanderer adalah kisah nyata. Padahal semuanya hanya cerita fiksi belaka.

Berikut ini saya paparkan daftar 10 sekte dunia wuxia yang cukup terkenal dan sering disebut-sebut. Apakah sekte ini benar-benar ada?

1. SEKTE KAYPANG (丐幫 - Gay Pang)
Sekte Kaypang - lebih dikenal dengan sebutan "Sekte Pengemis" - adalah salah satu sekte yang sangat populer dan paling sering muncul di kisah-kisah wuxia. Sekte ini pertama kali disebut di novel The Legend of Condor Heroes (射鵰英雄傳 - Sen Diao Ying Xiong Chuan) karya Jing Yong yang dirilis tahun 1957. Setelah itu, sekte ini pun sering disebut-sebut dan muncul juga di novel-novel lain, termasuk karya Gu Long dan Wo Long Sheng. Sakin seringnya disebut, banyak orang menduga kalau sekte ini benar-benar ada.

Faktanya sekte ini hanyalah sekte fiksi belaka. Menurut cerita Jing Yong, Sekte Kaypang merupakan salah satu sekte tertua di Tiongkok karena sudah ada sejak zaman Dinasti Han (221 - 206 Sebelum Masehi). Para anggota sekte ini semuanya adalah pengemis berpakaian compang-camping dan membawa tongkat. Karena kondisi perekonomian Tiongkok di masa lalu yang kurang baik, maka banyak orang miskin dan gelandangan yang tersebar merata di seluruh dataran Tiongkok. Dengan kondisi demikian, mereka dengan mudah dapat membaur dengan masyarakat, sehingga keberadaan mereka tidak mudah terdeteksi.

Namun dengan berjalannya waktu, Kaypang terpecah menjadi 2 kelompok : Kelompok Pakaian Kotor (污衣派 - Wu Yi Bai) dan Kelompok Pakaian Bersih (淨衣派 - Jing Yi Bai). Kelompok Pakaian Kotor adalah kelompok para pengemis yang bekerja dengan meminta-minta. Sedangkan Kelompok Pakaian Bersih adalah orang-orang yang tidak bekerja sebagai pengemis, tetapi tetap saja kerjanya meminta-minta (meski tidak dengan cara mengemis).  

Setiap anggota Kaypang membawa kantong. Jumlah kantong mengindikasikan tingkat kedudukannya dalam organisasi. Semakin banyak kantong yang dibawa, semakin tinggi pula jabatannya.

Kaypang terkenal karena memiliki 2 jurus maut paling hebat di jagat raya. Jurus itu adalah Jurus 18 Tapak Naga Langit (降龙十八掌 - Xiang Long Se Ba Zhang) dan Tongkat Pemukul Anjing (打狗棒法 - Da Gou Bang Fa). Kedua jurus ini merupakan jurus super sakti yang hanya diajarkan turun-temurun kepada Para Pemimpin Kelompok Kaypang.

Dalam kisah Legend of Condor Heroes, Kwee Cheng diajari Hong Qi Gong - Pemimpin Kaypang Utara - Jurus 18 Tapak Naga Langit. Sedangkan Huang Rong - kekasih Kwee Cheng - diajari ilmu Tongkat Pemukul Anjing.

Selain kedua jurus tersebut, Kaypang juga memiliki jurus lain bernama Jurus Mabuk / Jurus Dewa Mabuk (醉拳 - Zhui Chien). Dalam cerita berbeda, dikisahkan bahwa salah seorang Pemimpin Kaypang bernama Su Chi Er / Suzha Er Chan / Pengemis Su menciptakan Jurus Mabuk yang disebut sebagai jurus paling aneh sekaligus mematikan.  Jurus ini kemudian diturunkan kepada Wong Fei Hung, yang tidak lain adalah Ahli Kungfu dari Foshan, Guang Dong. 

