Di era 1980an, film bertema Ninja sedang jadi tren, pasca kesuksesan film Enter the Ninja (1981) yang diperani Franco Nero. Film Hollywood yang diperani Menahem Golan ini mengisahkan tentang tentara Amerika yang berlatih ilmu ninja. Ini menjadi film Hollywood pertama yang mengangkat tema Ninja dan memunculkan tren film Ninja di seluruh dunia. Tidak hanya Hollywood, banyak negara juga membuat film bertema "Pendekat dan beladiri Jepang" tersebut.
Hong Kong pun tidak ketinggalan dan membuat film Ninja, baik bersetting masa modern maupun jaman dulu.
Meski mencuat dari Hollywood, genre Ninja ini sebenarnya pertama kali ditampilkan oleh film Hong Kong.
Film Heroes of the East adalah film pertama yang menggabungkan budaya China dan Jepang ke dalam film. Di film inilah budaya Jepang, termasuk ilmu Ninjitsu pertama kali diangkat ke publik. Meski para pendekar bertopeng dan berpakaian hitam khas Ninja tidak dimunculkan secara eksplisit di sini (hanya karakter berpakaian hitam tanpa topeng saja), namun film ini sudah cukup banyak menjelaskan karakter Ninja, termasuk jurus-jurus dan senjata yang mereka gunakan.
Bersetting tahun 1930 di Shanghai, film Heroes of the East yang disutradarai Lau Kar Leung ini mengisahkan tentang seorang murid sekolah kungfu bernama Ho Tao (Gordon Liu) yang dijodohkan orang tuanya pada seorang gadis, yang merupakan anak dari rekan bisnis orang tua Ho Tao. Masalahnya Ho Tao sendiri belum pernah bertemu gadis itu, sehingga dia menolak perjodohan itu.
Namun setelah melihat wajah sang gadis, Ho Tao pun terkesan oleh kecantikannya dan setuju menikahinya. Gadis itu - yang kemudian dikenal bernama Yumiko Koda (Yuka Mizuno) - akhirnya menikah dengan Ho Tao.
Di malam pertama mereka, Ho Tao baru mengetahui kalau Yumiko ternyata memiliki kemampuan beladiri Karate. Ho Tao kemudian menjajaki ilmu bela diri istrinya tersebut. Rupanya teknik karate yang dimiliki Yumiko sangat kejam dan sadis. Beberapa gerakannya bukan gaya karate yang pernah dikenal Ho Tao. Menyadari kemampuan beladiri Yumiko yang sangat kejam, Ho Tao menyarankan Yumiko untuk berlatih kungfu yang lebih tenang. Namun Yumiko salah paham dan mengira Ho Tao menghina ilmu beladiri Jepang. Karena itu dia memutuskan untuk meninggalkan Ho Tao.
Ho Tao dan orang tuanya bergegas ke Jepang untuk meminta maaf serta meminta Yumiko kembali ke Shanghai. Di Jepang, ayah Ho Tao segera mengetahui kalau Yumiko ternyata dilatih ilmu beladiri oleh Sensei Takeno (Yasuaki Kurata), yang tidak lain adalah teman sepermainan ayah Ho Tao di masa kecil. Takeno tidak saja memiliki kemampuan luar biasa dalam bela diri Karate, tetapi juga sangat menguasai teknik beladiri purba Jepang yang dikenal dengan sebutan "Ninjitsu". Teknik beladiri ini sangat berbahaya dan mematikan, sehingga ayah Ho Tao memilih menjauhi Takeno daripada harus berhadapan dengannya.
Demi membujuk Yumiko pulang, Ho Tao kemudian mengirimkan kepada Yumiko. Dalam surat itu, Ho Tao mengatakan bahwa ilmu beladiri Jepang dan China memiliki akar yang sama sehingga tidak perlu diperdebatkan mana yang paling kuat.
Surat itu rupanya terbaca oleh Takeno, yang merasa tersinggung ilmunya disejajarkan dengan ilmu beladiri China. Bahkan surat Ho Tao dianggap sebagai sebuah tantangan bagi perguruan beladiri Jepang, sehingga Takeno menyatakan tantangannya pada Ho Tao dan berangkat ke China.
Duel maut pun terjadi antara Perguruan Takeno dan Perguruan ayah Ho Tao.
DO YOU KNOW?
Meski tidak menampilkan sosok Ninja seperti yang kita ketahui selama ini (mengenakan topeng dan berpakaian serba hitam), namun film ini banyak menampilkan teknik beladiri Ninjitsu, yang merupakan ilmu dari para Ninja. Beberapa jenis ilmu Ninjitsu yang diperagakan di film ini adalah Hensojutsu (変装術) atau Shichi Ho De (七方出) yang merupakan Jurus Menyamar khas Ninja, dan Shinobi Iri atau Jurus Menghilang. Selain itu film ini pun menampilkan beberapa senjata khas Ninja seperti Shuriken (手裏剣) atau senjata lempar berbentuk bintang, Kusarigama yang merupakan pisau berujung kait yang disambung dengan rantai, dan Ninjaken (忍者剣) atau Pedang Ninja.
Shuriken |
Kusarigama |
Ninjaken |
Tonfa |
Yari |
Meski menampilkan pertarungan mati-matian antara Perguruan Jepang dan China, film ini sama sekali tidak menampilkan ada petarung yang tewas. Penggambaran ini terbilang tidak umum di film wuxia, dan hal ini memang disengaja, karena dalam film ini Sutradara Lau Kar Leung ingin menampilkan keragaman budaya negara Jepang yang memiliki beberapa kesamaan kultur dengan China. Jadi pertarungan yang ditampilkan hanyalah "pertarungan persahabatan" tanpa berniat saling memusuhi.
Saat dirilis secara internasional, film ini menggunaan beberapa judul, yaitu : Challenge of the Ninja, Shaolin vs Ninja, dan Shaolin Challenges Ninja.
Untuk peredaran internasional, film ini didistrubusikan oleh Celestial Pictures dan Dragon Pictures (khusus di Amerika Selatan).