Wednesday, 22 March 2017

Come Drink With Me (1966) - 大醉俠









Disiarkan : 24 Desember 2016

Di tahun 1960-an ada seorang  Pendekar Wanita Legendaris yang terkenal bernama Cin Yen Ce atau Si Walet Emas.

Bagi penggemar film wuxia di era 1960-an, kemungkinan besar pernah mendengar nama Pendekar Wanita yang satu ini.

Cin Yen Ce adalah karakter fiktif yang terdapat dalam film Come Drink With Me (大醉 – Da Zhui Xia), sebuah film produksi Shaw Brothers – Hong Kong. Film ini pertama kali dirilis di Hong Kong tanggal 7 April 1966.

Cin Yen Ce adalah seorang pendekar wanita yang sejak kecil telah menyukai ilmu bela diri, sehingga sejak masih sangat belia, dia telah mendapatkan pelatihan ilmu bela diri intensif dari Ayahnya, Jendral Chang Zhi Chun.

Jendral Chang Zhi Chun adalah seorang Jendral yang dihormati masyarakat Kota 2 Sungai karena kejujuran dan dedikasinya pada masyarakat.

Ketika ditunjuk Kaisar untuk menjadi Gubernur di kota tersebut, Jendral Chang Zhi Chun mengangkat Cin Yen Ce dan anak sulungnya, Cang Bu Qing menjadi Kepala Keamanan Kota. Di bawah pengawasan Cin Yen Ce dan Cang Bu Qing, Kota 2 Sungai menjadi kota yang sangat aman dari tindakan kriminal. Nama Cin Yen Ce menjadi terkenal karena dia sangat berani bertarung sendirian melawan para penjahat.  Meski usianya waktu itu masih sangat belia (sekitar 17 – 19 tahun), Cin Yen Ce mampu mengalahkan penjahat manapun yang mencoba mengganggu keamanan di Kota 2 Sungai.

Karena kemampuannya itu, Cin Yen Ce sering dimintai bantuan Gubernur-gubernur dari kota lain untuk menghadapi para penjahat yang mengganggu ketentraman kota. Alhasil, karena sering memberantas para penjahat, nama Cin Yen Ce sangat terkenal dan ditakuti oleh para penjahat mana pun. 

Saat pertama kali dirilis tahun 1966, film Come Drink With Me sebenarnya tidak sukses dan kurang mendapat tanggapan yang positif. Tetapi ketika dirilis di Amerika Serikat beberapa bulan kemudian, film tersebut meraih kesuksesan luar biasa.

Berita tentang kesuksesan film Come Drink With Me di Amerika Serikat tersebar luas di Tiongkok dan Hongkong, membuat banyak penonton yang kemudian penasaran dan ingin tahu tentang film tersebut.

Karena itu, ketika dirilis ulang di Hong Kong setahun kemudian, film Come Drink With Me langsung melejit dan menjadi film terlaris di masa itu. Berkat film ini, nama aktris Cheng Pei Pei  yang waktu itu baru berusia 19 tahun langsung melejit menjadi Aktris Papan Atas Hong Kong. Selain itu, karakter Cin Yen Ce yang diperani Cheng Pei Pei menjadi sangat terkenal pasca perilisan film Come Drink With Me.

Para Kritikus Film Dunia menyebut film Come Drink With Me sebagai salah satu film terbaik Hong Kong dan hingga hari ini dianggap sebagai Film Klasik Wuxia Terbaik yang pernah ada sepanjang sejarah perfilman Hong Kong. Film ini terbilang unik karena tidak menampilkan koreografi pertarungan layaknya film wuxia Hong Kong yang menggunakan gerakan koreografi pertarungan, tetapi justru menampilkan gerakan pertarungan seperti tarian.

Film Come Drink With Me terbilang unik karena memasukkan adegan bernyanyi sebagai bagian dari cerita film. Adegan ini mengadaptasi pertunjukan Opera Beijing yang memasukkan unsur nyanyian sebagai bagian dari cerita. Gaya ini menjadi tren yang kemudian digunakan oleh banyak film Hong Kong, khususnya film-film wuxia yang beredar di era 1970 – 1990an. Beberapa film yang menggunakan tren seperti adalah Shaolin Temple, Kids from Shaolin, Swordsman, dan dwilogi Fong Sai Yuk.

