Thursday, 11 October 2018

The Monkey Goes West (西遊記, 1966)

Kisah Kera Sakti Sun Go Kong adalah salah satu kisah klasik Tiongkok yang paling sering diadaptasi, baik ke bentuk drama radio, drama panggung, film layar lebar, maupun serial televisi. Selain berisi ajaran Buddha, kisah Perjalanan Ke Barat (西遊記, Journey To The West) juga menampilkan karakter yang sangat menarik dan memorabel. Sehingga wajar jika kisahnya selalu diadaptasi.

Radio Suara Indah pernah menayangkan secara live pembahasan dwilogi film layar lebar A Chinese Odyssey (1992 - 1993) yang diperani Stephen Chow. Nah, kali ini kita akan membahas film adaptasi lain dari kisah Si Kera Sakti berjudul The Monkey Goes West.

Meski bukan adaptasi pertama dari Kisah Kera Sakti, namun film ini layar saya ulas karena film ini merupakan film layar lebar adaptasi kisah Perjalanan Ke Barat / Journey To The West kedua yang dibuat dalam bentuk serial. Film ini dibuat dalam 4 seri, yaitu : The Monkey Goes West (1966), Princess Iron Fan (1966), The Cave of Silken Web (1967), dan The Lady of Many Parfumes (1968). The Monkey Goes to West menjadi salah satu film box-office Hong Kong di masa itu, yang mana kemudian sering diadaptasi menjadi drama panggung dan sandiwara radio.

Film ini disutradarai oleh Ho Meng Hua, dengan diperani Elliot Ngok / Yueh Hua (Sun Go Kong), Ho Fang (Biarawan Thang San Zhang), Pang Fang (Ti Pat Kay / Zhu Ba Jie), dan Shun Tien (Sandy / Sha Wu Jing).

The Monkey Goes West mengisahkan tentang Biarawan Thang San Zhang yang mendapat tugas dari Buddha untuk melakukan perjalanan suci ke Barat guna mendapatkan Kitab Tripitaka. Karena perjalanan yang berat dan berbahaya, maka Buddha mempertemukan Biarawan Thang dengan beberapa siluman yang akan menjadi murid dan menemani perjalanannya : Sun Go Kong, Zhu Ba Jie, dan Sha Wu Jing.

Dalam perjalanan menuju ke barat, mereka banyak berhadapan dengan siluman yang berniat menculik Biarawan Thang. Konon siapapun yang memakan daging Biarawan Thang bisa hidup selamanya. Untuk itu, Sun Go Kong, Ba Jie, dan Wu Jing bahu-membahu melindungi gurunya sekaligus menjaganya agar bisa tiba di Negeri Barat dengan selamat.

Film produksi Shaw Brothers ini menggunakan efek khusus yang tergolong canggih di masanya. Selain menampilkan sosok monster raksasa (yang gerakannya dibuat dengan teknik "stop-motion" yang masih tergolong rumit di waktu itu), film ini juga menggunakan banyak efek khusus terutama sinar laser dan efek perubahan tubuh Go Kong menjadi raksasa. Film ini juga dibuat dalam bentuk semi-musikal, di mana dalam beberapa bagian ada nyanyian bergaya opera Huang Mei. Dengan durasi 117 menit, mungkin film ini terasa sangat panjang dan membosankan. Tetapi pada masanya, film ini justru sangat menarik dan disukai banyak penonton.



DO YOU KNOW? 
Jika film Monkey Goes West adalah film serial kedua, tentu Anda bertanya film apakah yang menjadi film pertama adaptasi Journey to the West? Film tersebut adalah The Cave of the Silken Web (盘丝洞, Pan Si Dong). Film bisu ini diproduksi tahun 1927 dan menjadi film pertama hasil adaptasi novel Journey to The West karya Wu Cheng En ini.

