Setelah sebelumnya saya sudah mengulas tentang sejarah Wuxia (agar tidak penasaran, silakan klik link berikut ini.), maka kali ini saya akan mengulas tentang Sekte-sekte yang ada di dunia wuxia.
Penggemar film wuxia tentu tahu kalau kebanyakan cerita film wuxia bercerita tentang perseteruan antar sekte di mana masing-masing berusaha menjadi yang terbaik di dunia "kang-aow" (istilah bahasa Indonesia : Dunia Persilatan). Menjadi yang sekte yang terbaik, tidak saja meningkatkan pamor mereka, tetapi juga kekayaan karena banyak orang akan mendaftar untuk menjadi pengikut dan murid sekte tersebut. Kekayaan ini belum termasuk upah yang mereka terima jika menerima "pekerjaan" dari orang kaya, saudagar, bahkan Raja. Biasanya orang kaya membayar mereka untuk menjadi Penjaga atau Pelindung.
Kalau mau ditulis detil, sebenarnya adalah ratusan sekte yang muncul dalam cerita wuxia. Hampir semuanya adalah sekte fiktif, namun tidak sedikit juga merupakan sekte yang benar-benar pernah ada di Tiongkok zaman dulu. Para penulis cerita wuxia kadang-kadang menggunakan sekte asli agar cerita yang mereka buat seolah-olah nyata dan benar-benar terjadi. Hal ini terbukti berhasil karena banyak orang mengira cerita-cerita seperti The Legend of Condor Heroes, Demi-Gods and Semi Devils, maupun The Proud Smiling Wanderer adalah kisah nyata. Padahal semuanya hanya cerita fiksi belaka.
Berikut ini saya paparkan daftar 10 sekte dunia wuxia yang cukup terkenal dan sering disebut-sebut. Apakah sekte ini benar-benar ada?
1. SEKTE KAYPANG (丐幫 - Gay Pang)
Sekte Kaypang - lebih dikenal dengan sebutan "Sekte Pengemis" - adalah salah satu sekte yang sangat populer dan paling sering muncul di kisah-kisah wuxia. Sekte ini pertama kali disebut di novel The Legend of Condor Heroes (射鵰英雄傳 - Sen Diao Ying Xiong Chuan) karya Jing Yong yang dirilis tahun 1957. Setelah itu, sekte ini pun sering disebut-sebut dan muncul juga di novel-novel lain, termasuk karya Gu Long dan Wo Long Sheng. Sakin seringnya disebut, banyak orang menduga kalau sekte ini benar-benar ada.
Faktanya sekte ini hanyalah sekte fiksi belaka. Menurut cerita Jing Yong, Sekte Kaypang merupakan salah satu sekte tertua di Tiongkok karena sudah ada sejak zaman Dinasti Han (221 - 206 Sebelum Masehi). Para anggota sekte ini semuanya adalah pengemis berpakaian compang-camping dan membawa tongkat. Karena kondisi perekonomian Tiongkok di masa lalu yang kurang baik, maka banyak orang miskin dan gelandangan yang tersebar merata di seluruh dataran Tiongkok. Dengan kondisi demikian, mereka dengan mudah dapat membaur dengan masyarakat, sehingga keberadaan mereka tidak mudah terdeteksi.
Namun dengan berjalannya waktu, Kaypang terpecah menjadi 2 kelompok : Kelompok Pakaian Kotor (污衣派 - Wu Yi Bai) dan Kelompok Pakaian Bersih (淨衣派 - Jing Yi Bai). Kelompok Pakaian Kotor adalah kelompok para pengemis yang bekerja dengan meminta-minta. Sedangkan Kelompok Pakaian Bersih adalah orang-orang yang tidak bekerja sebagai pengemis, tetapi tetap saja kerjanya meminta-minta (meski tidak dengan cara mengemis).
Setiap anggota Kaypang membawa kantong. Jumlah kantong mengindikasikan tingkat kedudukannya dalam organisasi. Semakin banyak kantong yang dibawa, semakin tinggi pula jabatannya.
Kaypang terkenal karena memiliki 2 jurus maut paling hebat di jagat raya. Jurus itu adalah Jurus 18 Tapak Naga Langit (降龙十八掌 - Xiang Long Se Ba Zhang) dan Tongkat Pemukul Anjing (打狗棒法 - Da Gou Bang Fa). Kedua jurus ini merupakan jurus super sakti yang hanya diajarkan turun-temurun kepada Para Pemimpin Kelompok Kaypang.
Dalam kisah Legend of Condor Heroes, Kwee Cheng diajari Hong Qi Gong - Pemimpin Kaypang Utara - Jurus 18 Tapak Naga Langit. Sedangkan Huang Rong - kekasih Kwee Cheng - diajari ilmu Tongkat Pemukul Anjing.
Selain kedua jurus tersebut, Kaypang juga memiliki jurus lain bernama Jurus Mabuk / Jurus Dewa Mabuk (醉拳 - Zhui Chien). Dalam cerita berbeda, dikisahkan bahwa salah seorang Pemimpin Kaypang bernama Su Chi Er / Suzha Er Chan / Pengemis Su menciptakan Jurus Mabuk yang disebut sebagai jurus paling aneh sekaligus mematikan. Jurus ini kemudian diturunkan kepada Wong Fei Hung, yang tidak lain adalah Ahli Kungfu dari Foshan, Guang Dong.
