Disiarkan : 24 Desember 2016
Di tahun 1960-an ada seorang Pendekar Wanita Legendaris yang terkenal
bernama Cin Yen Ce atau Si Walet Emas.
Bagi penggemar film wuxia di era 1960-an,
kemungkinan besar pernah mendengar nama Pendekar Wanita yang satu ini.
Cin Yen Ce adalah karakter fiktif yang terdapat
dalam film Come Drink With Me (大醉俠 – Da Zhui Xia),
sebuah film produksi Shaw Brothers – Hong Kong. Film ini pertama kali dirilis di
Hong Kong tanggal 7 April 1966.
Cin Yen Ce adalah seorang pendekar wanita
yang sejak kecil telah menyukai ilmu bela diri, sehingga sejak masih sangat
belia, dia telah mendapatkan pelatihan ilmu bela diri intensif dari Ayahnya,
Jendral Chang Zhi Chun.
Jendral Chang Zhi Chun adalah seorang Jendral
yang dihormati masyarakat Kota 2 Sungai karena kejujuran dan dedikasinya pada
masyarakat.
Ketika ditunjuk Kaisar untuk menjadi Gubernur
di kota tersebut, Jendral Chang Zhi Chun mengangkat Cin Yen Ce dan anak
sulungnya, Cang Bu Qing menjadi Kepala Keamanan Kota. Di bawah pengawasan Cin
Yen Ce dan Cang Bu Qing, Kota 2 Sungai menjadi kota yang sangat aman dari
tindakan kriminal. Nama Cin Yen Ce menjadi terkenal karena dia sangat berani bertarung
sendirian melawan para penjahat. Meski
usianya waktu itu masih sangat belia (sekitar 17 – 19 tahun), Cin Yen Ce mampu
mengalahkan penjahat manapun yang mencoba mengganggu keamanan di Kota 2 Sungai.
Karena kemampuannya itu, Cin Yen Ce sering
dimintai bantuan Gubernur-gubernur dari kota lain untuk menghadapi para
penjahat yang mengganggu ketentraman kota. Alhasil, karena sering memberantas
para penjahat, nama Cin Yen Ce sangat terkenal dan ditakuti oleh para penjahat
mana pun.
Saat pertama kali dirilis tahun 1966, film
Come Drink With Me sebenarnya tidak sukses dan kurang mendapat tanggapan yang
positif. Tetapi ketika dirilis di Amerika Serikat beberapa bulan kemudian, film
tersebut meraih kesuksesan luar biasa.
Berita tentang kesuksesan film Come Drink
With Me di Amerika Serikat tersebar luas di Tiongkok dan Hongkong, membuat
banyak penonton yang kemudian penasaran dan ingin tahu tentang film tersebut.
Karena itu, ketika dirilis ulang di Hong Kong
setahun kemudian, film Come Drink With Me langsung melejit dan menjadi film
terlaris di masa itu. Berkat film ini, nama aktris Cheng Pei Pei yang waktu itu baru berusia 19 tahun langsung
melejit menjadi Aktris Papan Atas Hong Kong. Selain itu, karakter Cin Yen Ce
yang diperani Cheng Pei Pei menjadi sangat terkenal pasca perilisan film Come
Drink With Me.
Para Kritikus Film Dunia menyebut film Come
Drink With Me sebagai salah satu film terbaik Hong Kong dan hingga hari ini
dianggap sebagai Film Klasik Wuxia Terbaik yang pernah ada sepanjang sejarah
perfilman Hong Kong. Film ini terbilang unik karena tidak menampilkan
koreografi pertarungan layaknya film wuxia Hong Kong yang menggunakan gerakan
koreografi pertarungan, tetapi justru menampilkan gerakan pertarungan seperti
tarian.
Film Come Drink With Me terbilang unik karena
memasukkan adegan bernyanyi sebagai bagian dari cerita film. Adegan ini mengadaptasi
pertunjukan Opera Beijing yang memasukkan unsur nyanyian sebagai bagian dari
cerita. Gaya ini menjadi tren yang kemudian digunakan oleh banyak film Hong
Kong, khususnya film-film wuxia yang beredar di era 1970 – 1990an. Beberapa
film yang menggunakan tren seperti adalah Shaolin Temple, Kids from Shaolin,
Swordsman, dan dwilogi Fong Sai Yuk.