The Cave of the Silken Web disutradarai Dan Du Yu, dengan pemeran Yin Ming Zhu, Xia Pei Zhen, Wu Wen Chao, dan Jiang Mei Kang. Film ini terbilang cukup sukses sehingga dibuat sekuelnya berjudul The Cave of the Silken Web (续盘丝洞, Xu Pan Si Dong) pada tahun 1930.

Film The Cave of the Silken Web yang berdurasi 60 menit ini sempat dinyatakan hilang saat Perang Dunia Pertama, namun berhasil ditemukan kembali pada tahun 2013. Saat ini versi asli film ini telah tersimpan dengan baik di National Library di Mo I Rana, Norwegia. Film ini kemudian diputar kembali untuk pertama kalinya di abad 21 di Festival Films of the South (2013) di Oslo.


Friday, 5 October 2018

Wuxia Legend - FU SHENG (傅聲 )


Nama Fu Sheng tentu bukan nama asing bagi para penggemar film wuxia di era 1970an. Dia adalah mega-super star Hong Kong yang sangat populer di era tersebut. Fu Sheng (atau dikenal juga dengan nama Alexander Fu Sheng) adalah aktor Hong Kong papan atas di masa itu yang banyak bermain di film bergenre wuxia produksi Shaw Brothers. Banyak film yang diperaninya adalah film-film box-office. Selain itu, Fu Sheng sering dipertemukan dengan banyak aktor Hong Kong papan atas dalam sebuah film, sehingga namanya menjadi sangat cepat terkenal.

Lahir di Hong Kong pada tanggal 20 Oktober 1954 dengan nama Cheung Fu Sheng (張富聲), dia adalah anak dari keluarga kaya-raya di Hong Kong. Semasa kecilnya, Fu Sheng tinggal di Hawaii bersama keluarganya. Sejak usia 5 tahun, dia sudah diajari judo dan karate.

Pada tahun 1971, Fu Sheng kembali ke Hong Kong dan mengambil sekolah Drama di Shaw Brothers. Kemampuan aktingnya menarik perhatian Sutradara Chang Cheh yang kemudian meminta Liu Chia Liang / Lau Kar Leung (劉家良) - koreografer bela diri kawakan Hong Kong -  membekali Fu Sheng dengan kemampuan beladiri.

Setelah berlatih selama 6 bulan, Fu Sheng kemudian diajak bermain film The 14 Amazons (十四女英豪 - Shi Si Nu Ying Hao; 1972). Di film yang diperani aktris kawakan Ivy Ling Po tersebut, Fu Sheng menjadi figuran. Selanjutnya, Fu Sheng mendapat kesempatan untuk mendalami kemampuan aktingnya dengan banyak terlibat dalam berbagai film wuxia dan eksyen sebagai figuran. Barulah pada tahun 1973, Chang Cheh mempercayakannya untuk menjadi pemeran utama di film eksyen modern Police Force (1973).

Pasca bermain di film eksyen modern, Fu Sheng mulai banyak dipercaya menjadi pemeran utama di film-film wuxia produksi Shaw Brothers lainnya. Beberapa di antaranya adalah Na Cha The Great (1974), Men from The Monastery (1974), Shaolin Martial Arts (1974), 5 Shaolin Masters (1975), Shaolin Temple (1976), dan trilogi legendaris The Brave Archer (1977 - 1979). Di film terakhir, Fu Sheng berperan sebagai Guo Jing / Kwee Ceng, dan film itu mengangkat namanya menjadi aktor mega-super star papan atas, tidak saja di Hong Kong tetapi juga di seluruh kawasan Asia Tenggara.