Selain muncul di kisah The Legend of Condor Heroes dan Return of Condor Heroes, Sekte Kaypang juga muncul di hampir semua novel karya Jing Yong, seperti The Heaven Sword and Dragon Saber / To Liong To, Demi-Gods and Semi Devils / Tien Long Ba Bu, The Smiling Proud Wanderer / Pendekar Hina Kelana, The Duke of Mount Deer / Pangeran Bukit Menjangan.

Gu Long juga memasukkan Sekte Kaypang ke dalam novel-novel karyanya. Adapun cerita yang menampilkan sekte ini adalah novel serial Chu Liu Xiang / Pendekar Harum.



2. SEKTE WUDANG (武當派 - Wu Dang Bai)
Sekte ini dikenal dengan banyak nama : Butong Pay, Sekte Butong, dan Wu Dang. Banyak orang mengira sekte ini adalah sekte yang benar-benar ada lantaran pendirinya adalah Zhang Sang Feng / Thio Sam Hong (张三丰), yang tidak lain adalah seorang Biarawan Tao ternama yang menciptakan Jurus Tai-Chi (太极拳 - Taiji-chuan).

Zhang Sang Feng memang pencipta Jurus Tai-Chi yang legendaris, tetapi dia tidak pernah mendirikan sekte apapun. Istilah Sekte Wudang muncul setelah Jing Yong memunculkan sosok ini dalam novelnya The Heaven Sword and Dragon Saber / To Liong To (1961) di mana Zhang Sang Feng dikisahkan merupakan Pemimpin Biara Wu Dang (Butong Pay) yang terletak di Gunung Wu Dang. Dalam kenyataannya, Zhang Sang Feng memang mendirikan biara di Gunung Wu Dang yang disebut Biara Wu Dang. Namun biara itu merupakan biara tempat orang bersemedi dan belajar ilmu Tao. Tidak ada kaitannya dengan sekte maupun perkumpulan apapun.

Dalam versi The Heaven Sword and Dragon Saber, Zhang Sang Feng aslinya bernama Zhang Jun Bao dan merupakan salah satu murid Shaolin. Karena mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari para saudara seperguruannya, Jun Bao akhirnya meninggalkan Shaolin dan membuat Sekte bernama Sekte Butong / Butong Pay. Latar belakang inilah yang menjadi alasan Shaolin dan Wudang dikisahkan sering bertikai.

Meski Jun Bao berasal dari Shaolin, namun dia tidak memiliki dasar Shaolin. Karena itu yang diajarkan di Sekte Wudang adalah Ajaran Tao. Berdasarkan Ajaran Tao inilah maka lahirnya Jurus Tai Chi. Jurus ini sendiri terbagi menjadi 2 : Tai Chi Chuan adalah jurus Tai-Chi menggunakan tangan kosong, dan Tai Chi Cien (太极剑 - Pedang Tai Chi) adalah Jurus Tai-Chi menggunakan Pedang. Selain itu, Wudang juga terkenal dengan jurus tenaga dalam yang dikenal dengan Jurus Qing Gong (轻功 - Jurus Tenaga Dalam).

Dalam kisah The Smiling Proud Wanderer / Pendekar Hina Kelana (Jing Yong) dan Bai Fa Mo Ni Quan / Legenda Pendekar Siluman Berambut Putih, Wudang dikisahkan sebagai Sekte paling berkuasa di dunia Kang-Aow (Dunia Persilatan) dan selalu bersaing dengan Shaolin.



3. SEKTE HUA SAN (華山派 - Hua San Bai)
Hua San merupakan salah satu sekte yang paling sering diulas di kisah wuxia. Sekte ini pertama kali diulas di kisah The Smiling Proud Wanderer / Pendekar Hina Kelana, di mana sekte pimpinan Yue Bu Qun ini merupakan salah satu anggota Aliansi Sekte Pedang Lima Gunung. Yue Bu Qun sendiri adalah Pemimpin Generasi ke-13 dari Sekte Hua San.

Sesuai namanya, Sekte Hua San terletak di Gunung Hua San (terletak di kota Hua Yin, provinsi Sha An Xi, 120 kilometer sebelah timur Kota Xi'an). Awalnya, Sekte Hua San hanya terdiri dari para pendekar ahli pedang. Namun dengan berjalannya waktu, para pendekar Hua San kemudian mengembangkan teknik pernafasan dan tenaga dalam, sehingga sebagian pendekar meninggalkan jurus pedang dan berlatih tenaga dalam.