Film Come Drink With Me banyak menampilkan adegan
yang kelak menjadi ikonik dan ditiru oleh film-film lain. Misalnya pertarungan
antara Cin Yen Ce melawan para bandit di dalam penginapan. Pertarungan di ruang
tertutup itu merupakan hal baru yang belum pernah ditampilkan sebelumnya di
film-film wuxia. Biasanya dalam film wuxia, pertarungan selalu dilakukan di
lapangan terbuka atau tempat luas. Adegan ini kemudian menginspirasi banyak
film eksyen Hong Kong selanjutnya yang juga menggunakan adegan pertarungan di
dalam ruangan. Beberapa diantaranya
adalah Dragon Inn (1967), Game of Death (1973), Once Upon A Time in China
(1990), Fearless (2014), dan Ip Man 3 (2015).
Selain itu, film ini juga menampilkan adegan seorang
bandit melempar Cin Yen Ce dengan kursi yang disambut enteng oleh Cin Yen Ce.
Adegan penggunaan kursi sebagai senjata tersebut menginspirasi Jackie Chan yang
kemudian menampilkan adegan perkelahian menggunakan kursi sebagai senjata
melawan musuh-musuhnya. Adegan ini menjadi ikonik dan sering dipakai Jackie
Chan di beberapa filmnya.
Film ini juga menampilkan adegan perkelahian yang
tidak umum lainnya, yaitu pertarungan menggunakan “Chi” (Tenaga Dalam) yang
digambarkan dengan keluarnya semburan asap dari telapak tangan. Penggunaan ilmu tenaga dalam ini juga menjadi
ikonik yang kemudian banyak ditiru oleh film-film wuxia lain, dan melahirkan
genre wuxia baru, yaitu Wuxia Fantasi. Dalam Genre Wu Xia Fantasi, para
pendekar menggunakan pukulan jarak jauh seperti gelombang energi, di mana jika
pukulan itu menghantam tanah akan menimbulkan rangkaian ledakan yang dramatis.
Genre ini sangat populer di era 1970-pertengahan 1980an. Film-film produksi
Shaw Brothers banyak memproduksi film yang menggunakan adegan penggunaan tenaga
dalam seperti yang ditampilkan di film Come Drink With Me.
Dengan semakin berkembangnya teknologi film, di mana
teknik efek khusus juga semakin canggih maka adegan yang menampilkan penggunaan
tenaga dalam pun dapat dibuat lebih dramatis lagi. Di tahun 1980-an, efek
khusus yang menampilkan serangan tenaga dalam dibuat sangat fantastis dengan
tambahan efek sinar yang keluar dari tangan saat seorang pendekar melepaskan
energi tenaga dalamnya. Penggunaan efek khusus tembakan sinar tersebut
terinspirasi dari film layar lebar Star Wars. Efek khusus ini tidak saja
dipakai di film layar lebar, tetapi juga digunakan di serial-serial televisi
Hong Kong. Beberapa film layar lebar dan
serial televisi yang cukup terkenal dan menggunakan efek khusus seperti ini di
antaranya Return of the Condor Heroes (Sen Tiaw Xia Li), Demi Gods and Semi
Devils (Thien Long Ba Bu), Buddha’s Magic Palms (Ju Lai Seng Cang), Journey to
the West (Xi You Ci), 8 Immortals (Ba Xien Guo Hai), dan lain-lain.
Dan hal lain yang cukup ikonik dari film ini adalah
pertarungan menggunakan senjata tongkat. Mungkin di masa kini, pertarungan
menggunakan tongkat sudah menjadi hal yang sangat umum dan wajar di film-film
wuxia. Namun di masa lalu, film wuxia sebenarnya hanya menampilkan pertarungan senjata
sejenis, yaitu pedang melawan pedang.
Barulah di film Come Drink With Me, Sutradara King Hu menampilkan adegan
pertarungan senjata yang tidak sejenis, yaitu pedang dan tongkat. Pertarungan
ini menjadi sangat ikonik, sehingga di film-film berikutnya, film wuxia tidak
lagi menampilkan pertarungan pedang dengan pedang, tetapi juga pertarungan
dengan senjata yang beragam, mulai dari yang umum seperti pedang, golok, dan pisau,
hingga senjata yang tidak umum seperti Kampak, Nunchaku (Double Stick- Xuang
Cie Kun), tombak, cambuk, gelang besi, jala, ranting pohon, hingga sumpit dan ketapel.