Film Come Drink With Me banyak menampilkan adegan yang kelak menjadi ikonik dan ditiru oleh film-film lain. Misalnya pertarungan antara Cin Yen Ce melawan para bandit di dalam penginapan. Pertarungan di ruang tertutup itu merupakan hal baru yang belum pernah ditampilkan sebelumnya di film-film wuxia. Biasanya dalam film wuxia, pertarungan selalu dilakukan di lapangan terbuka atau tempat luas. Adegan ini kemudian menginspirasi banyak film eksyen Hong Kong selanjutnya yang juga menggunakan adegan pertarungan di dalam ruangan.  Beberapa diantaranya adalah Dragon Inn (1967), Game of Death (1973), Once Upon A Time in China (1990), Fearless (2014), dan Ip Man 3 (2015).

Selain itu, film ini juga menampilkan adegan seorang bandit melempar Cin Yen Ce dengan kursi yang disambut enteng oleh Cin Yen Ce. Adegan penggunaan kursi sebagai senjata tersebut menginspirasi Jackie Chan yang kemudian menampilkan adegan perkelahian menggunakan kursi sebagai senjata melawan musuh-musuhnya. Adegan ini menjadi ikonik dan sering dipakai Jackie Chan di beberapa filmnya.

Film ini juga menampilkan adegan perkelahian yang tidak umum lainnya, yaitu pertarungan menggunakan “Chi” (Tenaga Dalam) yang digambarkan dengan keluarnya semburan asap dari telapak tangan.  Penggunaan ilmu tenaga dalam ini juga menjadi ikonik yang kemudian banyak ditiru oleh film-film wuxia lain, dan melahirkan genre wuxia baru, yaitu Wuxia Fantasi. Dalam Genre Wu Xia Fantasi, para pendekar menggunakan pukulan jarak jauh seperti gelombang energi, di mana jika pukulan itu menghantam tanah akan menimbulkan rangkaian ledakan yang dramatis. Genre ini sangat populer di era 1970-pertengahan 1980an. Film-film produksi Shaw Brothers banyak memproduksi film yang menggunakan adegan penggunaan tenaga dalam seperti yang ditampilkan di film Come Drink With Me.

Dengan semakin berkembangnya teknologi film, di mana teknik efek khusus juga semakin canggih maka adegan yang menampilkan penggunaan tenaga dalam pun dapat dibuat lebih dramatis lagi. Di tahun 1980-an, efek khusus yang menampilkan serangan tenaga dalam dibuat sangat fantastis dengan tambahan efek sinar yang keluar dari tangan saat seorang pendekar melepaskan energi tenaga dalamnya. Penggunaan efek khusus tembakan sinar tersebut terinspirasi dari film layar lebar Star Wars. Efek khusus ini tidak saja dipakai di film layar lebar, tetapi juga digunakan di serial-serial televisi Hong Kong.  Beberapa film layar lebar dan serial televisi yang cukup terkenal dan menggunakan efek khusus seperti ini di antaranya Return of the Condor Heroes (Sen Tiaw Xia Li), Demi Gods and Semi Devils (Thien Long Ba Bu), Buddha’s Magic Palms (Ju Lai Seng Cang), Journey to the West (Xi You Ci), 8 Immortals (Ba Xien Guo Hai), dan lain-lain.

Dan hal lain yang cukup ikonik dari film ini adalah pertarungan menggunakan senjata tongkat. Mungkin di masa kini, pertarungan menggunakan tongkat sudah menjadi hal yang sangat umum dan wajar di film-film wuxia. Namun di masa lalu, film wuxia sebenarnya hanya menampilkan pertarungan senjata sejenis, yaitu pedang melawan pedang.  Barulah di film Come Drink With Me, Sutradara King Hu menampilkan adegan pertarungan senjata yang tidak sejenis, yaitu pedang dan tongkat. Pertarungan ini menjadi sangat ikonik, sehingga di film-film berikutnya, film wuxia tidak lagi menampilkan pertarungan pedang dengan pedang, tetapi juga pertarungan dengan senjata yang beragam, mulai dari yang umum seperti pedang, golok, dan pisau, hingga senjata yang tidak umum seperti Kampak, Nunchaku (Double Stick- Xuang Cie Kun), tombak, cambuk, gelang besi, jala, ranting pohon,  hingga sumpit dan ketapel.