Akibatnya, terjadi pertikaian di dalam tubuh Sekte Hua San di manaPara Pendekar Ahli Pedang berseteru dengan Pendekar Ahli Tenaga Dalam. Karena sering bertikai, Sekte Hua San sering dipandang sebelah mata oleh Sekte lain dan dianggap sebagai Sekte "rendahan". Itulah mengapa dalam novel The Smiling Proud Wanderer, Sekte Hua San agak diacuhkan oleh Sekte Butong, Shaolin, dan Sekte Bulan-Matahari Suci.

Meski demikian, Ling Hu Cong- murid Pemimpin Hua San Yue Bu Qun - berhasil membuat nama Sekte Hua San naik daun setelah dia menguasai Ilmu Pedang 9 Pedang Du Gu (獨孤九劍 - Du Gu Jiu Cien) milik Pendekar Du Gu Qiu Ba.



4. SEKTE MING (明教 - Ming Jiao)
Sekte ini sangat terkenal lantaran pemimpinnya adalah Thio Boe Ki / Zhang Wu Ji, yang tidak lain adalah anak dari Zhang Cui Shan, murid Pimpinan Butong Pay Zhang Sang Feng. Sekte ini pertama kali disebut di novel The Legend of The Condor Heroes, kemudian diulas detil di novel The Heaven Sword and Dragon Saber / To Liong To (1961 - 1963). Kedua novel itu ditulis oleh Jing Yong.

Meski merupakan sekte fiksi, tetapi sebenarnya sekte ini sendiri berdasarkan kehidupan suku Moni Jiao yang tinggal di Persia. Karena itulah kadang-kadang Sekte Ming disebut juga Sekte Mani (摩尼教 - Ma Ni Jiao) atau Sekte Iblis (魔教 - Mo Jiao) dan disebut berasal dari Persia. Sekte Ming sering difitnah sebagai Sekte Penyebar Ajaran Sesat karena banyak sekte yang tidak menyukai sekte ini. Padahal Sekte Ming adalah sekte yang mengajarkan kebaikan dan ketaatan pada hukum.

Bahkan Sekte Ming adalah sekte yang melakukan pemberontakan menggulingkan gubernur-gubernur yang waktu itu melakukan korupsi (saat pemerintahan Dinasti Yuan). Sayang, aksi mereka dianggap sebagai aksi melawan pemerintah, sehingga banyak pihak yang berusaha menghancurkan mereka. Bahkan 6 Sekte Terbesar di Kang Aow waktu itu (Shaolin, Wu Dang, Ermei, Kunlun, Kong Tong, dan Hua San) bersekutu untuk membasmi sekte ini.

Sekte Ming sempat sangat tersudut dan nyaris hancur, sampai Zhang Wu Ji memutuskan untuk melindungi mereka dengan mengambil tampuk kekuasaan Sekte Ming. Keberadaan Wu Ji di Sekte itu sangat berpengaruh besar, dan membuat semua sekte akhirnya bisa menerima Sekte Ming.



5. SEKTE EMEI (峨嵋派 - E Mei Pai)
Sekte Emei merupakan sekte yang unik karena semua pengikutnya adalah wanita. Sekte ini merupakan salah satu sekte yang sangat populer karena sangat sering tampil di cerita-cerita wuxia. Sekte ini pertama kali diulas di novel The Return of the Condor Heroes di mana dikisahkan Guo Xiang - anak bungsu Guo Jing dan Huang Rong - adalah pendiri sekte ini setelah dia memutuskan untuk hidup menjadi biarawati. Di bawah kepemimpinan Guo Xiang (yang memiliki Pedang Langit (倚天劍 - Chi Tien Cien), Sekte Emei menjadi salah satu sekte yang sangat disegani. 