Film Come Drink With Me disutradarai oleh King Hu,
dan diperani oleh Cheng Pei Pei, Yueh Hua, Chan Hung Lit, Lee Wan Chung, Ku
Feng, Cheng Siau Tung, dan Yang Chi Hing. Meski merupakan produksi film Hong
Kong, film berdurasi 91 menit ini menggunakan dialog bahasa Mandarin.
KISAH SANG PENDEKAR
Alkisah Para pasukan kerajaan sedang memindahkan tahanan. Pemindahan tahanan itu dipimpin oleh Jendral
Zhang Bu Qing. Jendral Zhang adalah anak
dari Jendral Zhang Zhi Cun, Gubernur Kota 2 Sungai yang terkenal karena kerap
menangkapi para penjahat kelas kakap.
Di tengah perjalanan, mereka dihadang oleh Kelompok
Lima Jari yang merupakan kelompok perampok yang terkenal karena kesadisan
mereka. Mereka meminta agar Pemimpin mereka dilepaskan. Namun permintan itu
ditolak, sehingga kelompok itu pun menyerang pasukan kerajaan tersebut.
Dalam pertarungan itu, Jendral Zhang ditawan oleh
kelompok tersebut. Mereka kemudian menanyakan di mana pemimpin mereka ditahan.
Namun karena Jendral Zhang tidak tahu tempat penahanan Pemimpin Kelompok Lima
Jari, maka dia pun dipaksa menulis surat pada ayahnya dan meminta Jendral Zhu
Cun melepaskan pemimpin mereka. Jika tidak, maka mereka akan mencabut nyawa
Jendral Zhang.
Ketika mengetahui anaknya ditahan oleh para perampok,
Gubernur Zhi Cun kemudian meminta bantuan Cin Yen Ce (Burung Walet Emas),
seorang pendekar wanita digjaya pengikut setia Gubernur Zhi Cun. Tanpa membuang
waktu, Cin Yen Ce pun mendatangi kota tempat para perampok itu tinggal.
Tiba di kota tersebut, Cin Yen Ce singgah di sebuah
restoran merangkap penginapan bernama Penginapan Gunung Tinggi untuk makan siang. Saat memesan makanan, dia sengaja memesan
menu aneh : 5 ons arak yaang terbuat dari Tulang dan Cakar Harimau. Karena
minuman itu tidak ada, dia pun mengganti pesanannya menjadi 5 ons arak Shao Dao
dan makanan. Pesanan menu Cin Yen Ce
yang aneh itu, segera menarik perhatian para anggota perampok yang secara
kebetulan juga makan di restoran tersebut.
Mereka segera tahu kalau orang yang memesan makanan tersebut adalah Cin
Yen Ce.
Para perampok segera mengusir para pelanggan yang
sedang menikmati makanan mereka di restoran. Setelah semua orang pergi, mereka
pun menutup restoran tersebut. Salah
seorang perampok bernama Xiao Yang Ce menghampiri Cin Yen Ce menanyakan maksud
dan tujuan Cin Yen Ce mendatangi tempat mereka. Cin Yen Ce pun menjelaskan
kalau tujuannya ke sana adalah untuk membebaskan Jendral Zhang, yang tidak lain
adalah kakak kandungnya.
Xiao Yang Ce
mengatakan, jika Cin Yen Ce ingin kakaknya dilepas, maka dia pun meminta
Pemimpinnya juga dilepas. Cin Yen Ce menolak permintaan Xiao Yang Ce. Mendengar
hal itu, Xiao Yang Ce menyuruh rekan-rekannya untuk menghabisi Cin Yen Ce.
Di tengah pertarungan mereka, tiba-tiba datanglah
seorang pengemis misterius bernama Fan Da Bei yang mengganggu pertarungan
mereka. Akhirnya Cin Yen Ce memutuskan untuk menghentikan pertarungan dan
menginap di Penginapan Gunung Tinggi tersebut.