Selain muncul di kisah The Legend of Condor Heroes dan Return of Condor Heroes, Sekte Kaypang juga muncul di hampir semua novel karya Jing Yong, seperti The Heaven Sword and Dragon Saber / To Liong To, Demi-Gods and Semi Devils / Tien Long Ba Bu, The Smiling Proud Wanderer / Pendekar Hina Kelana, The Duke of Mount Deer / Pangeran Bukit Menjangan.
Gu Long juga memasukkan Sekte Kaypang ke dalam novel-novel karyanya. Adapun cerita yang menampilkan sekte ini adalah novel serial Chu Liu Xiang / Pendekar Harum.
2. SEKTE WUDANG (武當派 - Wu Dang Bai)
Sekte ini dikenal dengan banyak nama : Butong Pay, Sekte Butong, dan Wu Dang. Banyak orang mengira sekte ini adalah sekte yang benar-benar ada lantaran pendirinya adalah Zhang Sang Feng / Thio Sam Hong (张三丰), yang tidak lain adalah seorang Biarawan Tao ternama yang menciptakan Jurus Tai-Chi (太极拳 - Taiji-chuan).
Zhang Sang Feng memang pencipta Jurus Tai-Chi yang legendaris, tetapi dia tidak pernah mendirikan sekte apapun. Istilah Sekte Wudang muncul setelah Jing Yong memunculkan sosok ini dalam novelnya The Heaven Sword and Dragon Saber / To Liong To (1961) di mana Zhang Sang Feng dikisahkan merupakan Pemimpin Biara Wu Dang (Butong Pay) yang terletak di Gunung Wu Dang. Dalam kenyataannya, Zhang Sang Feng memang mendirikan biara di Gunung Wu Dang yang disebut Biara Wu Dang. Namun biara itu merupakan biara tempat orang bersemedi dan belajar ilmu Tao. Tidak ada kaitannya dengan sekte maupun perkumpulan apapun.
Dalam versi The Heaven Sword and Dragon Saber, Zhang Sang Feng aslinya bernama Zhang Jun Bao dan merupakan salah satu murid Shaolin. Karena mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari para saudara seperguruannya, Jun Bao akhirnya meninggalkan Shaolin dan membuat Sekte bernama Sekte Butong / Butong Pay. Latar belakang inilah yang menjadi alasan Shaolin dan Wudang dikisahkan sering bertikai.
Meski Jun Bao berasal dari Shaolin, namun dia tidak memiliki dasar Shaolin. Karena itu yang diajarkan di Sekte Wudang adalah Ajaran Tao. Berdasarkan Ajaran Tao inilah maka lahirnya Jurus Tai Chi. Jurus ini sendiri terbagi menjadi 2 : Tai Chi Chuan adalah jurus Tai-Chi menggunakan tangan kosong, dan Tai Chi Cien (太极剑 - Pedang Tai Chi) adalah Jurus Tai-Chi menggunakan Pedang. Selain itu, Wudang juga terkenal dengan jurus tenaga dalam yang dikenal dengan Jurus Qing Gong (轻功 - Jurus Tenaga Dalam).
Dalam kisah The Smiling Proud Wanderer / Pendekar Hina Kelana (Jing Yong) dan Bai Fa Mo Ni Quan / Legenda Pendekar Siluman Berambut Putih, Wudang dikisahkan sebagai Sekte paling berkuasa di dunia Kang-Aow (Dunia Persilatan) dan selalu bersaing dengan Shaolin.
3. SEKTE HUA SAN (華山派 - Hua San Bai)
Hua San merupakan salah satu sekte yang paling sering diulas di kisah wuxia. Sekte ini pertama kali diulas di kisah The Smiling Proud Wanderer / Pendekar Hina Kelana, di mana sekte pimpinan Yue Bu Qun ini merupakan salah satu anggota Aliansi Sekte Pedang Lima Gunung. Yue Bu Qun sendiri adalah Pemimpin Generasi ke-13 dari Sekte Hua San.
Sesuai namanya, Sekte Hua San terletak di Gunung Hua San (terletak di kota Hua Yin, provinsi Sha An Xi, 120 kilometer sebelah timur Kota Xi'an). Awalnya, Sekte Hua San hanya terdiri dari para pendekar ahli pedang. Namun dengan berjalannya waktu, para pendekar Hua San kemudian mengembangkan teknik pernafasan dan tenaga dalam, sehingga sebagian pendekar meninggalkan jurus pedang dan berlatih tenaga dalam.
Akibatnya, terjadi pertikaian di dalam tubuh Sekte Hua San di manaPara Pendekar Ahli Pedang berseteru dengan Pendekar Ahli Tenaga Dalam. Karena sering bertikai, Sekte Hua San sering dipandang sebelah mata oleh Sekte lain dan dianggap sebagai Sekte "rendahan". Itulah mengapa dalam novel The Smiling Proud Wanderer, Sekte Hua San agak diacuhkan oleh Sekte Butong, Shaolin, dan Sekte Bulan-Matahari Suci.
Meski demikian, Ling Hu Cong- murid Pemimpin Hua San Yue Bu Qun - berhasil membuat nama Sekte Hua San naik daun setelah dia menguasai Ilmu Pedang 9 Pedang Du Gu (獨孤九劍 - Du Gu Jiu Cien) milik Pendekar Du Gu Qiu Ba.