Dalam novel Sword Stained with Royal Blood, Emei disebut sebagai salah satu dari 4 Sekte Pedang Terhebat di Jagat Persilatan ( 四大劍派 - She Da Cien Bai).

Sedangkan dalam novel seri misteri Lu Xiao Feng berjudul The Kingdom of the Golden Bird karya Gu Long, Emei justru dipimpin oleh seorang Pendekar Pria bernama Dugu Yi He.

Emei memiliki teknik beladiri spesialis pedang. Mereka memiliki jurus andalan 12 Langkah (動功十二桩) dan 6 Jurus Khusus (靜功六大專修功). Jurus pedang tertinggi dan paling mematikan adalah jurus 36 Langkah Dian Xue (三十六式天罡指穴法). Tidak sembarangan orang bisa menguasai jurus terakhir tersebut, sehingga tidak banyak orang yang mewarisi jurus ini.

Selain pedang, para murid Emei juga dibekali dengan jurus yang menggunakan tusuk rambut bernama Tusuk Rambut Emei (峨嵋刺) dan Jepit Rambut Giok (玉女簪).    



6. SEKTE KUNLUN (崑崙派 - Kun Lun Pai)
Sekte Kunlun pun merupakan salah satu sekte terkenal yang sangat sering disebut-sebut dalam berbagai novel wuxia. Nama sekte ini terinspirasi dari nama Gunung Kunlun yang terletak di sebelah barat Tiongkok, dekat perbatasan propinsi Qing Hai dan Xin Jiang. Gunung Kun Lun sendiri bukanlah sebuah tempat yang populer. Namun sejak namanya sering disebut dalam novel-novel wuxia, tempat itu pun menjadi sangat terkenal dan menjadi objek wisata hingga hari ini.

Sekte Kunlun pertama kali diulas di novel The Heaven Sword and Dragon Saber, di mana dikisahkan sekte ini dibentuk di masa Dinassti Zhou di mana pendirinya adalah Raja Wu (1046 - 1043 Sebelum Masehi). Awalnya sekte ini dibentuk sebagai sekte agama yang mengajarkan ajaran Tao. Namun pasca Pendekar He Zu Dao menjadi pemimpin, Sekte Kunlun berubah total menjadi sekte yang mengajarkan ilmu beladiri. Kunlun merupakan sekte ortodok yang melarang para pengikutnya untuk bergaul dengan orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka. Mereka menerima murid pria dan wanita, serta mengizinkan murid-muridnya menikah dengan anggota sendiri.

Selama menjadi pemimpin Kunlun, He Zu Dao merupakan pemimpin yang kejam dan berniat untuk menguasai dunia persilatan. Pemimpin selanjutnya adalah He Tai Chong, yang justru punya kelakuan jauh lebih buruk daripada He Zu Dao. Selain bermental koruptor, He Tai Chong juga melakukan banyak cara busuk untuk bisa menguasai dunia persilatan. Salah satunya adalah dengan mencuri Golok Pembunuh Naga dan mengadu-domba semua pemimpin sekte.



7. SEKTE KONGTONG (崆峒派 - Kong Tong Pai)
Sama seperti Kunlun, Sekte Kontong juga merupakan salah satu sekte ortodok yang cukup terkenal dalam cerita wuxia. Meski disebutkan sebagai salah satu sekte yang sudah cukup senior, Kontong baru pertama kali muncul dalam cerita The Heaven Sword and Dragon Saber. Nama Kongtong sendiri diambil dari nama Barisan Pegunungan Kong Tong yang terletak di Kota Ping Liang, Propinsi Gansu, China. Gunung ini dikenal sebagai gunung suci tempat para pengikut ajaran Tao bermeditasi.

Pendiri Sekte Kongtong adalah Mu Ling Zi, yang mendapatkan wangsit dari orang suci saat dia bermeditasi di Gunung Kongtong. Di bawah kepemimpinan Mu Ling Zi (yang memiliki ilmu bela diri yang sangat luar biasa tinggi), Kongtong menjadi sekte yang cukup disegani dan didapuk sebagai satu dari 5 Sekte Terbesar di masa itu : Shaolin, Butong Pay, Kaypang, Emei, dan Kunlun.