Sebelum Jackie Chan dikenal sering melakukan sendiri banyak adegan berbahaya, Fu Sheng juga dikenal sebagai aktor yang sering melakukan berbagai aksi berbahaya sendiri. Akibat aksinya itu, dia harus beberapa kali mengalami cedera. Saat proses shooting film The Deadly Breaking Sword (風流斷劍小小刀 - Feng Liu Duan Jian Xiao Xiao Dao, 1976), tali yang menggantung Fu Sheng saat beradegan meloncat, terputus. Akibatnya Fu Sheng terjadi dari ketinggian lebih dari 10 meter dan mendarat dengan kepala terlebih dahulu mendarat ke tanah. Akibatnya dia harus dirawat cukup lama di rumah sakit.

Saat melakukan shooting film Heroes Shed No Tears ( 英雄無淚 - Ying Xing Wu Lei, 1979), tulang kaki kanan Fu Sheng remuk setelah dia terjatuh. Akibatnya dia pun harus beristirahat beberapa bulan sebelum mampu melanjutkan proses shooting kembali.

Meski merupakan seorang mega-super star, karir Fu Sheng tidaklah panjang. Fu Sheng tutup usia pada tanggal 7 Juli 1983 (di usia 28 tahun) dalam sebuah kecelakaan lalu-lintas. Saat meninggal, Fu Sheng sedang dalam proses shooting film Eight Diagram Pole Fighter (五郎八卦棍 - Wu Lang Ba Gua Gun, 1983). Karena kematian Fu Sheng tersebut, maka naskah cerita film tersebut mengalami perubahan di bagian akhir, sehingga di akhir film karakter yang diperani Fu Sheng tidak muncul, dan digantikan oleh aktor Gordon Liu. Meski terkesan absurb dan aneh, namun film ini meraih nominasi Beat Action Choreography di ajang Hong Kong Film Awards (1985).

Semasa hidupnya, Fu Sheng bermain di lebih dari 40 judul film. Mayoritas adalah film wuxia. Selain itu Fu Sheng juga bermain di film drama, komedi, dan eksyen modern.

Fu Sheng & Chen Ni (Jenny Tseng)
Pada tahun 1976, Fu Sheng menikah dengan aktris dan penyanyi asal Macao Jenny Tseng (甄妮 - Chen Ni). Jenny Tseng sendiri waktu itu adalah penyanyi populer di era 1970an. Hingga hari ini pun Jenny Tseng masih merupakan salah satu penyanyi populer Hong Kong yang telah merilis 130 album dengan total penjualan album lebih dari 10 juta kopi di seluruh dunia. Dari pernikahan mereka, Fu Sheng dan Jenny Tseng memiliki seorang anak perempuan bernama Melody Tseng.





Heroes Two (方世玉與洪熙官, 1974)



Apa jadinya jika 2 aktor papan atas memerani karakter legendaris disatukan dalam 1 film? Tentunya akan menjadi film dasyat yang patut ditonton ni. Inilah yang terjadi pada film Heroes Two. Disutradarai oleh Chang Cheh, film ini diperani oleh 2 aktor papan atas Hong Kong di era 1970-an : Alexander Fu Sheng dan Chen Kuan Tai.

Nama Fu Sheng dan Chen Kuan Tai di masa itu sudah menjadi jaminan mutu film wuxia. Apapun yang mereka perani hampir selalu menjadi film box-office, termasuk film yang satu ini. Heroes Two merupakan salah satu film wuxia legendaris Hong Kong karena menampilkan 2 tokoh legendaris dunia persilatan Tiongkok : Fang She Yi dan Hung Si Guan.

Bagi penggemar kisah-kisah wuxia jaman dulu, sosok Fang She Yi dan Hung Si Guan bukanlah sosok asing. Bahkan keduanya adalah tokoh legendaris wuxia yang paling dihormati dunia persilatan Tiongkok.

