Saturday, 23 September 2017

Judge Bao / Justice Bao (包青天 )


Tahun 1993 silam, ada sebuah serial televisi yang lengendaris sekali. Judulnya Judge Bao / Justice Bao. Buat penggemar cerita klasik Tiongkok, Judge Bao (包青天 - Bao Ching Tien) bukanlah cerita baru dan sudah dikenal sejak ratusan tahun silam.

Judge Bao adalah kisah tentang seorang Hakim Jujur dan Adil bernama Bao Zheng (11 April 999 - 20 Mei 1062) yang hidup di masa Dinasti Song. Sepanjang karirnya menjadi Hakim Negara, dia terkenal sebagai Hakim yang selalu mampu menilai sebuah kasus dengan arif-bijaksana. Bahkan dia tidak segan-segan menghukum siapapun dengan hukuman berat jika mereka terbukti bersalah, entah pelakunya rakyat jelata maupun orang kaya, bahkan Anggota Keluarga Kerajaan sekalipun.

Sikap Bao Zheng ini menjadi panutan dan inspirasi banyak orang, sehingga sering dibuat dalam bentuk novel, komik, maupun film serta serial televisi.

Nah, pada tahun 1993, Jaringan televisi CTS - Taiwan merilis sebuah serial berjudul Justice Bao (包青天 ). Serial ini diperani oleh Jin Chao Chun (金超群) dan Kenny Ho (何家勁 - He Jia Jin). Awalnya serial ini hanya dibuat sebanyak 15 episode saja. Tetapi saat ditayangkan, serial ini meraih penonton yang banyak sekali. Tidak saja di Taiwan, tetapi menyebar hingga ke Asia Tenggara, termasuk Indonesaia.

Respon yang sangat positif dari penonton, membuat CTS akhirnya memproduksi kembali serial ini hingga total 236 episode !!!! Wow... sungguh luar biasa... !!!!

Berbeda dengan serial televisi pada umumnya yang menampilkan cerita bersambung terus-menerus, Justice Bao tidak menampilkan cerita yang bersambung (meski sesekali ada 1 hal yang berhubungan dengan kasus sebelumnya), tetapi dibuat menjadi cerita pendek yang menampilkan 1 kasus. Setiap kasus atau cerita pendek rata-rata 3 - 9 episode.

Dalam serial Justice Bao ini, ada 42 kasus yang dibuat. Dan dari semua kasus di serial tesebut, Kasus Za Mei An (鍘美案) adalah kasus yang paling legendaris yang mendapat perhatian paling besar dari penonton.

Dalam catatan sejarah, Za Mei An adalah salah satu kasus paling menarik yang pernah ditangani Justice Bao dan menunjukkan betapa tegasnya dia dalam menangani setiap kasus.Kasus ini termuat dalam buku "Ilustrated Edition of Bao Zheng's Trial of a Hundred Legal Cases" ( 增像包龙图判百家公案) yang diterbitkan tahun 1595. Dikisahkan ada seorang Pelajar yang sangat cerdas bernama Chen She Mei (陈 世美) yang berhasil lulus dari ujian Kerajaan dengan Predikat Tertinggi. Atas prestasinya, dia tidak saja mendapatkan hadiah dari Kaisar tetapi juga dinikahkan dengan Anak Kaisar.

Sebenarnya Chen She Mei sendiri sudah menikah dan punya anak. Namun demi meraih kekuasaan, dia tidak menceritakan hal ini pada Kaisar dan istrinya.

Satu ketika, istri Chen She Mei menyusul ke kota, menemui suaminya. Tetapi Chen She Mei tidak mengakui istrinya, bahkan menyuruh orang untuk membunuhnya. Beruntung pembunuh Chen She Mei adalah orang yang baik hati, dan melepaskannya. Istri Chen She Mei kemudian mengadukan nasibnya pada Kehakiman Negara, yang saat itu dipimpin Bao Zheng.

Bao Zheng pun mengadili Chen She Mei, dan - berdasarkan fakta dan data yang didapat - Bao Zheng menjatuhkan hukuman mati pada Chen She Mei karena menelantarkan serta berusaha membunuh istrinya sendiri. Sebelum Chen She Mei dieksekusi, tiba-tiba muncullah Ibu Suri Kerajaan yang membel Chen She Mei. Tapi demi menegakkan keadilan, Bao Zheng mempertaruhkan jabatannya dan tetap menghukum mati Chen She Mei.