4. SEKTE MING (明教 - Ming Jiao)
Sekte ini sangat terkenal lantaran pemimpinnya adalah Thio Boe Ki / Zhang Wu Ji, yang tidak lain adalah anak dari Zhang Cui Shan, murid Pimpinan Butong Pay Zhang Sang Feng. Sekte ini pertama kali disebut di novel The Legend of The Condor Heroes, kemudian diulas detil di novel The Heaven Sword and Dragon Saber / To Liong To (1961 - 1963). Kedua novel itu ditulis oleh Jing Yong.
Meski merupakan sekte fiksi, tetapi sebenarnya sekte ini sendiri berdasarkan kehidupan suku Moni Jiao yang tinggal di Persia. Karena itulah kadang-kadang Sekte Ming disebut juga Sekte Mani (摩尼教 - Ma Ni Jiao) atau Sekte Iblis (魔教 - Mo Jiao) dan disebut berasal dari Persia. Sekte Ming sering difitnah sebagai Sekte Penyebar Ajaran Sesat karena banyak sekte yang tidak menyukai sekte ini. Padahal Sekte Ming adalah sekte yang mengajarkan kebaikan dan ketaatan pada hukum.
Bahkan Sekte Ming adalah sekte yang melakukan pemberontakan menggulingkan gubernur-gubernur yang waktu itu melakukan korupsi (saat pemerintahan Dinasti Yuan). Sayang, aksi mereka dianggap sebagai aksi melawan pemerintah, sehingga banyak pihak yang berusaha menghancurkan mereka. Bahkan 6 Sekte Terbesar di Kang Aow waktu itu (Shaolin, Wu Dang, Ermei, Kunlun, Kong Tong, dan Hua San) bersekutu untuk membasmi sekte ini.
Sekte Ming sempat sangat tersudut dan nyaris hancur, sampai Zhang Wu Ji memutuskan untuk melindungi mereka dengan mengambil tampuk kekuasaan Sekte Ming. Keberadaan Wu Ji di Sekte itu sangat berpengaruh besar, dan membuat semua sekte akhirnya bisa menerima Sekte Ming.
5. SEKTE EMEI (峨嵋派 - E Mei Pai)
Sekte Emei merupakan sekte yang unik karena semua pengikutnya adalah wanita. Sekte ini merupakan salah satu sekte yang sangat populer karena sangat sering tampil di cerita-cerita wuxia. Sekte ini pertama kali diulas di novel The Return of the Condor Heroes di mana dikisahkan Guo Xiang - anak bungsu Guo Jing dan Huang Rong - adalah pendiri sekte ini setelah dia memutuskan untuk hidup menjadi biarawati. Di bawah kepemimpinan Guo Xiang (yang memiliki Pedang Langit (倚天劍 - Chi Tien Cien), Sekte Emei menjadi salah satu sekte yang sangat disegani.
Dalam novel Sword Stained with Royal Blood, Emei disebut sebagai salah satu dari 4 Sekte Pedang Terhebat di Jagat Persilatan ( 四大劍派 - She Da Cien Bai).
Sedangkan dalam novel seri misteri Lu Xiao Feng berjudul The Kingdom of the Golden Bird karya Gu Long, Emei justru dipimpin oleh seorang Pendekar Pria bernama Dugu Yi He.
Emei memiliki teknik beladiri spesialis pedang. Mereka memiliki jurus andalan 12 Langkah (動功十二桩) dan 6 Jurus Khusus (靜功六大專修功). Jurus pedang tertinggi dan paling mematikan adalah jurus 36 Langkah Dian Xue (三十六式天罡指穴法). Tidak sembarangan orang bisa menguasai jurus terakhir tersebut, sehingga tidak banyak orang yang mewarisi jurus ini.
Selain pedang, para murid Emei juga dibekali dengan jurus yang menggunakan tusuk rambut bernama Tusuk Rambut Emei (峨嵋刺) dan Jepit Rambut Giok (玉女簪).
6. SEKTE KUNLUN (崑崙派 - Kun Lun Pai)
Sekte Kunlun pun merupakan salah satu sekte terkenal yang sangat sering disebut-sebut dalam berbagai novel wuxia. Nama sekte ini terinspirasi dari nama Gunung Kunlun yang terletak di sebelah barat Tiongkok, dekat perbatasan propinsi Qing Hai dan Xin Jiang. Gunung Kun Lun sendiri bukanlah sebuah tempat yang populer. Namun sejak namanya sering disebut dalam novel-novel wuxia, tempat itu pun menjadi sangat terkenal dan menjadi objek wisata hingga hari ini.
Sekte Kunlun pertama kali diulas di novel The Heaven Sword and Dragon Saber, di mana dikisahkan sekte ini dibentuk di masa Dinassti Zhou di mana pendirinya adalah Raja Wu (1046 - 1043 Sebelum Masehi). Awalnya sekte ini dibentuk sebagai sekte agama yang mengajarkan ajaran Tao. Namun pasca Pendekar He Zu Dao menjadi pemimpin, Sekte Kunlun berubah total menjadi sekte yang mengajarkan ilmu beladiri. Kunlun merupakan sekte ortodok yang melarang para pengikutnya untuk bergaul dengan orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka. Mereka menerima murid pria dan wanita, serta mengizinkan murid-muridnya menikah dengan anggota sendiri.