Malam harinya, para perampok mencoba menculik Cin Yen
Ce. Tapi sebelum niat mereka dilakukan, Pengemis Fan Da Bei memasuki kamar Cin
Yen Ce dan mengganggu tidur sang pendekar wanita itu. Dia sengaja membawa Cin
Yen Ce keluar dari kamarnya. Maka ketika para perampok memasuki kamar Cin Yen
Ce, mereka tidak menemukan pendekar tersebut.
Ketika mengetahui Pengemis Fan Da Bei
menyelamatkannya, keesokan paginya Cin Yen Ce menyampaikan ucapan terima
kasihnya. Tetapi Pengemis Fan Da Bei pura-pura tidak paham maksud Cin Yen Ce.
Cin Yen Ce kemudian mengetahui kalau Pengemis Fan Da
Bei dikenal masyarakat sekitar dengan julukan Si Kucing Mabuk. Dan beberapa
orang mengetahui kalau Fan Da Bei memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa,
sehingga banyak orang percaya kalau Fan Da Bei sebenarnya adalah seorang
pendekar yang sedang menyamar.
Meski demikian, bukti kalau Fan Da Bei adalah seorang
pendekar tidak pernah ada. Selain itu, perilakunya yang polos dan lugu, kadang
membuat orang ragu dan tidak percaya kalau dia punya kemampuan bela diri.
Cin Yen Ce mendapatkan kabar kalau para perampok yang
menahan kakaknya bersembunyi di sebuah Biara yang terletak tidak jauh dari
tempat penginapannya. Cin Yen Ce pun menyamar lalu mendatangi biara tersebut
guna menyidiki kebenaran kabar yang dia terima. Namun penyamaran Cin Yen Ce
terbongkar, sehingga dia kemudian dikepung oleh kelompok perampok tersebut.
Pertarungan di antara mereka pun tidak dapat terhindarkan.
Meski dalam pertarungan tersebut, Cin Yen Ce berhasil
melukai banyak anggota perampok yang mengepungnya, tetapi dia kemudian terluka
oleh panah beracun. Untungnya, dia masih bisa melarikan diri dari kepungan para
perampok tersebut. Di tengah perjalanan, dia bertemu dengan Fan Da Bei yang
segera menolongnya.
Beberapa orang perampok yang mencari Cin yen Ce
menemukannya di tempat kediaman Fan Da Bei di dalam hutan. Mereka pun
mendatangi Fan Da Bei untuk mengambil Cin Yen Ce. Tapi Fan Da Bei melindungi
Cin Yen Ce dan bertarung dengan para perampok itu. Mereka pun dengan mudah
dapat dihabisi oleh Fan Da Bei.
Fan Da Bei kemudian berpura-pura menemukan mayat para
perampok dan kemudian mengembalikan mayat tersebut ke biara tempat para
perampok bersembunyi. Dia mendatangi tempat itu untuk mencari informasi
mengenai rencana para perampok.
Di saat bersamaan, pemilik Biara - tempat para
perampok bersembunyi – kembali dari perjalanan jauhnya. Pemilik biara tersebut bernama
Liao Kung, dan ternyata Liao Kung juga adalah anggota perampok tersebut. Liao
Kung mengenali Fan Da Bei, karena Fan Da
Bei adalah adik seperguruannya. Sebelum guru mereka meninggal, Fan Da Bei
diberi pusaka perguruan berupa Tongkat Hijau yang merupakan lambang
kepemimpinan perguruan mereka. Dengan
memiliki Tongkat Hijau,maka Fan Da Bei menjadi pemimpin perguruan. Liao Kung
tidak terima dan berusaha menguasai Tongkat Hijau itu. Fan Da Bei yang tahu
niat jahat kakak seperguruannya itu, kemudian kabur dengan membawa Tongkat
Hijau.
Setelah mengetahui jati diri Fan Da Bei, para
perampok pun mengepung Fan Da Bei. Tapi Fan Da Bei berhasil melarikan diri dan
kembali ke pondok persembunyiannya di hutan.
Meski melarikan diri, namun Liau Kung berhasil
menemukan keberadaan Fan Da Bei. Dia meminta Fan Da Bei menyerahkan Tongkat
Hijau kepadanya. Tetapi Fan Da Bei meminta waktu 3 hari karena dia harus
menuntaskan sebuah tugas. Akhirnya Liau Kung pun setuju dan menunggu 3 hari.