Kisah Za Mei An ini sangat sering dimainkan di Opera Beijing, bahkan sudah menjadi cerita klasik yang dimainkan sejak Dinasti Song.



DO YOU KNOW?
Theme song serial Justice Bao berjudul Bao Cing Thien yang dinyanyikan oleh Hu Kua. Lagu ini sebenarnya pertama kali digunakan sebagai theme song di serial televisi Judge Bao (juga produksi CTS - Taiwan) yang dirilis 1974. Waktu itu, lagu ini dinyanyikan oleh Chiang Kuang Chao. Meski demikian, lagu versi Hu Kua inilah yang dikenal banyak orang dan menjadi versi theme song Judge Bao yang paling sering digunakan. Pasca kesuksesan serial Justice Bao, lagu ini pun ikut sukses dan sering digunakan sebagai theme song semua serial Judge Bao.

Selain dinyanyikan Chiang Kuang Chao dan Hu Kua, theme song Judge Bao juga pernah di-remake dan dinyanyikan oleh artis lain, yaitu George Lam, Ray Liu, dan Andy Lau. Bahkan lagu ini pun pernah dinyanyikan dalam versi Tagalog - Filipina saat serial tersebut ditayangkan di stasiun televisi Filipina ABC-5.

Sementara itu, lagu penutup (ending song) serial Justice Bao berjudul Xin Yen Yang Hu Die Meng (新鴛鴦蝴蝶夢) dinyanyikan oleh Huang An. Lagu ini menjadi lagu yang sangat populer di masa itu, tidak saja di Taiwan tetapi juga seluruh negara. Lagu ini terdapat dalam album Huang An, dan album tersebut terjual hingga jutaan kopi.

Hingga hari ini, lagu Xin Yen Yang Hu Die Meng masih sering diputar dan disukai banyak orang. Selain Huang An, lagu ini pernah dinyanyikan juga oleh Kenny Ho, dan Albert Tung. Selain menyanyikan lagu ini dalam bahasa Mandarin, Huang An pun pernah menyanyikan lagu ini dengan lirik Kanton (berduet dengan Loletta Lee) dan Inggris (dengan judul "When It Comes To Love"). Selain itu, lagu ini pernah juga dinyanyikan oleh artis lain dalam versi bahasa Hokkien (Joice Lim), Thailand (Kong Tuansith Reamchinda), Vietnam (Dan Truong), Khmer (Khemarak Sereymon), dan bahasa Indonesia (Lavenia). Untuk versi Indonesia, judul lagunya diubah menjadi "Melodi Memori". Sama seperti versi aslinya, lagu yang dinyanyikan Lavenia ini pun sangat popuper di era 1990-an.
Jin Chao Chun : Sebelum dan sesudah berdandan menjadi Judge Bao

Pasca kesuksesan serial televisi Justice Bao, banyak stasiun televisi (baik Taiwan dan Hongkong) yang kemudian membuat-ulang serial tersebut. Dan Jin Chao Chun hampir selalu dipercaya untuk memerani karakter Justice Bao. Berkat perannya sebagai Bao Zheng, Jin Chao Chun membukukan rekor sebagai satu-satunya aktor Asia Tenggara yang memerani karakter yang sama dalam serial televisi sebanyak 700 episode.

Thursday, 21 September 2017

Heroes Two (方世玉與洪熙官)

Salah satu daya tarik yang dapat menarik minat penonton untuk menonton sebuah film adalah ketika film itu diperani aktor yang sedang digandrungi saat ini, atau ceritanya tentang tokoh atau karakter yang disukai penonton.

Nah, film Heroes Two memiliki 2 unsur tersebut. Wajar jika film ini kemudian menjadi salah satu film yang sukses di masanya.

Heroes Two adalah film produksi Shaw Brothers yang dirilis tahun 1974. Pemeran utama film ini adalah Chen Kuan Tai dan Alexander Fu Sheng, di mana kedua aktor Hong Kong ini adalah aktor laga papan atas yang sangat terkenal di masa itu. Sebelumnya, kedua aktor ini sudah sangat terkenal. Nyaris semua film yang mereka perani adalah film-film box-office. Wajar jika saat mereka berdua dipertemukan dalam satu film, film tersebut meraih kesuksesan yang berlipat.