Selama menjadi pemimpin Kunlun, He Zu Dao merupakan pemimpin yang kejam dan berniat untuk menguasai dunia persilatan. Pemimpin selanjutnya adalah He Tai Chong, yang justru punya kelakuan jauh lebih buruk daripada He Zu Dao. Selain bermental koruptor, He Tai Chong juga melakukan banyak cara busuk untuk bisa menguasai dunia persilatan. Salah satunya adalah dengan mencuri Golok Pembunuh Naga dan mengadu-domba semua pemimpin sekte.
7. SEKTE KONGTONG (崆峒派 - Kong Tong Pai)
Sama seperti Kunlun, Sekte Kontong juga merupakan salah satu sekte ortodok yang cukup terkenal dalam cerita wuxia. Meski disebutkan sebagai salah satu sekte yang sudah cukup senior, Kontong baru pertama kali muncul dalam cerita The Heaven Sword and Dragon Saber. Nama Kongtong sendiri diambil dari nama Barisan Pegunungan Kong Tong yang terletak di Kota Ping Liang, Propinsi Gansu, China. Gunung ini dikenal sebagai gunung suci tempat para pengikut ajaran Tao bermeditasi.
Pendiri Sekte Kongtong adalah Mu Ling Zi, yang mendapatkan wangsit dari orang suci saat dia bermeditasi di Gunung Kongtong. Di bawah kepemimpinan Mu Ling Zi (yang memiliki ilmu bela diri yang sangat luar biasa tinggi), Kongtong menjadi sekte yang cukup disegani dan didapuk sebagai satu dari 5 Sekte Terbesar di masa itu : Shaolin, Butong Pay, Kaypang, Emei, dan Kunlun.
Pada dasarnya ilmu yang diajarkan di Sekte Kongtong adalah ilmu-ilmu tenaga dalam yang berakar dari ajaran Tao. Dalam bertarung, semua pengikut Sekte Kongtong sama sekali tidak pernah menggunakan senjata tradisional seperti pedang, golong, toya, dan sejenisnya. Mereka menciptakan senjata sendiri yang sangat tidak umum namun mematikan. Jurus andalan Sekte Kongtong adalah 7 Pukulan Mematikan (七傷拳) dan Tapak Merak Mengepak (飛鳳手).
8. SEKTE MAKAM KUNO (古墓派 - Gu Mu Pai)
Penggemar kisah cinta Yang Gu - Xiao Long Ni pasti sudah tidak asing dengan sekte ini. Sekte ini adalah sekte yang sangat terkenal dan ada di kisah The Return of the Condor Heroes. Jing Yong terinspasi nama Makam Kuno / Gu Mu (古墓) dari sebuah tempat bernama sama yang terletak di Gunung Zhong Nan yang terletak di Propinsi Shaanxi, sebelah Selatan Xi'An, China.
Seperti yang dijelaskan dalam kisah The Return of the Condor Heroes, Sekte Makam Kuno didirikan oleh Lin Chao Ying pada masa Dinasti Song. Sekte ini terbilang unik karena para pengikutnya tinggal di bawah tanah, di mana pintu masuknya melalui sebuah kubah yang disebut Makam Kuno. Kubah tersebut dibuat oleh Pemimpin Sekte Quan Zhen bernama Wang Chong Yang, dan merupakan tempat untuk menyimpan senjata serta barang logistik. Tadinya Makam Kuno merupakan tempat yang dipersipakan Wang Chong Yang untuk menghadapi musuh dari Kerajaan Song yang berusaha menjajah penduduk Han.
Lin Chao Ying dan Wang Chong Yang merupakan pasangan kekasih. Meski demikian Wang Chong Yang terlalu memikirkan kepentingan negara sehingga mengabaikan Lin Chao Ying. Karena itu, Lin Chao Ying kemudian memperalat Wang Chong Yang sehingga Makam Kuno beralih pada Lin Chao Ying. Sejak saat itu, Lin Chao Ying mendekam dalam Makam Kuno dan membenci Wang Chong Yang serta Sekte Quan Zhen.
Bahkan untuk menghancurkan Sekte Quan Zhen, Lin Chao Ying membuat khusus jurus Sutra Hati Perawan (玉女心經) yang memiliki gerakan berlawanan dengan jurus Quan Zhen. Namun kelak - setelah Jurus Sekte Quan Zhen dan Jurus Sutra Hati Perawan disatukan - terlihatlah jelas kalau kedua jurus tersebut ternyata saling mengisi.
Sepanjang hidupnya, Lin Chao Ying hanya memiliki 2 orang murid : Xiao Long Ni dan Li Mo Chou. Li Mo Chou kemudian diusir dari Sekte Makam Kuno karena mempelajari ilmu yang sadis dan mengancam keselamatan gurunya.
Yang Guo kemudian menjadi murid Xiao Long Ni. Kelak dalam kisah The Heaven Sword and Dragon Saber, Xiao Long Ni dan Yang Guo menciptakan Jurus Gadis Suci Berpakaian Kuning untuk menghadapi Zhou Zhi Ruo.
9. SEKTE QUANZHEN (全眞 - Quan Zhen)
Sama seperti Bu Tong, Quan Zhen sendiri sebenarnya ada di dunia nyata. Berbeda dengan apa yang diceritakan di cerita wuxia, Quan Zhen pada dasarnya adalah Sekolah yang khusus mengajarkan pelajaran Taoisme.