Pada dasarnya ilmu yang diajarkan di Sekte Kongtong adalah ilmu-ilmu tenaga dalam yang berakar dari ajaran Tao. Dalam bertarung, semua pengikut Sekte Kongtong sama sekali tidak pernah menggunakan senjata tradisional seperti pedang, golong, toya, dan sejenisnya. Mereka menciptakan senjata sendiri yang sangat tidak umum namun mematikan. Jurus andalan Sekte Kongtong adalah 7 Pukulan Mematikan (七傷拳) dan Tapak Merak Mengepak (飛鳳手).  


8. SEKTE MAKAM KUNO (古墓派  - Gu Mu Pai)
Penggemar kisah cinta Yang Gu - Xiao Long Ni pasti sudah tidak asing dengan sekte ini. Sekte ini adalah sekte yang sangat terkenal dan ada di kisah The Return of the Condor Heroes. Jing Yong terinspasi nama Makam Kuno / Gu Mu (古墓) dari sebuah tempat bernama sama yang terletak di Gunung Zhong Nan yang terletak di Propinsi Shaanxi, sebelah Selatan Xi'An, China.

Seperti yang dijelaskan dalam kisah The Return of the Condor Heroes, Sekte Makam Kuno didirikan oleh Lin Chao Ying pada masa Dinasti Song. Sekte ini terbilang unik karena para pengikutnya tinggal di bawah tanah, di mana pintu masuknya melalui sebuah kubah yang disebut Makam Kuno. Kubah tersebut dibuat oleh Pemimpin Sekte Quan Zhen bernama Wang Chong Yang, dan merupakan tempat untuk menyimpan senjata serta barang logistik. Tadinya Makam Kuno merupakan tempat yang dipersipakan Wang Chong Yang untuk menghadapi musuh dari Kerajaan Song yang berusaha menjajah penduduk Han.

Lin Chao Ying dan Wang Chong Yang merupakan pasangan kekasih. Meski demikian Wang Chong Yang terlalu memikirkan kepentingan negara sehingga mengabaikan Lin Chao Ying. Karena itu, Lin Chao Ying kemudian memperalat Wang Chong Yang sehingga Makam Kuno beralih pada Lin Chao Ying. Sejak saat itu, Lin Chao Ying mendekam dalam Makam Kuno dan membenci Wang Chong Yang serta Sekte Quan Zhen.

Bahkan untuk menghancurkan Sekte Quan Zhen, Lin Chao Ying membuat khusus jurus Sutra Hati Perawan (玉女心經) yang memiliki gerakan berlawanan dengan jurus Quan Zhen. Namun kelak - setelah Jurus Sekte Quan Zhen dan Jurus Sutra Hati Perawan disatukan - terlihatlah jelas kalau kedua jurus tersebut ternyata saling mengisi.

Sepanjang hidupnya, Lin Chao Ying hanya memiliki 2 orang murid : Xiao Long Ni dan Li Mo Chou. Li Mo Chou kemudian diusir dari Sekte Makam Kuno karena mempelajari ilmu yang sadis dan mengancam keselamatan gurunya.

Yang Guo kemudian menjadi murid Xiao Long Ni. Kelak dalam kisah The Heaven Sword and Dragon Saber, Xiao Long Ni dan Yang Guo menciptakan Jurus Gadis Suci Berpakaian Kuning untuk menghadapi Zhou Zhi Ruo.



9. SEKTE QUANZHEN (全眞 - Quan Zhen)
Sama seperti Bu Tong, Quan Zhen sendiri sebenarnya ada di dunia nyata. Berbeda dengan apa yang diceritakan di cerita wuxia, Quan Zhen pada dasarnya adalah Sekolah yang khusus mengajarkan pelajaran Taoisme.

Pendirinya adalah Wang Chong Yang yang hidup di awal Dinasti Jin (1115 - 1234). Karena merupakan sekolah, maka Quan Zhen banyak mengajarkan tentang hidup sehat dan panjang umur lewat pemahaman soal Tao dan keseimbangan Ying - Yang. Selain mengajarkan Tao, kini Sekolah Quan Zhen juga mengajarkan ajaran Buddha dan Kong Hu Cu.