Ditambah lagi, Heroes Two disutradarai oleh Sutradara Kawakan Chang Cheh, yang selalu membuat karya-karya box-office. Makin sempurnalah film ini sebagai film box-office.

Heroes Two bersetting masa Kerajaan Dinasti Qing, di mana saat itu Kaisar membumi-hanguskan Shaolin. Untuk menyelamatkan dirinya, para biarawan pun melarikan diri dan bersembunyi di hutan serta menyaru sebagai rakyat jelata di kota.

Dalam kondisi itu, muncullah Fang She Yi (Fu Sheng) - seorang murid Shaolin yang memiliki ilmu beladiri tinggi - yang membela para pendeta Shaolin. Tindakannya mengundang perhatian Jendral Che Kang (Zhu Mu) yang ingin memenjarakan Fang She Yi. Tetapi untuk mengkonfrontir Fang She Yi tentu tidak mungkin, karena dia akan kalah. Karena itu Jendral Che Kang menggunakan taktik adu-domba.

Jendral Che Kang menyebarkan gosip kalau Fang She Yi adalah dalang di balik pembakaran Biara Shaolin tersebut. Sementara itu, dia pun menjebak Hung Si Guan (Chen Kuan Tai), salah seorang murid Shaolin yang lain, dan menuduh Hung Xi Guan sebagai seorang penjahat.

Fang She Yi yang sangat naif - serta memiliki semangat untuk membela keadilan dan kebenaran - berusaha menangkap Hung Si Guan. Sebaliknya, Hung Si Guan berusaha menangkap Fang She Yi karena dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab atas kehancuran Biara Shaolin.

Keduanya pun akhirnya terlibat pertarungan hebat.

Untungnya, Fang She Yi dan Hung Si Guan akhirnya sadar kalau mereka diadu-domba oleh Jendral Che Kang. Karena itu, mereka pun berbalik arah, dan bekerja sama untuk menundukkan Jendral Che Kang dan para pengikutnya.

Film berdurasi 93 menit terbilang cukup seru karena banyak menampilkan adegan perkelahian dengan durasi yang cukup panjang. Meski demikian, karena gaya perkelahiannya yang atraktif, penonton tidak merasa bosan dan dapat menikmati film ini dengan menyenangkan.

Banyak kritikus film yang menilai film ini adalah sebuah film wuxia klasik yang berhasil menggabungkan unsur fiksi dan sejarah dengan sangat baik. Dan pujian tersebut khususnya dilayangkan pada koreografi perkelahian yang menarik dan tidak membosankan.

LO LIEH - Superstar Dunia Keturunan Indonesia

Jauh sebelum aktor Indonesia - Iko Uwais, Yayan Ruhian, Joe Taslim, Ray Sahetapy, dan Cinta Laura - dikenal di perfilman internasional, sebenarnya ada aktor kelahiran Indonesia yang lebih dulu "go-international" dan dikenal masyarakat dunia.

Dia adalah Lo Lieh (羅烈).

Bagi penggemar film wuxia Hong Kong, Lo Lieh adalah salah satu legenda yang sangat dihormati, baik oleh penonton film Hong Kong, tetapi penggemar film wu xia di seluruh dunia.

Terlahir dengan nama Wang Lap Tat di Kota Pematangsiantar, Sumatera  Utara, tanggal 29 Juni 1939, Lo Lieh menghabiskan masa kecilnya di Indonesia. Pada tahun 1962, saat Lo Lieh berusia 23 tahun, dia diajak keluarganya hijrah ke Hong Kong. Selain melanjutkan sekolah, Lo Lieh kemudian belajar ilmu bela diri (waktu itu dia memilih Kung Fu).