Pendirinya adalah Wang Chong Yang yang hidup di awal Dinasti Jin (1115 - 1234). Karena merupakan sekolah, maka Quan Zhen banyak mengajarkan tentang hidup sehat dan panjang umur lewat pemahaman soal Tao dan keseimbangan Ying - Yang. Selain mengajarkan Tao, kini Sekolah Quan Zhen juga mengajarkan ajaran Buddha dan Kong Hu Cu.
Dalam cerita fiksi, Quan Zhen dikisahkan sebagai sebuah Sekte yang mengajarkan ilmu bela diri dan Tao. Selain itu, pendirinya - Wang Chong Yang - memiliki hubungan asmara dengan pendiri Sekte Makam Kuno, Lin chao Ying.
10. SEKTE LANGIT DAN BUMI (天地會 - Dien Di Hui)
Dan sekte terakhir yang cukup populer adalah Sekte Langit dan Bumi. Sekte ini pertama kali muncul di kisah The Deer and the Cauldron atau The Duke of Mount Deer (Kisah Pangeran Menjangan) yang ditulis oleh Jing Yong. Meski dikisahkan sebagai sekte fiksi, nyatanya Sekte Langit dan Bumi adalah sekte yang benar-benar ada di dunia nyata.
Sekte Langit dan Bumi dikenal juga dengan nama Sekte Hong Men (洪門) atau Sekte Keluarga Marga Hung. Sekte ini dikenal sebagai kelompok triad dan sangat ditakuti oleh siapapun, termasuk pemerintah dan kepolisian di masa lalu. Pendiri kelompok ini adalah Ti Xi, Li Amin, Zhu Ding Yuan, dan Tao Yuan. Mereka semua berasal dari wilayah Zhangpu, Fujian (dekat perbatasan Guang Dong). Mereka dipercaya mulai mendirikan Sekte ini sekitar tahun 1761. Sejak didirikan, organisasi ini sudah memfokuskan diri untuk melakukan perampokan, di mana hasil rampokan digunakan untuk mendanai kegiatan revolusi melawan pemerintah yang korup.
Sekte Langit dan Bumi pernah berkolaborasi dengan Shaolin untuk melakukan perlawanan pada Pemerintah Ching dan memunculkan jargon legendaris "Fan Ching Fu Ming" (反清复明) yang berarti "Menentang Ching dan Mengembalikan (Kejayaan Dinasti) Ming".
Dalam cerita The Duke of Mount Deer, Wei Xiao Bao dikisahkan sebagai Pemimpin dari Sekte Langit dan Bumi yang berlokasi di Beijing. Di sanalah kelak dia akan berjumpa dengan Kaisar Kang Xi dan menjadi sahabat Sang Kaisar.
Sunday, 25 November 2018
Saturday, 24 November 2018
Memahami Makna Kalimat "Dong Ya Bing Fu" (东亚病夫)
Bagi penggemar film kungfu, istilah "Dong Ya Bing Fu" merupakan kalimat yang sangat umum dan sering ditampilkan dalam film tersebut, terutama saat adegan ketiga seorang Pendekar China sedang berhadapan dengan Petarung dari Jepang (kadang-kadang juga orang Bule).
Istilah ini menjadi sangat populer setelah muncul di film Fist of Fury (1972) yang diperani Bruce Lee. Dalam film tersebut, para petarung Jepang menghina para petarung dari Perguruan Ching Wu (Ching Wu Men) sebagai "Dong Ya Bing Fu". Melihat hal itu, Bruce Lee marah dan menghajar para petarung Jepang tersebut. Sejak saat itulah istilah "Dong Ya Bing Fu" sangat sering dipakai di film-film kungfu yang menampilkan perseteruan petarung Tiongkok dan Jepang, serta menjadi jargon yang membakar semangat para petarung Tiongkok.
Sebenarnya "Dong Ya Bing Fu" itu apa sih?
Buat Para Milenial - atau Anda yang lahir di era 1980an - istilah "Dong Ya Bing Fu" (东亚病夫) mungkin akan terasa sangat asing. Bahkan bagi siswa yang bersekolah di Tiongkok sekali pun istilah ini kurang dikenal.
Secara harafiah, "Dong Ya Bing Fu" berarti "Orang Penyakitan dari Asia Timur". Istilah ini merujuk pada kondisi masyarakat Tiongkok di abad 17 - awal abad 20. Pada masa itu, Tiongkok berada dalam kondisi paling terpuruk, baik dalam sektor Ekonomi maupun Politik.
Bagi yang pernah belajar Sejarah, tentu tahu bahwa di masa itu Pemerintahan Tiongkok yang masih dikuasai oleh Kekaisaran harus tunduk kepada para pendatang, khususnya orang Barat (Eropa dan Amerika). Mereka tidak punya kekuatan, sehingga harus tunduk dengan menanda-tangani berbagai Kesepakatan yang sangat merugikan Tiongkok. Salah satu kesepakatan itu adalah Kesepakatan / Perjanjian Nanking (The Treaty of Nanking) yang ditanda-tangani pada tahun 1842 oleh Kekaisaran Dinasti Qing. Kesepakatan ini memaksa Tiongkok untuk menyerahkan Hong Kong kepada Pemerintahan Inggris pada tanggal 26 Juni 1843. Kesepakatan ini dikenal juga dengan sebutan "Kesepakatan yang Tidak Seimbang" (不平等条约; Bu Ping Deng Tiao Yue).