Dalam cerita fiksi, Quan Zhen dikisahkan sebagai sebuah Sekte yang mengajarkan ilmu bela diri dan Tao. Selain itu, pendirinya - Wang Chong Yang - memiliki hubungan asmara dengan pendiri Sekte Makam Kuno, Lin chao Ying.



10. SEKTE LANGIT DAN BUMI (天地會 - Dien Di Hui)
Dan sekte terakhir yang cukup populer adalah Sekte Langit dan Bumi. Sekte ini pertama kali muncul di kisah The Deer and the Cauldron atau The Duke of Mount Deer (Kisah Pangeran Menjangan) yang ditulis oleh Jing Yong. Meski dikisahkan sebagai sekte fiksi, nyatanya Sekte Langit dan Bumi adalah sekte yang benar-benar ada di dunia nyata.

Sekte Langit dan Bumi dikenal juga dengan nama Sekte Hong Men (洪門) atau Sekte Keluarga Marga Hung. Sekte ini dikenal sebagai kelompok triad dan sangat ditakuti oleh siapapun, termasuk pemerintah dan kepolisian di masa lalu.  Pendiri kelompok ini adalah Ti Xi, Li Amin, Zhu Ding Yuan, dan Tao Yuan. Mereka semua berasal dari wilayah Zhangpu, Fujian (dekat perbatasan Guang Dong). Mereka dipercaya mulai mendirikan Sekte ini sekitar tahun 1761. Sejak didirikan, organisasi ini sudah memfokuskan diri untuk melakukan perampokan, di mana hasil rampokan digunakan untuk mendanai kegiatan revolusi melawan pemerintah yang korup.

Sekte Langit dan Bumi pernah berkolaborasi dengan Shaolin untuk melakukan perlawanan pada Pemerintah Ching dan memunculkan jargon legendaris "Fan Ching Fu Ming" (反清复明) yang berarti "Menentang Ching dan Mengembalikan (Kejayaan Dinasti) Ming".

Dalam  cerita The Duke of Mount Deer, Wei Xiao Bao dikisahkan sebagai Pemimpin dari Sekte Langit dan Bumi yang berlokasi di Beijing. Di sanalah kelak dia akan berjumpa dengan Kaisar Kang Xi dan menjadi sahabat Sang Kaisar. 




Saturday, 24 November 2018

Memahami Makna Kalimat "Dong Ya Bing Fu" (东亚病夫)

Bagi penggemar film kungfu, istilah "Dong Ya Bing Fu" merupakan kalimat yang sangat umum dan sering ditampilkan dalam film tersebut, terutama saat adegan ketiga seorang Pendekar China sedang berhadapan dengan Petarung dari Jepang (kadang-kadang juga orang Bule).

Istilah ini menjadi sangat populer setelah muncul di film Fist of Fury (1972) yang diperani Bruce Lee. Dalam film tersebut, para petarung Jepang menghina para petarung dari Perguruan Ching Wu (Ching Wu Men) sebagai "Dong Ya Bing Fu". Melihat hal itu, Bruce Lee marah dan menghajar para petarung Jepang tersebut. Sejak saat itulah istilah "Dong Ya Bing Fu" sangat sering dipakai di film-film kungfu yang menampilkan perseteruan petarung Tiongkok dan Jepang, serta menjadi jargon yang membakar semangat para petarung Tiongkok.

Sebenarnya "Dong Ya Bing Fu" itu apa sih?

Buat Para Milenial - atau Anda yang lahir di era 1980an - istilah "Dong Ya Bing Fu" (东亚病夫) mungkin akan terasa sangat asing. Bahkan bagi siswa yang bersekolah di Tiongkok sekali pun istilah ini kurang dikenal.

Secara harafiah, "Dong Ya Bing Fu" berarti "Orang Penyakitan dari Asia Timur". Istilah ini merujuk pada kondisi masyarakat Tiongkok di abad 17 - awal abad 20. Pada masa itu, Tiongkok berada dalam kondisi paling terpuruk, baik dalam sektor Ekonomi maupun Politik.