Film Come Drink With Me disutradarai oleh King Hu, dan diperani oleh Cheng Pei Pei, Yueh Hua, Chan Hung Lit, Lee Wan Chung, Ku Feng, Cheng Siau Tung, dan Yang Chi Hing. Meski merupakan produksi film Hong Kong, film berdurasi 91 menit ini menggunakan dialog bahasa Mandarin. 



KISAH SANG PENDEKAR
Alkisah Para pasukan kerajaan sedang memindahkan tahanan.  Pemindahan tahanan itu dipimpin oleh Jendral Zhang Bu Qing.  Jendral Zhang adalah anak dari Jendral Zhang Zhi Cun, Gubernur Kota 2 Sungai yang terkenal karena kerap menangkapi para penjahat kelas kakap.

Di tengah perjalanan, mereka dihadang oleh Kelompok Lima Jari yang merupakan kelompok perampok yang terkenal karena kesadisan mereka. Mereka meminta agar Pemimpin mereka dilepaskan. Namun permintan itu ditolak, sehingga kelompok itu pun menyerang pasukan kerajaan tersebut.

Dalam pertarungan itu, Jendral Zhang ditawan oleh kelompok tersebut. Mereka kemudian menanyakan di mana pemimpin mereka ditahan. Namun karena Jendral Zhang tidak tahu tempat penahanan Pemimpin Kelompok Lima Jari, maka dia pun dipaksa menulis surat pada ayahnya dan meminta Jendral Zhu Cun melepaskan pemimpin mereka. Jika tidak, maka mereka akan mencabut nyawa Jendral Zhang.

Ketika mengetahui anaknya ditahan oleh para perampok, Gubernur Zhi Cun kemudian meminta bantuan Cin Yen Ce (Burung Walet Emas), seorang pendekar wanita digjaya pengikut setia Gubernur Zhi Cun. Tanpa membuang waktu, Cin Yen Ce pun mendatangi kota tempat para perampok itu tinggal. 
Tiba di kota tersebut, Cin Yen Ce singgah di sebuah restoran merangkap penginapan bernama Penginapan Gunung Tinggi untuk makan siang.  Saat memesan makanan, dia sengaja memesan menu aneh : 5 ons arak yaang terbuat dari Tulang dan Cakar Harimau. Karena minuman itu tidak ada, dia pun mengganti pesanannya menjadi 5 ons arak Shao Dao dan makanan.  Pesanan menu Cin Yen Ce yang aneh itu, segera menarik perhatian para anggota perampok yang secara kebetulan juga makan di restoran tersebut.  Mereka segera tahu kalau orang yang memesan makanan tersebut adalah Cin Yen Ce.

Para perampok segera mengusir para pelanggan yang sedang menikmati makanan mereka di restoran. Setelah semua orang pergi, mereka pun menutup restoran tersebut.  Salah seorang perampok bernama Xiao Yang Ce menghampiri Cin Yen Ce menanyakan maksud dan tujuan Cin Yen Ce mendatangi tempat mereka. Cin Yen Ce pun menjelaskan kalau tujuannya ke sana adalah untuk membebaskan Jendral Zhang, yang tidak lain adalah kakak kandungnya.
 Xiao Yang Ce mengatakan, jika Cin Yen Ce ingin kakaknya dilepas, maka dia pun meminta Pemimpinnya juga dilepas. Cin Yen Ce menolak permintaan Xiao Yang Ce. Mendengar hal itu, Xiao Yang Ce menyuruh rekan-rekannya untuk menghabisi Cin Yen Ce.

Di tengah pertarungan mereka, tiba-tiba datanglah seorang pengemis misterius bernama Fan Da Bei yang mengganggu pertarungan mereka. Akhirnya Cin Yen Ce memutuskan untuk menghentikan pertarungan dan menginap di Penginapan Gunung Tinggi tersebut.