Karena kondisi perekonomian saat itu cukup berat, maka selain sekolah, Lo Lieh pun bekerja sambilan di Shaw Brothers Studio. Dari hanya sekedar sebagai pembantu, Lo Lieh yang ramah dan gampang bergaul itu dengan cepat dikenal banyak artis dan sutradara Shaw Brothers. Dia kemudian mulai mendapat peran kecil di beberapa film produksi Shaw Brothers, seperti Temple of The Red Lotus (1965), The Twin Swords (1965), dan Tiger Boy (1966). Saat bermain film, dia sudah menggunakan nama Lo Lieh agar lebih mudah diingat orang.

Meski terbilang karir filmnya bergerak pelan - karena hanya mendapat peran kecil - tetapi Lo Lieh tidak pantang menyerah.

Lo Lieh dalam film King Boxer (1970)
Pada tahun 1970, dia mulai mendapat kepercayaan menjadi Pemeran Utama. Film pertama yang diperaninya sebagai tokoh utama adalah Brothers Five (1970). Selanjutnya dia kembali mendapat kesempatan menjadi pemeran utama di film King Boxer (天下第一拳 - Five Fingers of Death). Film tersebut meraih sukses yang luar biasa dan menjadi salah satu film terlaris masa itu.  Selain itu, film King Boxer menampilkan teknik perkelahian "gaya baru" di masa itu, di mana ada adegan sang karakter terbang ke puncak pohon. Adegan ini menjadi tren di masa itu dan banyak digunakan oleh film-film wuxia pada zaman itu.

Film King Boxer menjadi salah satu film epik dan legendaris yang diakui banyak pengamat film sebagai film wuxia terbaik di masa itu.

Selanjutnya, Lo Lieh banyak bermain film-film wuxia box-office seperti Executioners from Shaolin (1977), The 36th Chamber of Shaolin (1978), Clan of the White Lotus (1980), dan lain-lain.

Pada pertengahan era 1980-an, film-film wuxia memasuki masa suram, di mana banyak penonton mulai beralih menonton film-film drama atau eksyen bergaya modern. Karena itu, Lo Lieh juga ikut banting stir dan memerani film-film drama serta eksyen modern. Hasilnya cukup menggembirakan, karena banyak film yang diperaninya sukses. Lo Lieh bahkan mendapat kesempatan untuk bekerja sama dengan Jackie Chan di film Dragons Forever (1988), Miracles (1989), dan Police Story 3 : Super Cop (1993).

Lo Lieh masih terus aktif bermain film hingga tahun 2001. Film terakhir yang diperaninya adalah Glass Tears (2001). Dan setelah itu, Lo Lieh - yang waktu itu telah berusia 62 tahun - memutuskan untuk pensiun. Beberapa bulan kemudian, pada tanggal 2 November 2002, Lo Lieh pun menghembuskan nafas terakhirnya setelah mengalami serangan jantung.

Semasa karirnya sebagai aktor Hong Kong, Lo Lieh sudah bermain di lebih dari 300 film. Selain film wuxia, dia juga bermain di film drama, komedi, horor, dan eksyen-modern. Lo Lieh merupakan aktor karismatik yang sangat dihormati karena kemampuan aktingnya yang luar biasa.




Tuesday, 19 September 2017

Five Deadly Venoms (五毒)




Pada tahun 1978, Shaw Brothers merilis sebuah film yang menjadi legenda di antara penggemar film-film wuxia Hong Kong. Film tersebut adalah Five Deadly Venoms atau disingkat Five Venoms (五毒 - Wu Du - 5 Racun). Film arahan sutradara Chang Cheh ini diperani oleh 6 aktor wuxia masa itu : Kuo Chui, Lu Feng, Sun Chien, Lo Mang, Wei Pai, dan Chiang Sheng. Berkat film ini, keenam aktor ini menjadi sangat terkenal di dunia perfilman Hong Kong akhir dekade 1970an - akhir 1980an.

Keunikan film ini adalah menampilkan gaya bertarung kung-fu yang mengadopsi gerakan menyerang 5 hewan paling buas : Lipas, Ular, Kalajengking, Kadal Raksasa, dan Kodok Beracun. Teknik perkelahian jenis ini terbilang baru saat itu. Wajar jika kemudian menjadi tren-setter dan diikuti banyak film wuxia berikutnya.