Bagi yang pernah belajar Sejarah, tentu tahu bahwa di masa itu Pemerintahan Tiongkok yang masih dikuasai oleh Kekaisaran harus tunduk kepada para pendatang, khususnya orang Barat (Eropa dan Amerika). Mereka tidak punya kekuatan, sehingga harus tunduk dengan menanda-tangani berbagai Kesepakatan yang sangat merugikan Tiongkok. Salah satu kesepakatan itu adalah Kesepakatan / Perjanjian Nanking (The Treaty of Nanking) yang ditanda-tangani pada tahun 1842 oleh Kekaisaran Dinasti Qing.  Kesepakatan ini memaksa Tiongkok untuk  menyerahkan Hong Kong kepada Pemerintahan Inggris pada tanggal 26 Juni 1843. Kesepakatan ini dikenal juga dengan sebutan "Kesepakatan yang Tidak Seimbang" (不平等条约; Bu Ping Deng Tiao Yue).

Sementara itu, di waktu bersamaan masyarakat Tiongkok - mulai dari kalangan masyarakat rendahan hingga Kekaisaran - terjerat penggunaan opium. Di masa itu, opium dijual sangat bebas dan menjadi komoditi masyarakat Tiongkok. Akibatnya, penduduk di masa itu menjadi sangat malas dan lemah sehingga dengan mudah ditindas oleh Bangsa Asing, termasuk Eropa dan Jepang.

Pemerintah Tiongkok beberapa kali melakukan perlawanan terhadap peredaran Opium. Perlawanan pertama dilakukan pada tahun 1839 lewat jalur diplomasi, di mana Pemerintah Tiongkok mengajukan keberatan atas peredaran opium di negara mereka. Namun alih-alih mendapat respon positif, Pemerintah Tiongkok justru mendapat tekanan yang luar biasa dari Pemerintah Inggris, yang berdampak pada munculnya Perjanjian Nanking dan berpindahnya Hong Kong ke tangan Pemerintah Inggris.

Pada tahun 1856 - 1860, Pemerintah Inggris kembali menekan Pemerintah Tiongkok untuk memberikan akses lebih besar pada peredaran opium. Tekanan ini dilawan oleh Pemerintah Tiongkok, namun justru menjadi bumerang. Perancis kemudian bergabung dengan Tiongkok dan melakukan tekanan lebih keras lagi pada Pemerintah Tiongkok. Selain tersudut, Pemerintah Tiongkok akhirnya dipaksa untuk menyetujui 80 Persetujuan untuk membebaskan Pemerintah Inggris menguasai semua pelabuhan laut Tiongkok agar dapat memasukkan opium ke negara tersebut.

Karena begitu lemahnya posisi Tiongkok di masa itu, negara ini akhirnya mendapat cibiran oleh banyak negara - khususnya Jepang - sebagai "Dong Ya Bing Fu" yang melegenda.

Mengapa Jepang?

Karena huruf Jepang (Kanji) memiliki kesamaan tulisan dan makna dengan aksara Tiongkok.

Jadi kalau nonton film kungfu, Anda tentu kini sudah paham mengapa para pendekar Tiongkok tiba-tiba emosi dan marah ketika membaca plakat bertuliskan "Dong Ya Bing Fu" (东亚病夫) yang dibawa oleh musuh mereka (yang notabene selalu digambarkan oleh Jepang).

Tuesday, 20 November 2018

King Boxer (天下第一拳; 1972)

Banyak orang salah kaprah dan berpikir kalau Bruce Lee adalah aktor Hong Kong pertama yang menembus Hollywood dan mempopulerkan film kungfu pada masyarakat dunia. Padahal justru Lo Lieh-lah aktor Hong Kong pertama yang melakukan semua hal itu. Dan inilah film pertama Hong Kong yang berhasil menembus Hollywood dan pernah membuat Amerika "tergila-gila" dengan film kungfu di era 1970 - akhir 1980an.