Sementara itu, di waktu bersamaan masyarakat Tiongkok - mulai dari kalangan masyarakat rendahan hingga Kekaisaran - terjerat penggunaan opium. Di masa itu, opium dijual sangat bebas dan menjadi komoditi masyarakat Tiongkok. Akibatnya, penduduk di masa itu menjadi sangat malas dan lemah sehingga dengan mudah ditindas oleh Bangsa Asing, termasuk Eropa dan Jepang.
Pemerintah Tiongkok beberapa kali melakukan perlawanan terhadap peredaran Opium. Perlawanan pertama dilakukan pada tahun 1839 lewat jalur diplomasi, di mana Pemerintah Tiongkok mengajukan keberatan atas peredaran opium di negara mereka. Namun alih-alih mendapat respon positif, Pemerintah Tiongkok justru mendapat tekanan yang luar biasa dari Pemerintah Inggris, yang berdampak pada munculnya Perjanjian Nanking dan berpindahnya Hong Kong ke tangan Pemerintah Inggris.
Pada tahun 1856 - 1860, Pemerintah Inggris kembali menekan Pemerintah Tiongkok untuk memberikan akses lebih besar pada peredaran opium. Tekanan ini dilawan oleh Pemerintah Tiongkok, namun justru menjadi bumerang. Perancis kemudian bergabung dengan Tiongkok dan melakukan tekanan lebih keras lagi pada Pemerintah Tiongkok. Selain tersudut, Pemerintah Tiongkok akhirnya dipaksa untuk menyetujui 80 Persetujuan untuk membebaskan Pemerintah Inggris menguasai semua pelabuhan laut Tiongkok agar dapat memasukkan opium ke negara tersebut.
Karena begitu lemahnya posisi Tiongkok di masa itu, negara ini akhirnya mendapat cibiran oleh banyak negara - khususnya Jepang - sebagai "Dong Ya Bing Fu" yang melegenda.
Mengapa Jepang?
Karena huruf Jepang (Kanji) memiliki kesamaan tulisan dan makna dengan aksara Tiongkok.
Jadi kalau nonton film kungfu, Anda tentu kini sudah paham mengapa para pendekar Tiongkok tiba-tiba emosi dan marah ketika membaca plakat bertuliskan "Dong Ya Bing Fu" (东亚病夫) yang dibawa oleh musuh mereka (yang notabene selalu digambarkan oleh Jepang).
Istilah ini menjadi sangat populer setelah muncul di film Fist of Fury (1972) yang diperani Bruce Lee. Dalam film tersebut, para petarung Jepang menghina para petarung dari Perguruan Ching Wu (Ching Wu Men) sebagai "Dong Ya Bing Fu". Melihat hal itu, Bruce Lee marah dan menghajar para petarung Jepang tersebut. Sejak saat itulah istilah "Dong Ya Bing Fu" sangat sering dipakai di film-film kungfu yang menampilkan perseteruan petarung Tiongkok dan Jepang, serta menjadi jargon yang membakar semangat para petarung Tiongkok.
Sebenarnya "Dong Ya Bing Fu" itu apa sih?
Buat Para Milenial - atau Anda yang lahir di era 1980an - istilah "Dong Ya Bing Fu" (东亚病夫) mungkin akan terasa sangat asing. Bahkan bagi siswa yang bersekolah di Tiongkok sekali pun istilah ini kurang dikenal.
Secara harafiah, "Dong Ya Bing Fu" berarti "Orang Penyakitan dari Asia Timur". Istilah ini merujuk pada kondisi masyarakat Tiongkok di abad 17 - awal abad 20. Pada masa itu, Tiongkok berada dalam kondisi paling terpuruk, baik dalam sektor Ekonomi maupun Politik.
Bagi yang pernah belajar Sejarah, tentu tahu bahwa di masa itu Pemerintahan Tiongkok yang masih dikuasai oleh Kekaisaran harus tunduk kepada para pendatang, khususnya orang Barat (Eropa dan Amerika). Mereka tidak punya kekuatan, sehingga harus tunduk dengan menanda-tangani berbagai Kesepakatan yang sangat merugikan Tiongkok. Salah satu kesepakatan itu adalah Kesepakatan / Perjanjian Nanking (The Treaty of Nanking) yang ditanda-tangani pada tahun 1842 oleh Kekaisaran Dinasti Qing. Kesepakatan ini memaksa Tiongkok untuk menyerahkan Hong Kong kepada Pemerintahan Inggris pada tanggal 26 Juni 1843. Kesepakatan ini dikenal juga dengan sebutan "Kesepakatan yang Tidak Seimbang" (不平等条约; Bu Ping Deng Tiao Yue).
Sementara itu, di waktu bersamaan masyarakat Tiongkok - mulai dari kalangan masyarakat rendahan hingga Kekaisaran - terjerat penggunaan opium. Di masa itu, opium dijual sangat bebas dan menjadi komoditi masyarakat Tiongkok. Akibatnya, penduduk di masa itu menjadi sangat malas dan lemah sehingga dengan mudah ditindas oleh Bangsa Asing, termasuk Eropa dan Jepang.