Sementara itu, Jendral Zhi Jun akhirnya setuju untuk
menuruti kemauan para perampok. Dia bersedia melepaskan Pemimpin Perampok
apabila mereka mau melepaskan Jendral Zhang. Para perampok setuju, dan mereka
pun melakukan pertukaran tawanan. Di saat pertukaran tawaran tersebut, Fan Da
Bei sengaja mengacaukan rencana pertukaran tawanan tersebut, sehingga
konsentrasi para perampok teralih.
Pada waktu Fan Da Bei mengalihkan perhatian para
perampok, Cin Yen Ce berhasil menyelamatkan kakaknya - Jendral Zhang - dan
membawanya kabur. Mengetahui Cin Yen Ce menyelamatkan Jendral Zhang, para
perampok pun mengejarnya. Mereka
berhasil mengepung Cin yen Ce dan terjadilah pertarungan di antara mereka.
Liau Kung datang membantu para perampok. Dengan
kemampuan bela dirinya, dia berhasil mengalahkan Cin Yen Ce. Pada saat kritis,
Fan Da Bei datang dan menyelamatkan Cin Yen Ce. Dia pun berhadapan dengan Liau
Kung.
Dalam pertarungan di antara keduanya, Fan Da Bei
berhasil mengalahkan Liau Kung. Meski demikian, dia melepaskan Liau Kung dan
membiarkannya hidup. Namun rupanya Liau Kung tidak terima dikalahkan adik
seperguruannya.
Karena itu, malam harinya dia mendatangi Fan Da Bei
dan mengajaknya berduel kembali. Dalam pertarungan hidup dan mati, Fan Da Bei
akhirnya berhasil membunuh kakak seperguruannya.
Ada adegan menarik dalam film Come Drink With Me yang
bisa jadi renungan kita bersama. Dalam sebuah adegan, ketika Cin Yen Ce ingin menyampaikan
rasa terima kasihnya dengan memberi uang pada Fan Da Bei, Fan Da Bei justru
menolak uang tersebut. Dia tidak mau diberi uang begitu saja. Dia justru
meminta agar Cin Yen Ce mengizinkannya bernyanyi untuk Cin Yen Ce. Setelah
bernyanyi, barulah Fan Da Bei besedia
menerima uang Cin Yen Ce.
Adegan ini sebenarnya merupakan ajaran moral yang
sangat baik bagi kita semua. Hidup miskin tidak menjadi alasan kita harus
pasrah hidup dengan mengharapkan belas-kasihan orang dan meminta-minta. Tapi justru kita harus berusaha lebih kuat
dan bekerja lebih tekun.
Seperti yang ditunjukkan Fan Da Bei. Meski dia adalah
seorang Pendekar Miskin, tetapi dia menolak menerima uang hanya karena alasan
belas kasihan. Dia justru mengajukan diri untuk bekerja dulu sebelum menerima
uang tesebut. Karena baginya, bekerja dulu baru mendapatkan imbalan jauh lebih
terhormat daripada hidup dari meminta-minta, atau meminta imbalan tanpa
melakukan kerja apapun.
Jadi, janganlah kita membiarkan diri untuk hidup dari
meminta-minta atau mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Tetapi
bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Sebab bekerja tidak saja membuat kita
dihargai orang lain, tetapi juga meningkatkan kualitas dan kemampuan diri
kita.
Film ini juga mengajarkan hal lain, bahwa wanita
sebenarnya memiliki kemampuan yang tidak berbeda dengan pria. Ada sebagian
wanita yang merasa minder dan merasa tidak bisa apa-apa. Padahal jika mau
belajar, dia memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan pria. Hari ini YANG GUO
melihat begitu banyak wanita-wanita luar biasa yang telah menjadi inspirasi
banyak orang. Mereka adalah orang-orang
yang dengan berani mendobrak tradisi generasi masa lalu yang menyatakan kalau
wanita hanya pantasnya jadi ibu rumah tangga dan kerjanya di balik dapur saja.
Kenyataannya, wanita pun bisa menjadi Dosen, Profesor, Dokter, bahkan Menteri.
Karena itu, untuk para wanita, jangan takut untuk meraih mimpi. Belajarlah
setinggi mungkin dan yakinlah, bahwa apapun cita-citamu, semuanya mungkin
terwujud.
No comments:
Post a Comment