Fang She Yi atau Fong Sai Yuk (方世玉) adalah pendekar legendaris asal Kota Zhao Qing, Propinsi Guang dong, Tiongkok. Banyak orang menduga sosok ini hanyalah tokoh fiktif karena tidak pernah ada catatan sejarah yang mencatat keberadaan dirinya. Namanya pertama kali dikenal masyarakat lewat cerita-cerita wuxia yang ditulis di masa Dinasti Qing (1644 - 1912) seperti Shalin Xiao Ying Xiong (少林小英雄 - Pendekar Muda dari Shaolin), Wan Nian Qing (萬年青 - Kisah Asmara Sepuluh Ribu Tahun) dan Qian Long You Jiang Nan (乾隆游江南 - Kaisar Qian Long Berkunjung ke Jiang Nan).  Meski demikian, kisah kepahlawanannya sebagai Pendekar Shaolin sangat populer di kalangan penyuka cerita wuxia, dan membuatnya menjadi tersohor hingga hari ini.

Sedangkan Hung Si Guan atau Hung Hei Gun (洪熙官) adalah Pendekar Shaolin Utara yang benar-benar pernah hidup di masa Dinasti Qing. Dia merupakan murid dari Biarawan Jee Sin yang mengajarinya berbagai jurus Shaolin Selatan. Salah satu jurus andalan Hung Qi Guan adalah Jurus Harimau Hitam. Hung Si Guan juga merupakan pencipta jurus Hung Ga / Hung Cia (洪家 - Jurus Keluarga Hung) yang legendaris dan kelak merupakan jurus andalan Sang Maestro Kungfu Wong Fei Hung.

Film Heroes Two bersetting di masa Dinasti Qing, di mana Pemerintah melakukan pembakaran pada Biara Shaolin karena mensinyalir merupakan tempat persembunyian para pemberontak kerajaan. Pasca pembakaran Biara Shaolin, para pendeta Shaolin pun melarikan diri dan menyembunyikan identitas mereka.

Sementara itu, Jendral Manchu Che Kang (Zhu Mu) mencari keberadaan Hung Si Kuan (Cheng Kuan Tai), salah seorang pendekar Shaolin yang diduga sebagai salah seorang pendukung para pemberontak. Dengan menangkap Hung Si Kuan, Jendral Che Kang berharap dapat mendapatkan informasi keberadaan para pemberontak dan menangkap mereka semua. Namun untuk bisa menangkap Hung Si Kuan bukan perkara mudah. Selain karena dia bersembunyi, kemampuan beladiri Hung Si Kuan cukup tinggi dan sulit untuk ditangkap.

Untuk itu, Jendral Che Kang kemudian menyebarkan kabar burung yang mengatakan kalau Hung Si Kuan adalah orang yang membakar Biara Shaolin. Berita itu sampai ke telinga Fang She Yi (Fu Sheng) yang juga murid Shaolin. Tanpa berpikir panjang, dia mencari Hung Si Kuan untuk meminta pertanggung-jawabannya atas kehancuran Biara Shaolin.

Dengan mudah, Fang She Yi berhasil menemukan Hung Si Kuan. Karena sangat emosional, Fang She Yi melabrak Hung Si Kuan dan berhasil mengalahkannya. Setelah Hung Si Kuan tertangkap, Fang She Yi baru menyadari kalau musuh sebenarnya adalah Jendral Che Kang. Karena itu, Fang She Yi kemudian bertemu dengan Kelompok Pemberontak dan bergabung dengan mereka untuk menyelamatkan Hung Si Kuan.

Bersama Hung Si Kuan, Fang She Yi berusaha menangkap Jendral Che Kang. Namun rupanya ilmu bela diri Jendral Che Kang terlalu tinggi, sehingga sangat tidak mungkin untuk dikalahkan. Karena itu, Hung Si Kuan dan Fang She Yi menggabungkan kekuatan mereka untuk melawan Jendral Che Kang yang bengis.

Film ini ditayangkan pertama kali di Hong Kong tanggal 19 Januari 1974 dan meraup keuntungan sebesar HK$ 1,363 juta. Pencapaian ini menjadikan film Heroes Two menjadi salah satu film Hong Kng terlaris di masa itu.