Pemerintah Tiongkok beberapa kali melakukan perlawanan terhadap peredaran Opium. Perlawanan pertama dilakukan pada tahun 1839 lewat jalur diplomasi, di mana Pemerintah Tiongkok mengajukan keberatan atas peredaran opium di negara mereka. Namun alih-alih mendapat respon positif, Pemerintah Tiongkok justru mendapat tekanan yang luar biasa dari Pemerintah Inggris, yang berdampak pada munculnya Perjanjian Nanking dan berpindahnya Hong Kong ke tangan Pemerintah Inggris.
Pada tahun 1856 - 1860, Pemerintah Inggris kembali menekan Pemerintah Tiongkok untuk memberikan akses lebih besar pada peredaran opium. Tekanan ini dilawan oleh Pemerintah Tiongkok, namun justru menjadi bumerang. Perancis kemudian bergabung dengan Tiongkok dan melakukan tekanan lebih keras lagi pada Pemerintah Tiongkok. Selain tersudut, Pemerintah Tiongkok akhirnya dipaksa untuk menyetujui 80 Persetujuan untuk membebaskan Pemerintah Inggris menguasai semua pelabuhan laut Tiongkok agar dapat memasukkan opium ke negara tersebut.
Karena begitu lemahnya posisi Tiongkok di masa itu, negara ini akhirnya mendapat cibiran oleh banyak negara - khususnya Jepang - sebagai "Dong Ya Bing Fu" yang melegenda.
Mengapa Jepang?
Karena huruf Jepang (Kanji) memiliki kesamaan tulisan dan makna dengan aksara Tiongkok.
Jadi kalau nonton film kungfu, Anda tentu kini sudah paham mengapa para pendekar Tiongkok tiba-tiba emosi dan marah ketika membaca plakat bertuliskan "Dong Ya Bing Fu" (东亚病夫) yang dibawa oleh musuh mereka (yang notabene selalu digambarkan oleh Jepang).
Tuesday, 20 November 2018
King Boxer (天下第一拳; 1972)
Banyak orang salah kaprah dan berpikir kalau Bruce Lee adalah aktor Hong Kong pertama yang menembus Hollywood dan mempopulerkan film kungfu pada masyarakat dunia. Padahal justru Lo Lieh-lah aktor Hong Kong pertama yang melakukan semua hal itu. Dan inilah film pertama Hong Kong yang berhasil menembus Hollywood dan pernah membuat Amerika "tergila-gila" dengan film kungfu di era 1970 - akhir 1980an.
Film King Boxer merupakan film produksi Shaw Brothers yang dirilis tahun 1972, dengan sutradara Jeong Chang Hwa (鄭昌和 / 정창화). Dia adalah adalah sutradara Korea Selatan yang banyak melakukan kolaborasi dengan sineas Hong Kong di era 1960 - 1970an. Film King Boxer inilah yang membuat namanya menjadi terkenal secara internasional dan membuatnya mendapatkan kesempatan yang makin besar untuk bekerja sama dengan sineas dunia.
Pemeran utama film ini adalah Lo Lieh. Meski sebelumnya sudah sering bermain film, namun film King Boxer merupakan film pertama di mana Lo Lieh mendapat kesempatan sebagai pemeran utama. Film ini pulalah yang membuat nama Lo Lieh terkenal sebagai aktor Hong Kong Pertama yang berhasil "go international".
Film ini mengisahkan temtang seorang siswa kungfu bernama Chi Hao (Lo Lieh) yang jatuh hati pada Yin Yin (Wang Ping), anak gadis dari gurunya. Ketika sang guru terluka pasca bertarung dengan para begundal, Chi Hao disuruh berguru dengan Shen Chin Pei (Fang Mian) - saudara seperguruan guru Chi Hao - guna mempersiapkan diri menghadapi tunamen kungfu yang akan berlangsung dalam waktu dekat.
Baru belajar beberapa waktu dengan guru barunya, Chi Hao menunjukkan peningkatan kemampuan bela diri yang sangat pesat. Hal ini mengundang rasa kagum Chin Pei, sehingga dia mewariskan jurus andalan mautnya pada Chi Hao, yaitu Jurus Pukulan Besi.
Hal ini menimbulkan rasa iri pada murid-murid Chin Pei, terutama Han Lung, yang merupakan salah satu murid senior Chin Pei. Dia kemudian bersekutu dengan para begundal untuk mencelakai Chi Hao. Mereka berhasil menjebak Chi Hao dan mematahkan tangannya. Dalam kondisi terluka parah, Chi Hao ditolong oleh murid-murid Chin Pei yang bersimpati padanya. Tidak butuh waktu lama, Chi Hao pun pulih dan berhasil mengikuti turnamen kungfu.
Selain memenangi turnamen, Chi Hao akhirnya berhasil membalaskan dendamnya pada orang-orang yang dulu mencelakainya dan membuat tangannya patah.
Film ini dirilis di Hong Kong tanggal 28 April 1972 dengan judul King Boxer. Sedangkan saat dirilis di Amerika Serikat (Maret 1973), film ini berganti judul menjadi "Five Fingers of Death".