Film King Boxer merupakan film produksi Shaw Brothers yang dirilis tahun 1972, dengan sutradara Jeong Chang Hwa (鄭昌和 / 정창화). Dia adalah adalah sutradara Korea Selatan yang banyak melakukan kolaborasi dengan sineas Hong Kong di era 1960 - 1970an. Film King Boxer inilah yang membuat namanya menjadi terkenal secara internasional dan membuatnya mendapatkan kesempatan yang makin besar untuk bekerja sama dengan sineas dunia.

Pemeran utama film ini adalah Lo Lieh. Meski sebelumnya sudah sering bermain film, namun film King Boxer merupakan film pertama di mana Lo Lieh mendapat kesempatan sebagai pemeran utama. Film ini pulalah yang membuat nama Lo Lieh terkenal sebagai aktor Hong Kong Pertama yang berhasil "go international".

Film ini mengisahkan temtang seorang siswa kungfu bernama Chi Hao (Lo Lieh) yang jatuh hati pada Yin Yin (Wang Ping), anak gadis dari gurunya. Ketika sang guru terluka pasca bertarung dengan para begundal, Chi Hao disuruh berguru dengan Shen Chin Pei (Fang Mian) - saudara seperguruan guru Chi Hao - guna mempersiapkan diri menghadapi tunamen kungfu yang akan berlangsung dalam waktu dekat.

Baru belajar beberapa waktu dengan guru barunya, Chi Hao menunjukkan peningkatan kemampuan bela diri yang sangat pesat. Hal ini mengundang rasa kagum Chin Pei, sehingga dia mewariskan jurus andalan mautnya pada Chi Hao, yaitu Jurus Pukulan Besi.

Hal ini menimbulkan rasa iri pada murid-murid Chin Pei, terutama Han Lung, yang merupakan salah satu murid senior Chin Pei. Dia kemudian bersekutu dengan para begundal untuk mencelakai Chi Hao. Mereka berhasil menjebak Chi Hao dan mematahkan tangannya. Dalam kondisi terluka parah, Chi Hao ditolong oleh murid-murid Chin Pei yang bersimpati padanya. Tidak butuh waktu lama, Chi Hao pun pulih dan berhasil mengikuti turnamen kungfu.

Selain memenangi turnamen, Chi Hao akhirnya berhasil membalaskan dendamnya pada orang-orang yang dulu mencelakainya dan membuat tangannya patah.

Film ini dirilis di Hong Kong tanggal 28 April 1972 dengan judul King Boxer. Sedangkan saat dirilis di Amerika Serikat (Maret 1973), film ini berganti judul menjadi "Five Fingers of Death".

Saat dirilis, film ini mendapatkan respon yang biasa-biasa saja dari para kritikus film. Meski demikian, animo penonton justru menunjukkan hal yang sangat positif. Film ini tidak saja sukses di Amerika Serikat, tetapi juga di Kanada dan Eropa. Film ini bahkan meraup keuntungan lebih banyak saat dirilis dalam bentuk video-rental dengan meraup keuntungan US$ 4 juta. Penghasilan ini menjadi penghasilan terbesar sepanjang sejarah di masa itu, karena belum pernah ada film di luar Hollywood yang dilirik penonton sebelumnya. Rekor ini baru dipecahkan film Enter The Dragon (1973) - diperani oleh Bruce Lee - beberapa bulan kemudian, dengan meraup keuntungan US$ 4.25 juta.

Film King Boxer ini pulalah yang menjadi inspirasi pihak Warner Bross untuk kemudian membuat serial televisi bertemakan bela-diri kungfu berjudul Kung Fu (1972 - 1975). Serial televisi yang diperani David Carradine ini menjadi serial televisi Hollywood pertama yang mengangkat budaya bela diri Hong Kong dan menjadi serial paling sukses di masa itu.

Pasca perilisan film King Boxer di Amerika Serikat, masyarakat Amerika menjadi tergila-gila dengan film Kungfu sehingga banyak film Hong Kong yang diimpor dan diedarkan di Hollywood waktu itu.