Malam harinya, para perampok mencoba menculik Cin Yen Ce. Tapi sebelum niat mereka dilakukan, Pengemis Fan Da Bei memasuki kamar Cin Yen Ce dan mengganggu tidur sang pendekar wanita itu. Dia sengaja membawa Cin Yen Ce keluar dari kamarnya. Maka ketika para perampok memasuki kamar Cin Yen Ce, mereka tidak menemukan pendekar tersebut.

Ketika mengetahui Pengemis Fan Da Bei menyelamatkannya, keesokan paginya Cin Yen Ce menyampaikan ucapan terima kasihnya. Tetapi Pengemis Fan Da Bei pura-pura tidak paham maksud Cin Yen Ce.

Cin Yen Ce kemudian mengetahui kalau Pengemis Fan Da Bei dikenal masyarakat sekitar dengan julukan Si Kucing Mabuk. Dan beberapa orang mengetahui kalau Fan Da Bei memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa, sehingga banyak orang percaya kalau Fan Da Bei sebenarnya adalah seorang pendekar yang sedang menyamar.

Meski demikian, bukti kalau Fan Da Bei adalah seorang pendekar tidak pernah ada. Selain itu, perilakunya yang polos dan lugu, kadang membuat orang ragu dan tidak percaya kalau dia punya kemampuan bela diri. 

Cin Yen Ce mendapatkan kabar kalau para perampok yang menahan kakaknya bersembunyi di sebuah Biara yang terletak tidak jauh dari tempat penginapannya. Cin Yen Ce pun menyamar lalu mendatangi biara tersebut guna menyidiki kebenaran kabar yang dia terima. Namun penyamaran Cin Yen Ce terbongkar, sehingga dia kemudian dikepung oleh kelompok perampok tersebut. Pertarungan di antara mereka pun tidak dapat terhindarkan.

Meski dalam pertarungan tersebut, Cin Yen Ce berhasil melukai banyak anggota perampok yang mengepungnya, tetapi dia kemudian terluka oleh panah beracun. Untungnya, dia masih bisa melarikan diri dari kepungan para perampok tersebut. Di tengah perjalanan, dia bertemu dengan Fan Da Bei yang segera menolongnya.

Beberapa orang perampok yang mencari Cin yen Ce menemukannya di tempat kediaman Fan Da Bei di dalam hutan. Mereka pun mendatangi Fan Da Bei untuk mengambil Cin Yen Ce. Tapi Fan Da Bei melindungi Cin Yen Ce dan bertarung dengan para perampok itu. Mereka pun dengan mudah dapat dihabisi oleh Fan Da Bei.

Fan Da Bei kemudian berpura-pura menemukan mayat para perampok dan kemudian mengembalikan mayat tersebut ke biara tempat para perampok bersembunyi. Dia mendatangi tempat itu untuk mencari informasi mengenai rencana para perampok.

Di saat bersamaan, pemilik Biara - tempat para perampok bersembunyi – kembali dari perjalanan jauhnya. Pemilik biara tersebut bernama Liao Kung, dan ternyata Liao Kung juga adalah anggota perampok tersebut. Liao Kung mengenali Fan Da Bei,  karena Fan Da Bei adalah adik seperguruannya. Sebelum guru mereka meninggal, Fan Da Bei diberi pusaka perguruan berupa Tongkat Hijau yang merupakan lambang kepemimpinan perguruan mereka.  Dengan memiliki Tongkat Hijau,maka Fan Da Bei menjadi pemimpin perguruan. Liao Kung tidak terima dan berusaha menguasai Tongkat Hijau itu. Fan Da Bei yang tahu niat jahat kakak seperguruannya itu, kemudian kabur dengan membawa Tongkat Hijau.

Setelah mengetahui jati diri Fan Da Bei, para perampok pun mengepung Fan Da Bei. Tapi Fan Da Bei berhasil melarikan diri dan kembali ke pondok persembunyiannya di hutan.

Meski melarikan diri, namun Liau Kung berhasil menemukan keberadaan Fan Da Bei. Dia meminta Fan Da Bei menyerahkan Tongkat Hijau kepadanya. Tetapi Fan Da Bei meminta waktu 3 hari karena dia harus menuntaskan sebuah tugas. Akhirnya Liau Kung pun setuju dan menunggu 3 hari.