Dikisahkan Pemimpin Klan Racun (Ti Wei) sedang sekarat. Dalam kondisi demikian, dia meminta bantuan murid terakhirnya, Yang Tieh (Chiang Sheng), untuk menemukan 5 orang kakak seperguruannya. Kelima murid pertama Klan Racun tersebut adalah murid yang mendapatkan pelatihan intensif dari Sang Guru. Masing-masing murid menerima ajaran 1 jenis jurus Racun Maut. Karena kelima murid tersebut dilatih di waktu yang berbeda, maka masing-masing dari mereka tidak saling kenal.

Sang Guru menguatirkan murid-muridnya tersebut menggunakan jurus yang diajarkannya untuk melakukan kejahatan. Karena itu, dia meminta Yang Tieh mencari kelima kakak seperguruanya. Apabila dia menemukan ada kakak seperguruannya yang melakukan kejahatan, maka Yang Tieh harus menggunakan segala cara untuk menghukum dan membunuh kakak seperguruannya tersebut. Masalahnya Yang Tieh tidak tahu siapa nama kelima kakak seperguruannya, dan di mana mereka berada sekarang. Sang Guru pun tidak ingat nama kelima muridnya tersebut, hanya nama panggilan mereka berdasarkan jurus yang diajarinya : Kalajengking, Kadal Raksasa, Kodok Beracun, Ulang, dan Lipas.

Berbekal informasi yang sangat minim, Yang Tieh pun pergi ke kota mencari kelima kakak seperguruannya. Dengan menyamar sebagai pengemis, Yang Tieh pun akhirnya berhasil menemukan kelima kakak seperguruannya. Dan benar saja dugaan sang guru. Ternyata di antara kelima murid tersebut, ada murid yang memang berniat jahat dan berusaha membunuh semua saudara seperguruannya, serta menguasai harta milik perguruan mereka.

Untuk mencegah niat buruk kakak seperguruannya, Yang Tieh kemudian bekerja sama dengan kakak seperguruannya yang lain untuk menghadapi musuh bersama mereka tersebut. Pertarungan mati-matian pun tidak terelakkan. Meski kemampuan Yang Tieh tidak sehebat kakak seperguruannya, tetapi begitu jurusnya digabung dengan salah satu Jurus Racun yang dimiliki kakak seperguruannya, maka Yang Tieh akan mampu melumpuhkan musuhnya.



TENTANG "VENOM MOB"
Pada tahun 1978, pasca kepopuleran film Five Deadly Venoms, muncullah sebuah grup aktor Hong Kong yang dikenal dengan sebutan Venom Mob. Anggota grup ini sendiri adalah para pemeran utama film Five Deadly Venoms itu sendiri yang terdiri dari 6 orang : Kuo Chui, Lu Feng, Chiang Sheng, Sun Chien, Lo Mang, dan Wei Pai.

Meski para penonton baru mengenal dan mendaulat keenam orang itu sebagai kelompok Venom Mob pasca kesuksesan film Five Deadly Venoms, sebenarnya mereka sendiri sudah saling kenal dan bersahabat sejak awal tahun 1970. Mereka adalah lulusan Peking Opera School yang berlokasi di Taiwan. Saat melihat kemampuan akting dan bela diri mereka, Sutradara Chang Cheh kemudian mengajak keenam orang tersebut untuk bermain film di Hong Kong.

Meski tidak memiliki kemampuan akting sebelumnya, tetapi lewat arahan Chang Cheh, mereka pun akhrinya mampu bermain dengan sangat baik di film Five Deadly Venoms. Dan film itulah yang kemudian membuat nama keenam aktor itu sukses luar biasa. Sepanjang tahun 1978 - 1985, keenam anggota Venom Mob sangat sibuk dengan jadwal shooting film. Lebih dari 50 film yang mereka perani sepanjang waktu itu, dan semuanya sukses luar biasa.

Meski selalu bermain film bersama-sama, namun tidak semua film diperani oleh semua personil Venom Mob. Paling 2 - 3 orang saja yang tampil dalam 1 film, dan mereka selalu tampil bergantian. Beberapa film sukses yang mereka perani waktu itu adalah : trilogi Brave Archer (1978), Cripped Avengers (1978), Shaolin Rescuers (1979), Two Champions of Shaolin (1980), Kid with the Golden Arms (1979), Ode to Gallantry (1982), dan lain-lain.