Saat dirilis, film ini mendapatkan respon yang biasa-biasa saja dari para kritikus film. Meski demikian, animo penonton justru menunjukkan hal yang sangat positif. Film ini tidak saja sukses di Amerika Serikat, tetapi juga di Kanada dan Eropa. Film ini bahkan meraup keuntungan lebih banyak saat dirilis dalam bentuk video-rental dengan meraup keuntungan US$ 4 juta. Penghasilan ini menjadi penghasilan terbesar sepanjang sejarah di masa itu, karena belum pernah ada film di luar Hollywood yang dilirik penonton sebelumnya. Rekor ini baru dipecahkan film Enter The Dragon (1973) - diperani oleh Bruce Lee - beberapa bulan kemudian, dengan meraup keuntungan US$ 4.25 juta.
Film King Boxer ini pulalah yang menjadi inspirasi pihak Warner Bross untuk kemudian membuat serial televisi bertemakan bela-diri kungfu berjudul Kung Fu (1972 - 1975). Serial televisi yang diperani David Carradine ini menjadi serial televisi Hollywood pertama yang mengangkat budaya bela diri Hong Kong dan menjadi serial paling sukses di masa itu.
Pasca perilisan film King Boxer di Amerika Serikat, masyarakat Amerika menjadi tergila-gila dengan film Kungfu sehingga banyak film Hong Kong yang diimpor dan diedarkan di Hollywood waktu itu.
Film King Boxer merupakan film produksi Shaw Brothers yang dirilis tahun 1972, dengan sutradara Jeong Chang Hwa (鄭昌和 / 정창화). Dia adalah adalah sutradara Korea Selatan yang banyak melakukan kolaborasi dengan sineas Hong Kong di era 1960 - 1970an. Film King Boxer inilah yang membuat namanya menjadi terkenal secara internasional dan membuatnya mendapatkan kesempatan yang makin besar untuk bekerja sama dengan sineas dunia.
Pemeran utama film ini adalah Lo Lieh. Meski sebelumnya sudah sering bermain film, namun film King Boxer merupakan film pertama di mana Lo Lieh mendapat kesempatan sebagai pemeran utama. Film ini pulalah yang membuat nama Lo Lieh terkenal sebagai aktor Hong Kong Pertama yang berhasil "go international".
Film ini mengisahkan temtang seorang siswa kungfu bernama Chi Hao (Lo Lieh) yang jatuh hati pada Yin Yin (Wang Ping), anak gadis dari gurunya. Ketika sang guru terluka pasca bertarung dengan para begundal, Chi Hao disuruh berguru dengan Shen Chin Pei (Fang Mian) - saudara seperguruan guru Chi Hao - guna mempersiapkan diri menghadapi tunamen kungfu yang akan berlangsung dalam waktu dekat.
Baru belajar beberapa waktu dengan guru barunya, Chi Hao menunjukkan peningkatan kemampuan bela diri yang sangat pesat. Hal ini mengundang rasa kagum Chin Pei, sehingga dia mewariskan jurus andalan mautnya pada Chi Hao, yaitu Jurus Pukulan Besi.
Hal ini menimbulkan rasa iri pada murid-murid Chin Pei, terutama Han Lung, yang merupakan salah satu murid senior Chin Pei. Dia kemudian bersekutu dengan para begundal untuk mencelakai Chi Hao. Mereka berhasil menjebak Chi Hao dan mematahkan tangannya. Dalam kondisi terluka parah, Chi Hao ditolong oleh murid-murid Chin Pei yang bersimpati padanya. Tidak butuh waktu lama, Chi Hao pun pulih dan berhasil mengikuti turnamen kungfu.
Selain memenangi turnamen, Chi Hao akhirnya berhasil membalaskan dendamnya pada orang-orang yang dulu mencelakainya dan membuat tangannya patah.
Film ini dirilis di Hong Kong tanggal 28 April 1972 dengan judul King Boxer. Sedangkan saat dirilis di Amerika Serikat (Maret 1973), film ini berganti judul menjadi "Five Fingers of Death".
Saat dirilis, film ini mendapatkan respon yang biasa-biasa saja dari para kritikus film. Meski demikian, animo penonton justru menunjukkan hal yang sangat positif. Film ini tidak saja sukses di Amerika Serikat, tetapi juga di Kanada dan Eropa. Film ini bahkan meraup keuntungan lebih banyak saat dirilis dalam bentuk video-rental dengan meraup keuntungan US$ 4 juta. Penghasilan ini menjadi penghasilan terbesar sepanjang sejarah di masa itu, karena belum pernah ada film di luar Hollywood yang dilirik penonton sebelumnya. Rekor ini baru dipecahkan film Enter The Dragon (1973) - diperani oleh Bruce Lee - beberapa bulan kemudian, dengan meraup keuntungan US$ 4.25 juta.
Film King Boxer ini pulalah yang menjadi inspirasi pihak Warner Bross untuk kemudian membuat serial televisi bertemakan bela-diri kungfu berjudul Kung Fu (1972 - 1975). Serial televisi yang diperani David Carradine ini menjadi serial televisi Hollywood pertama yang mengangkat budaya bela diri Hong Kong dan menjadi serial paling sukses di masa itu.
Pasca perilisan film King Boxer di Amerika Serikat, masyarakat Amerika menjadi tergila-gila dengan film Kungfu sehingga banyak film Hong Kong yang diimpor dan diedarkan di Hollywood waktu itu.
Subscribe to:
Posts (Atom)