Sementara itu, Jendral Zhi Jun akhirnya setuju untuk menuruti kemauan para perampok. Dia bersedia melepaskan Pemimpin Perampok apabila mereka mau melepaskan Jendral Zhang. Para perampok setuju, dan mereka pun melakukan pertukaran tawanan. Di saat pertukaran tawaran tersebut, Fan Da Bei sengaja mengacaukan rencana pertukaran tawanan tersebut, sehingga konsentrasi para perampok teralih.

Pada waktu Fan Da Bei mengalihkan perhatian para perampok, Cin Yen Ce berhasil menyelamatkan kakaknya - Jendral Zhang - dan membawanya kabur. Mengetahui Cin Yen Ce menyelamatkan Jendral Zhang, para perampok pun mengejarnya.  Mereka berhasil mengepung Cin yen Ce dan terjadilah pertarungan di antara mereka.

Liau Kung datang membantu para perampok. Dengan kemampuan bela dirinya, dia berhasil mengalahkan Cin Yen Ce. Pada saat kritis, Fan Da Bei datang dan menyelamatkan Cin Yen Ce. Dia pun berhadapan dengan Liau Kung.

Dalam pertarungan di antara keduanya, Fan Da Bei berhasil mengalahkan Liau Kung. Meski demikian, dia melepaskan Liau Kung dan membiarkannya hidup. Namun rupanya Liau Kung tidak terima dikalahkan adik seperguruannya.

Karena itu, malam harinya dia mendatangi Fan Da Bei dan mengajaknya berduel kembali. Dalam pertarungan hidup dan mati, Fan Da Bei akhirnya berhasil membunuh kakak seperguruannya.

Ada adegan menarik dalam film Come Drink With Me yang bisa jadi renungan kita bersama. Dalam sebuah adegan, ketika Cin Yen Ce ingin menyampaikan rasa terima kasihnya dengan memberi uang pada Fan Da Bei, Fan Da Bei justru menolak uang tersebut. Dia tidak mau diberi uang begitu saja. Dia justru meminta agar Cin Yen Ce mengizinkannya bernyanyi untuk Cin Yen Ce. Setelah bernyanyi, barulah  Fan Da Bei besedia menerima uang Cin Yen Ce.

Adegan ini sebenarnya merupakan ajaran moral yang sangat baik bagi kita semua. Hidup miskin tidak menjadi alasan kita harus pasrah hidup dengan mengharapkan belas-kasihan orang dan  meminta-minta.  Tapi justru kita harus berusaha lebih kuat dan bekerja lebih tekun.

Seperti yang ditunjukkan Fan Da Bei. Meski dia adalah seorang Pendekar Miskin, tetapi dia menolak menerima uang hanya karena alasan belas kasihan. Dia justru mengajukan diri untuk bekerja dulu sebelum menerima uang tesebut. Karena baginya, bekerja dulu baru mendapatkan imbalan jauh lebih terhormat daripada hidup dari meminta-minta, atau meminta imbalan tanpa melakukan kerja apapun. 

Jadi, janganlah kita membiarkan diri untuk hidup dari meminta-minta atau mengharapkan belas kasihan dari orang lain. Tetapi bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Sebab bekerja tidak saja membuat kita dihargai orang lain, tetapi juga meningkatkan kualitas dan kemampuan diri kita.  

Film ini juga mengajarkan hal lain, bahwa wanita sebenarnya memiliki kemampuan yang tidak berbeda dengan pria. Ada sebagian wanita yang merasa minder dan merasa tidak bisa apa-apa. Padahal jika mau belajar, dia memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan pria. Hari ini YANG GUO melihat begitu banyak wanita-wanita luar biasa yang telah menjadi inspirasi banyak orang.  Mereka adalah orang-orang yang dengan berani mendobrak tradisi generasi masa lalu yang menyatakan kalau wanita hanya pantasnya jadi ibu rumah tangga dan kerjanya di balik dapur saja. Kenyataannya, wanita pun bisa menjadi Dosen, Profesor, Dokter, bahkan Menteri. Karena itu, untuk para wanita, jangan takut untuk meraih mimpi. Belajarlah setinggi mungkin dan yakinlah, bahwa apapun cita-citamu, semuanya mungkin terwujud. 

No comments:

Post a Comment